Wisata Dibuka untuk Pulihkan Ekonomi Bantul

Wisata Dibuka untuk Pulihkan Ekonomi Bantul

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Saat ini Kabupaten Bantul sudah berada pada PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) level 2. Berbagai sendi perekonomian mulai berjalan dan menggeliat lagi. Tidak terkecuali sektor pariwisata. Sejak dibuka, ribuan wisatawan mengalir ke Bantul.

Mereka datang untuk menikmati obyek wisata sejarah, mengunjungi desa wisata, hutan pinus maupun berwisata ke bentangan pantai selatan, mulai Pantai Baru pada sisi barat hingga Pantai Parangtritis di sisi timur.

Membanjirnya pelancong disambut bahagia pengelola dan pelaku pariwisata, termasuk pedagang makanan, minuman, suvenir ataupun oleh-oleh hingga hotel dan penginapan.

Dahaga selama hampir dua tahun akibat pandemi yang menyebabkan obyek ditutup, kini sedikit demi sedikit mulai terobati. Ekonomi berputar kembali, kesejahteraan masyarakat pun mulai terangkat.

“Kami menyambut baik dibukanya obyek wisata yang ada di Bantul. Ini tentu patut disyukuri dan telah lama ditunggu oleh pengelola obyek maupun masyarakat yang menangguk ekonomi di sana. Memang saat kita melakukan kunjungan ketika obyek belum dibuka, pengelola dan pelaku pariwisata menyampaikan keinginan agar wisata bisa dibuka kembali,” kata Arif Haryanto SSi, anggota Komisi B DPRD Bantul, Jumat  (12/11/2021), di kantornya.

Komisi B DPRD Bantul meninjau vaksinasi di Grand Puri Waterpark Gabusan Jalan Parangtritis. (istimewa)

Tentu saja, kebahagiaan tersebut jangan sampai membuat lalai masyarakat ataupun pengelola terhadap pentingnya menjaga protokol kesehatan (prokes). Semua harus mengenakan masker saat berkunjung, mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, tidak lupa menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Dengan demikian berwisata tetap terjaga keamanan dan kesehatannya.

Politisi FPKS ini wanti-wanti pengelola untuk menyediakan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan prokes. Seperti tempat cuci tangan, tempat duduk yang diberi tanda jarak, serta jangan jenuh  mengingatkan pengunjung melaksanakan prokes. Ini bisa dilakukan dengan cara petugas berkeliling ataupun menggunakan pengeras suara yang bisa didengar oleh wisatawan.

Hal  Senada disampaikan anggota komisi B yang lain, H Bibit Rustamto SH. Menurut dia penerapan standar protokol kesehatan merupakan hal mutlak yang tidak boleh ditawar. “Kita semua harus disiplin dalam penerapan prokes. Wisata tetap berjalan, ekonomi bergerak  dan disisi lain kesehatan terjaga,” katanya.

Anggota Komisi B DPRD Bantul, Arif Haryanto SSi. (istimewa)

Jangan sampai adanya pembukaan obyek wisata  justru menjadi pemicu munculnya klaster baru penyebaran Covid-19. Politisi Partai Nasdem ini juga mengingatkan seluruh pengelola obyek untuk menyediakan sarana  penunjang.

“Jadi semua pengelola harus mematuhi protokol kesehatan dan juga menyediakan  sarana penunjang yang diperlukan. Dengan demikian orang juga akan merasa nyaman untuk berwisata ke Bantul,” tandasnya.

Ketua Koperasi Notowono Mangunan Dlingo, Purwo Harsono atau akrab disapa Ipung mengatakan, destinasi di wilayahnya sudah menerapkan prokes secara ketat.  Pada obyek  wisata tersedia  tempat cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.

“Semua petugas kami sudah divaksin dan taat dalam menerapkan prokes. Jika pengunjung tidak memakai masker, tidak kita izinkan masuk,” katanya.

Bahkan dua obyek yakni Pinus Sari dan Taman Pengger telah mengantongi sertifikat  CHSE atau Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) RI.

Anggota Komisi B DPRD H Bantul Bibit Rustamto SH. (istimewa)

Pada obyek wisata yang sudah mengantongi sertifikat CHSE saat akan memasuki lokasi, pengunjung akan disediakan tempat untuk scan aplikasi pedulilindungi.

“Nanti otomatis akan terhitung jumlah pengunjung yang masuk. Jika sudah mencapai  50 persen dari kapasitas sesuai aturan, ketika ada yang scan barcode akan masuk lokasi, maka muncul tanda  merah. Nanti yang bersangkutan bisa  masuk setelah ada pengunjung yang keluar obyek. Wisatawan saat keluar juga ada tempat untuk scan barcode,” terang Ipung.

Dengan begitu, jumlah pengunjung terdata dan  terhitung dengan baik. Ini juga untuk memastikan jaga jarak dengan jumlah pengunjung yang dibatasi. (adv)