Tenun Gamplong Mulai Kehilangan Penenun Muda

Tenun Gamplong Mulai Kehilangan Penenun Muda

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Sebanyak 10 orang lansia terlihat masih gesit menjalankan alat tenun tradisional. Suara jeglek-jeglek silih berganti menjadi irama saling bersahutan dalam ruangan yang penuh alat tenun tradisional.

Pemandangan para lansia menenun ini bisa dilihat di Dusun Gamplong, Desa Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan, Sleman. Memang sudah lama Dusun Gamplong dikenal sebagai pusat tenun tradisional. Bahkan Dusun Gamplong telah dikukuhkan sebagai Sentra Industri Tenun Tradisional.

Hanya saja, warga yang menjadi pengusaha tenun di sana, saat ini mengalami sejumlah kendala. Mulai dari masalah harga hingga pegawai.

Seperti yang diungkapkan Waludin, pemilik usaha tenun Ragil Jaya di Gamplong, dirinya saat ini mengalami kesulitan mencari pegawai baru. "Saat ini karyawan saya rata-rata sudah berusia lanjut, jumlahnya pun sudah tidak banyak," jelas Waludin, ketika menerima rombongan kunjungan Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun dan sejumlah wartawan, Rabu (29/1/2020).

Hal serupa juga disampaikan Arif, pemilik usaha tenun dan cinderamata Sriti Production. Dia mengatakan, anak muda di tempat tinggalnya cenderung enggan melanjutkan tradisi tenun yang sudah berjalan puluhan tahun.

Menurutnya, anak muda di tempat tinggalnya lebih memilih bekerja di perusahaan atau pabrik pengolahan makanan yang tidak jauh dari sana. Sebab, bagi mereka penghasilannya dianggap lebih besar dan menjanjikan ketimbang melanjutkan usaha tenun tradisional.

"Kondisi ini yang membuat tenaga tenun kami jadi berkurang," kata Arif.

Karena itu baik Arif dan Waludin mengupayakan adanya regenerasi dalam industri tenun tradisional di Gamplong. Upaya tersebut juga bertujuan untuk melestarikan dusun tersebut sebagai sentra industri tenun.

Salah satu yang saat ini sedang diupayakan adalah meningkatkan upah para pegawai agar bisa setara dengan UMR Sleman. "Sebab saat ini upahnya masih rendah jika dibandingkan dengan UMR," kata Waludin.

Sementara Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun, menyampaikan sangat mendukung potensi kerajinan tenun tradisional di Gamplong.

"Agar terus bisa berkembang, masyarakat Sleman harus bisa menjadi salesnya produk kerajinan dari Sleman. Sehingga produk Sleman banyak diminati," kata Sri Muslimatun.

Selama ini, menurut Sri Muslimatun, barang kerajinan dari Gamplong ini sudah banyak dikirim ke Bali dan Jakarta, bahkan sudah diekspor ke luar negeri. Karena itu, ke depan diharapkan produksi kerajinan dari Gamplong memiliki inovasi dan kreasi yang beragam sehingga selalu diminati masyarakat karena menghasilkan produk yang menarik. (eru)