Masak Selamanya di Rumah, Sultan HB X Jawab Keluhan Pelaku UMKM Tak Bisa Jualan
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Winaryati, perempuan pelaku UMKM dari Kota Yogyakarta itu beranjak dari tempat duduknya dan langsung berdiri di depan mikrofon. Sepertinya dia tidak ingin membuang waktunya sia-sia begitu memperoleh kesempatan menyampaikan uneg-uneg-nya ke Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, meski hanya melalui video conference.
Mewakili rekan-rekannya sesama pelaku UMKM, wanita itu ingin Pasar Tani setiap Jumat pagi di halaman Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY dihidupkan lagi.
“Selama pandemi saya berjualan di rumah. Uang kami habis kemudian kami jualan online. Omzet turun drastis. Setelah lebaran vakum karena kekurangan modal. Kami mohon solusi kapan bisa jualan lagi di Pasar Tani,” ujarnya saat mengikuti kegiatan Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal, Rabu (19/8/2020), di halaman Kantor DPKP DIY.
Harapan serupa disampaikan rekannya, Dina. Mewakili Asosiasi Pasar Tani DIY, Dina menyatakan selama hampir sepuluh tahun berjualan di Pasar Tani baru kali ini terjadi lima bulan tidak bisa berjualan sama sekali. Seperti halnya Winaryati, Dina juga memohon Pasar Tani dibuka lagi, mungkin bisa diperluas berjualan di kompleks Kantor Gubernur DIY Kepatihan.
Menjawab keluhan itu, Sultan menyatakan pandemi Covid-19 tidak hanya membuat rugi UMKM. Pemerintah pun rugi. “Yang rugi tidak hanya Ibu, kami juga rugi karena pajak nggak masuk. Tapi itu bukan hambatan untuk maju,” kata Sultan.
Menurut Sultan, Pemda DIY tidak pernah mengeluarkan kebijakan menutup aktivitas perdagangan maupun hotel namun faktanya tutup sendirinya karena tidak ada pengunjung dan pembeli.
Gubernur pun mempersilakan mereka berjualan lagi di Pasar Tani asalkan beradaptasi dengan Corona melalui penerapan protokol Covid-19. Tak lupa, dia juga berpesan agar menjaga imunitas fisik dengan cara minum vitamin dan madu. “Ibu jualan saja. Silakan. Masak selamanya kita di rumah,” ungkapnya.
Supaya mampu bangkit lagi, Sultan menyarankan para pelaku UMKM pangan lokal membangun jaringan. Kalau bisa, Pasar Tani tidak hanya di Kantor DPKP dan kantor gubernur tetapi bisa digelar di tempat-tempat strategis.
Prinsipnya Pemda DIY siap membantu. “Sekarang kita harus membangun jaringan agar bisa berkompetisi. Kita siap bantu, kita tidak keberatan. Rasah pakewuh rembugan karo aku,” kata Sultan.
Ekspose UMKM pangan lokal dipandu Sumari dari KTNA. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Berbicara soal pangan lokal, Sultan HB X sempat mengkhawatirkan pulau Jawa sebagai pemasok padi nasional menunjukkan gejala penurunan produksi karena adanya alih lahan pertanian, kerusakan lingkungan serta keterbatasan air.
Salah satu solusinya adalah diversifikasi pangan lokal, meski diakui program tersebut sepenuhnya belum optimal. Di kalangan masyarakat nasi atau beras dianggap makanan utama belum bisa tergantikan. “Kalau belum makan nasi berarti belum makan. Pikiran ini sulit diubah karena mengakar menjadi kebiasaan,” kata Sultan.
Satu rangkaian dengan kegiatan itu diadakan ekspose UMKM pangan lokal dipandu Sumari dari KTNA. Digelar pula talkshow Diversifikasi Pangan Lokal bertema Sehat dan Bahagia dengan Pangan Lokal. Adapun narasumber Dr Dwi Larasatie Nur Fibri Ph D dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Didampingi Sekretaris DPKP DIY, Valentinus Barudin, dalam kesempatan itu Dwi Larasatie memaparkan pentingnya diversifikasi pangan.
Sebenarnya, kata dia, nenek moyang sudah mengajarkan kearifan mengkonsumsi makan sesuai musim. Berganti musim berarti ganti jenis makanan yang dikonsumsi. “Dulu zaman eyang saya, makanan itu disesuaikan musim. Sekarang kita sepertinya tidak punya hubungan lagi dengan alam,” ungkapnya.
Dia menegaskan inilah pentingnya diversifikasi pangan, tidak hanya terpaku pada satu jenis pangan saja sehingga gizinya juga beragam. “Betul, konsumsi pangan lokal kita masih rendah karena terlalu banyak impor. Perlu evaluasi,” ungkapnya. (sol)