Web Series “Tahu Gibran?”, Strategi Unik Caleg dalam Menjangkau Pemilih

Web Series “Tahu Gibran?”, Strategi Unik Caleg dalam Menjangkau Pemilih
H. Setiya bersama tim produksi web series Tahu Gibran? di sela preview film tersebut. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Pendekatan kreatif dan unik dipilih oleh calon legislator Partai Golkar H. Setiya dalam upaya menyampaikan visi dan misinya kepada pemilih. Berbeda dengan kebanyakan calon legislator yang mengandalkan banner dan rontek yang memenuhi ruas jalanan di Jogja, Setiya memutuskan untuk menghadirkan pesan-pesannya melalui sebuah film web series berjudul “Tahu Gibran?”.

Web series yang disutradarai oleh Arifin Notonegoro ini dihasilkan sebagai bentuk kreativitas yang unik untuk menyampaikan visi dan misi H. Setiya secara lebih akrab dan menarik bagi masyarakat.

“Saya ingin menciptakan sesuatu yang berbeda, yang tidak hanya menciptakan kesan visual tetapi juga memberikan pesan yang bermakna,” ujarnya saat preview perdana film Tahu Gibran? pada Sabtu (16/12/2023) di Sleman Creative Space.

“Film pendek “Tahu Gibran?” merupakan cara saya untuk berkomunikasi dengan masyarakat secara lebih dekat,” imbuhnya.

“Tahu Gibran?” tidak hanya mencerminkan simbolisme dari narasi “tahu” yang diangkat oleh Setiya, tetapi juga menyuguhkan kisah-kisah yang terinspirasi dari kehidupan sehari-hari.

Web series ini disusun secara ringan namun penuh makna, menggambarkan bagaimana nilai-nilai kreatifitas anak muda bernama Gibran dalam membantu perekonomian keluarganya. Selain itu nilai demokrasi dan kedaulatan rakyat tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan kreatif ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk lebih memahami platform dan komitmen Setiya tanpa melibatkan bentuk-bentuk tradisional kampanye.

“Dengan menggunakan media digital dan cerita yang menghibur, web series ini diharapkan dapat menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat,” ujarnya.

Melalui web series ini, Setiya berharap dapat membangun keterlibatan dan koneksi yang lebih kuat dengan pemilih potensial, sambil memberikan kontribusi positif pada diskusi politik dan demokrasi di DIY.

“Sebagai calon DPR RI dapil DIY, saya ingin menawarkan narasi “tahu” dalam pemilu 2024. Tahu dipilih sebagai simbol demokrasi karena mirip dengan makna demokrasi, yaitu dari, oleh, dan untuk rakyat. Tahu juga mewakili nilai kedaulatan pangan dengan menggunakan bahan baku lokal,” ujar Setiya.

Selain itu, “tahu” memiliki makna mengetahui dan memahami, nilai yang penting dalam berdemokrasi. Dia pun menambahkan alasan memilih “tahu” sebagai narasi kampanye antara lain karena tahu adalah makanan rakyat yang diproduksi dalam UMKM, sehat dikonsumsi, dan mampu menggerakkan ekonomi.

“Serta, “tahu” memiliki makna mengetahui, yang seharusnya dimiliki oleh semua pihak dalam berdemokrasi,” imbuhnya.

Banyak masyarakat masih kurang tahu akan arti penting pemilu dan belum mengetahui calon yang akan dipilih. Pemilih perlu memilih calon yang mau tahu, yang dapat mewakili kepentingan rakyat dengan penuh tanggung jawab.

Memilih berdasarkan pengetahuan dan kapasitas, bukan sekadar tergoda oleh pemberian finansial. Dia berpesan agar masyarakat kembali kepada hati nurani dalam membuat pilihan, sehingga pemilu dapat menghasilkan wakil rakyat progresif yang benar-benar membela kepentingan rakyat.

Pendekatan yang inovatif ini membuka jalan baru dalam kampanye politik, menunjukkan bahwa pesan-pesan politik juga dapat disampaikan melalui seni dan kreativitas. Film berdurasi pendek ini akan segera tayang di platform video streaming YouTube. (*)