50 Mahasiswa dari Berbagai Provinsi Mengikuti Kemah Budaya di Desa Wisata Krebet

Politik tidak bisa mempersatukan di antara kita namun yang bisa mempersatukan adalah kebudayaan.

50 Mahasiswa dari Berbagai Provinsi Mengikuti Kemah Budaya di Desa Wisata Krebet
Macapat bersama peserta Kemah Budaya untuk Penguatan Pembauran di Desa Wisata Krebet, Rabu (13/9/2023). (sariyati wijaya/koranbernas.id) 

KORANBERNAS.ID, BANTUL – Dua hari lamanya 50 mahasiswa yang datang dari berbagai provinsi mengikuti Kemah Budaya untuk Penguatan Pembauran Kebangsaan di Joglo Semar Desa Wisata Krebet Sendangsari Pajangan Bantul.

Kegiatan itu dibuka Wakil Bupati Joko Purnomo, Selasa (12/9/2023) kemudian ditutup oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (BaKesbangpol) St Heru Wismantara MM, Rabu (13/9/2023).

Mereka merupakan perwakilan dari Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Banten, Maluku,Nusa Tenggara Barat, Bali, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara , Gorontalo dan DIY.

Padahari kedua sebelum acara penutupan para mahasiswa belajar Macapat Pangkur Wursitagati Slendro Pathet Sanga dan membatik kayu, dipandu oleh pengelola desa wisata setempat di bawah arahan ketua Agus Kumoro Jati.

Peserta Kemah Budaya praktik membatik kayu. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

Tampak hadir Anton Wahono S Sos selaku anggota DPRD Bantul, Supriyanta SSTP sebagai Kepala Bidang Kesatuan dan Bangsa Bakesbangpol Kabupaten Bantul.

Hadir pula Letda Inf Wagiran Dan Unit Intel Kodim 0729/ Bantul, Wijaya Tunggali MT selaku Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Kabupaten Bantul serta anggotanya, Ni Nyoman Yudiriani SET.

“Kami merintis desa wisata ini sejak tahun 1995. Banyak hal yang bisa diperoleh wisatawan saat berkunjung di tempat ini. Termasuk praktik membatik kayu khas Krebet dan hari ini pengenalan tembang Jawa Macapat,” kata Agus.

Melalui kegiatan ini peserta yang berasal dari berbagai provinsi ini bisa saling akrab satu dengan yang lain, saling kenal dan tentu saja mengenal salah satu budaya Jawa yang diajarkan yakni Macapat.

ARTIKEL LAINNYA: Festival Bregada Bantul Moncer Disambut Meriah

Usai berlatih Macapat sekitar satu jam, peserta kemudian tampil bersama. Sedangkan dari kegiatan praktik batik kayu, hasilnya bisa dibawa pulang untuk kenang-kenangan. Kali ini peserta membatik centhong nasi dari kayu.

Joko Purnomo saat membuka acara mengatakan politik tidak bisa mempersatukan di antara kita namun yang bisa mempersatukan adalah kebudayaan.

“Seperti kegiatan ini, yang paling bisa mempersatukan kita semua dari berbagai provinsi adalah kebudayaan.  Dalam Bhinneka Tunggal Ika di dalamnya terdapat kebudayaan-kebudayaan sehingga bisa disimpulkan salah satu yang bisa mempersatukan kita sehingga Indonesia tetap utuh adalah kebudayaan itu sendiri,” kata Joko.

DIY, lanjut Joko, menjadi potret Bhinneka Tunggal Ika. Di provinsi ini berbagai suku berkumpul dan bertemu termasuk para mahasiswa yang menimba ilmu di berbagai perguruan tinggi.

ARTIKEL LAINNYA: Kerja Sama Geopark, Bupati Kebumen Teken MoU dengan Thailand dan Malaysia

Semua bisa membaur dalam ikatan persatuan karena memiliki dasar ideologi Pancasila. NKRI tetap eksis dan bersatu berkat Pancasila.

Sedangkan Heru Wismantara berpesan acara ini janganlah dimaknai hanya sekadar serimonial saja akan tetapi dalam rangka menyongsong Indonesia emas tahun 2045.

“Yang hadir di sini merupakan calon pemimpin tahun 2045, generasi Z yang akan memegang kendali NKRI.Maka nilai persatuan, kerukunan, cinta budaya dan tanah air harus tertanam kuat di dalam diri para generasi muda,” kata Heru.

Menurut dia, Nusantara menjadi wahana yang sangat seksi sehingga dilirik oleh negara lain. Nusantara sudah sangat populer sejak zaman dahulu kala.

ARTIKEL LAINNYA: Pelukis Lukman Edi Pameran di Artotel, Karyanya Penuh Sindiran

“Maka Kita semua harus bisa mempertahankan sumber daya yang ada di NKRI agar tidak jatuh ke tangan negara lain. Kita harus merajut kembali komponen kebangsaan agar NKRI semakin kuat tidak terpecah belah,” katanya.

Wijaya Tunggali menambahkan FPK merupakan lembaga konsultasi tentang keragaman etnis, suku, agama, adat. Pembauran Kebangsaan merupakan tanggung jawab dan wajib dilaksanakan bersama antara pemerintah, masyarakat dan seluruh komponen bangsa.

“Pembauran kebangsaan adalah proses pelaksanaan kegiatan integrasi anggota masyarakat dari berbagai ras, suku, etnis, melalui interaksi sosial dalam bidang bahasa, adat istiadat, seni budaya, pendidikan, dan organisasi untuk mewujudkan kebangsaan Indonesia tanpa harus menghilangkan identitas ras, suku, dan etnis yang ada dalam kerangka NKRI,” katanya. (*)