Perpustakaan harus Tampil Gaul

Perpustakaan harus Tampil Gaul

UNDANG-UNDANG Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan, perpustakaan sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku, guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.

Dalam definisi itu terkandung makna, selain perpustakaan berfungsi menunjang kegiatan pendidikan dan akademik juga memiliki peran sebagai wahana rekreasi. Terkait dengan fungsi edukasi dan rekreasi tentu perpustakaan dituntut tampil sesuai zamannya. Saat ini, ketika perkembangan teknologi semakin pesat dan segala lini kehidupan didominasi oleh tampilan anak muda milineal, sudah barang tentu tampilan atau wajah desain perpustakaan (bangunan dan kemasan informasi) harus menyesuaikan.

Kekinian

Menghadirkan perpustakaan yang tampil sesuai zamannya (masa kini) merupakan bagian dari inovasi layanan. Tampilan perpustakaan dalam rupa rak buku, kursi, meja dengan ornamen kuno agaknya harus diganti dan diberi sentuhan tampilan modern agar kekinian dan sesuai selera pemustaka yang kebanyakan memiliki latar belakang berasal dari kaum muda milineal. Jika sebuah perpustakaan masih terdapat perabot kuno seperti bentuk rak buku dari kayu, akan lebih baik jika sudut rak buku tersebut diberikan sentuhan ornamen yang memberi kesan segar sesuai ciri anak muda, yakni selalu tampil segar dan energik. Misalnya pada sudut-sudut rak itu diberi hiasan ornament bermotif batik. Tentu sedikit sentuhan ornamen tersebut perlahan tapi pasti dapat menepis kesan kusam pada sebuah perpustakaan.

Penataan ulang ruangan adalah kata kunci bagi para pemangku kebijakan dan pengelola perpustakaan, untuk menghadirkan perpustakaan yang mampu menjawab kondisi zaman. Belakangan ini mulai terlihat beberapa perpustakaan yang pengelolanya mulai giat membangun ‘wajah’ perpustakaannya, agar perpustakaan yang dikelolanya dapat tetap memikat di kalangan anak muda milenial. Ada yang memberikan fasilitas café, corner (pojok baca) yang menampilkan koleksi khusus, ruang diskusi sampai dengan tambahan fasilitas mini teater.

Bagi pengelola yang memiliki dukungan dana memadai, tentu bukan persoalan menghadirkan perpustakaan modern tersebut, namun bagi pengelola dengan anggaran perpustakaan terbatas, perlu pemikiran kreatif dan inovatif untuk tetap mengupayakan tampilan perpustakaan senantiasa segar dan modern.

Penataan Koleksi

Menurut penulis, tampilan segar sebuah perpustakaan dapat dimulai dari koleksinya. Pengelola perpustakaan secara berkala mengeluarkan koleksi yang tidak relevan atau up to date dengan situasi saat ini. Istilah tersebut dalam dunia perpustakaan dikenal dengan istilah penyiangan atau menyiangi yakni menarik atau mengeluarkan pustaka dari koleksi, karena sudah rusak atau kadarluarsa, biasanya ditukar dengan buku baru atau terbitan yang lebih mutakhir. Di samping menyiangi, pengelola juga bisa menata ulang ruangan dengan cat ulang interior, memberikan sentuhan seni di beberapa sudut ruangan dengan ornamen-ornamen menarik, menata ulang ruangan baca dan bisa juga memberikan penghargaan kepada pemustaka dengan menggelar pemilihan pemustaka teraktif. Selain itu, pengelola perpustakaan juga bisa memprogramkan acara-acara yang bersentuhan dengan masyarakat sekitar. Seperti lomba membatik, lomba membaca puisi, mengajak nobar (nonton bareng) film atau dokumentasi yang kontennya mendidik dan memberdayakan masyarakat sekitar.

Memberi sentuhan dengan tampilan segar nan modern pada sebuah perpustakaan, serta memprogramkan beragam kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar, merupakan bagian inovasi layanan agar kehadiran perpustakaan tetap membumi dan gaul. *

FL. Agung Hartono S.Sos

Pustakawan Muda ISI Yogyakarta