Di Film Alang Alang, Putri Ayundia Mengaku Kesulitan Riset

Di Film Alang Alang, Putri Ayundia Mengaku Kesulitan Riset

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Sempat mengaku yakin tidak akan sulit membangun karakter dalam film Alang-Alang, artis nasional Putri Ayundia ternyata dibikin kaget. Saat workshop pra-produksi, Putri mengaku sangat kesulitan melakukan riset terkait Pekalongan. Informasi tentang Pekalongan, ternyata tidak mudah diperoleh di dunia maya. Alhasil, untuk membangun karakter, Putri musti rela banyak bertemu dengan warga khususnya orang Pekalongan asli untuk menggali informasi dan membangun pemahaman.

“Itu pun ternyata gak gampang sama sekali. Mencari orang asli Pekalongan juga sulit. Tapi saya senang, karena saya mendapatkan hal yang berbeda di film ini,” kata Putri saat Meet & Great Film Alang Alang, di Yogyakarta, Kamis (11/11/2021) malam. Kedatangan para ru dan sutradara film Alang Alang di Yogyakarta, merupakan rangkaian tur promosi ke lima kota besar di Indonesia yakni Bandung (7 November), Malang (9 November), Yogyakarta (11 November), Semarang (15 November) dan Pekalongan (17 November).

Bagi Putri, kecuali riset, dirinya tidak merasa kesulitan ikut beradu akting di film garapan sang sutradara Khusnul Khitam ini. Bahkan dengan pemeran Huda, bocah asli Pekalongan yang belum punya pengalaman akting pun, Putri mengaku mudah saja menyesuaikan diri.

Film besutan sutradara sekaligus penulis naskah Khusnul Khitam ini didukung Production House Aksa Bumi Langit dari Bandung. Melibatkan 65 persen anggota kru dan pemain asal Kota Pekalongan serta didukung oleh artis nasional Putri Ayundia. Proses produksi berlangsung sekitar satu bulan, dengan beberapa lokasi syuting di antaranya Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pelabuhan, Pantai Slamaran, makam yang terkena rob, galangan kapal, TPA Degayu, kawasan kota, terutama ikon-ikon di Kota Pekalongan.

Khusnul Khitam yang akrab dipanggil Tatam mengaku, pemilihan Pekalongan sebagai latar film bukan tanpa alasan. Film ini dibuat di Kota Pekalongan sebagai salah satu kota yang mempunyai histori tempat pelelangan ikan terbesar di Indonesia.

Film ini, mengangkat tema perjuangan hidup dari seorang anak kecil yang menghadapi kerasnya kehidupan dan bagaimana dia tidak punya pilihan. Kadang-kadang harus melakukan beberapa hal yang tak terduga. “Pesan film ini, untuk mengajak orang dewasa dan orang tua memperhatikan dan memahami anak kecil,” jelasnya.

Pihaknya berharap, karya film berdurasi 70-90 menit ini, bisa mengangkat potensi Kota Pekalongan, terutama masyarakatnya dalam kancah industri perfilman di Indonesia.

Film Alang Alang merupakan film ketiga yang diproduksi oleh rumah produksi Aksa Bumi Langit. Karya ini, rencananya akan diikutsertakan dalam festival-festival internasional dan rilis di bioskop Indonesia pada kuartal II 2022.

Chandra Sembiring selaku produser menyampaikan, proses promosi ini dibuat dalam konsep workshop bersama para filmmaker dan mengajak para penggemar film dan para komunitas di kota-kota tersebut dengan berbagi dan sharing terkait proses yang dialami oleh tim Aksa Bumi Langit dalam proses perwujudan film Alang-Alang.

Gagasan film Alang-Alang diawali dari penulis sekaligus sutradara Khusnul Khitam yang membuat dokumenter terkait Alang-Alang, istilah untuk anak-anak pencuri ikan di tempat pelelangan ikan di Kota Pekalongan tahun 2005.

Sejak 2010, Tatam mulai menulis cerita untuk film fiksi Alang-Alang sebelum akhirnya bertemu dengan Chandra Sembiring. “Harapan kita, film Alang-Alang dapat mengajak seluruh kita, terutama orang dewasa, untuk lebih menyadari dan terpanggil untuk berperan dalam mendukung seluruh anak-anak di sekitar kita untuk memiliki harapan baik akan masa depan mereka. Proses ini dapat terselenggara dengan kerjasama yang apik dan proses kreatif yang penuh diskusi dengan semangat yang sama mewujudkan film ini,” kata Tatam. (*)