Uang Baru Edisi Kemerdekaan Dinyinyiri Warganet. Begini Faktanya
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Baru dua hari diterbitkan dan di edarkan untuk masyarakat luas, Uang Peringatan Kemerdekaan 75 Tahun Republik Indonesia (UPK 75 tahun RI) ramai diperbincangkan.
Selain kritisi soal antrean di web resmi Bank Indonesia sebagai salah satu cara untuk mendapatkan UPK tersebut, satu sisi uang kertas yang menampilkan beberapa pakaian adat Nusantara tak luput dari hujatan warganet yang merasa paling pintar.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Marlison Hakim, mengatakan desain Uang Peringatan Kemerdekaan (UPK) 75 Tahun Republik Indonesia ini telah dilakukan sejak 2018.
"Kesembilan anak dan pakaian adat yang dikenakan mewakili keragaman budaya nusantara, dipilih untuk mewakili masing-masing wilayah Indonesia," terangnya dalam taklimat media secara daring, Selasa (18/8/2020).
Untuk wilayah barat, lanjut Marlison, diwakili oleh tiga anak yang secara berurutan (dari kiri uang edisi khusus Rp75 ribu) mengenakan pakaian adat tradisional dari Nangroe Aceh Darussalam, Riau, dan Jawa Tengah.
Wilayah Indonesia tengah (ketiga kiri) diwakili pakaian adat tradisional dari Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Gorontalo. Sedangkan untuk wilayah Indonesia timur diwakili oleh pakaian adat tradisional dari Nusa Tenggara Timur (ketiga kanan), Maluku, dan Papua.
Salah satu anak yang tepat berada di paling tengah menjadi bahan perundungan karena dianggap warganet menggunakan pakaian etnis Cina.
Pakaian adat yang hangat diperbincangkan warganet di media sosial itu merupakan pakaian adat suku Tidung, Kalimantan Utara. Dalam uang baru, pakaian adat suku Tidung ini dikenakan oleh anak bangku Sekolah Dasar bernama Muhammad Izzam Athaya yang tepat berada di tengah-tengah delapan anak lainnya. Sementara pemotretan Izzam untuk kebutuhan desain UPK 75 Tahun RI telah dilakukan pada 2018 silam di Balai Adat Tidung Ulun Pagun, Kalimantan Utara.
"Yang dianggap kebanyakan warganet [anak dengan pakaian adat] dari Cina itu adalah pakaian adat dari Kalimantan Utara, yaitu baju adat suku Tidung," tegas Marlison.
"Pemilihan budaya daerah dan kebhinekaan ditandai dengan generasi muda dengan mengenakan pakaian adat daerah. Pakaian adat daerah ini mewakili nusantara yang masing-masing mewakili wilayah Indonesia barat, tengah, dan timur," imbuhnya.
Bank sentral tak asal mendesain uang rupiah yang akan dicetak dan diedarkan. Selain harus sesuai standar dan ketentuan peraturan perundang-undangan, tim desain dan perencanaan uang rupiah Bank Indonesia juga harus melakukan diskusi lintas kementerian, seperti Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Sosial (Kemensos), serta Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
"Termasuk berkonsultasi dengan sejarawan dan budayawan dan meminta izin kepada para keluarga ahli waris terkait pencantuman gambar pahlawan nasional dalam uang tersebut," pungkasnya.
Berdasarkan data yang dihimpun koranbernas.id, pakaian adat suku Tidung Ulun Pagun yang digunakan Izzam dalam desain UPK 75 Tahun RI adalah pakaian pengapit pengantin Sina Beranti, yang dipakai laki-laki suku Tidung, Nunukan, Kalimantan Utara. Sementara pakaian adat untuk mempelai perempuannya bernama Antakusuma (tidak ditampilkan di UPK 75 Tahun RI).
Sina Beranti merupakan pakaian yang hanya dipakai saat persandingan suku yang mayoritas muslim. Setiap ornamen yang teletak di Sina Beranti dan Antakusuma, memiliki makna tersendiri.
Sementara mahkota atau Jamong Punsok Malaka di kepala yang ramai dikaitkan warganet dengan etnis Cina, memiliki ornamen oval yang bermakna bibit bunga dan daun yang tumbuh dan berkembang. (eru)