Waspada, Klitih Marak Lagi

Waspada, Klitih Marak Lagi

KORANBERNAS.ID -- Direktur pada Direktorat Pembinaan Masyarakat (Dirbinmas) Polda DIY Kombes Polisi Rudi Heru Susanto menyatakan, persoalan kenakalan dan tindak kejahatan jalanan yang dilakukan remaja atau pelajar yang kerap disebut klitih bukan hanya menjadi tugas aparat kepolisian saja. Elemen masyarakat lain, ujar Rudi, harus berperan aktif dan jangan abai.

“Sebenarnya kasus klitih ini di 2017 dan 2018 sudah turun drastis, lebih dari 50 persen. Waktu itu Kapolda-nya Pak (Ahmad) Dofiri, kita gencar melakukan patroli dan banyak yang tertangkap. Nah, di tahun 2019 lalu kami akui memang terjadi peningkatan,” tutur dia, Selasa (4/2/2020) kemarin, usai Focus Grup Discussion (FGD) terkait persoalan maraknya kasus klitih akhir-akhir ini.

Salah satu alasan yang diungkapkan Dirbinmas adalah konsentrasi pengamanan pemilu serentak di tahun lalu. Ketika itu banyak anggota sabhara Polda DIY dan jajaran diperbantukan untuk pengamanan pemilu, baik di DIY maupun Jakarta.

Namun Dirbinmas Kombes Polisi Rudi Heru mengatakan, seharusnya pemangku kepentingan terkait, termasuk orangtua dan institusi pendidikan benar-benar memperhatikan anak-anak mereka atau para pelajar agar tidak terlibat klitih. Heru mengungkapkan setidak ada tiga faktor yang memicu aksi kejahatan jalanan seperti klitih yang dilakukan pelajar atau remaja.

“Pertama, faktor keluarga yang tidak harmonis. Ketidakharmonisan dalam keluarga itu kan jadi salah satu faktor mengelitih. Kedua, geng sekolah. Mau diakui atau tidak, geng sekolah itu ada. Ketiga, faktor lingkungan,” ujar Rudi kepada media.

Rudi pun menyontohkan banyak sekolah yang tidak mau mengakui adanya geng pelajar di sekolah tersebut. “Nah, mau diakui atau tidak diakui oleh pihak sekolah faktanya ada.  Saat pelaku kita tangkap, pelaku biasanya mengaku saya dari geng sekolah namanya ini. Itu dia baru buka,” tutur Dirbinmas.

Oleh karena itu, Polda mengundang lintas sektor seperti sekolah, dinas pendidikan, pegiat media sosial dan juga ormas dan organisasi kerelawanan dalam FGD yang digelar di Gedung Serbaguna Anton Sudjarwo. Rudi Heru Susanto menyebutkan, sesuai arahan Kapolda DIY Irjen Polisi Asep Suhendar, penanganan kasus klitih harus melibatkan sinergi banyak pihak.

“Ini bukan persoalan kepolisian saja. Jadi kenapa FGD ini dilakukan, tidak hanya polisi yang bergerak, tapi kolaboratif. Kalau bicara tentang keluarga, mungkin peranan wanita, keluarga sejahtera harus berperan. Kemudian kalau bicara di sekolah, Waka Kesiswaan harus memberi data, mana anak yang teridentifikasi ‘kelebihan energi’ itu,” tandasnya. (yve)