Teknologi Tenaga Surya, Harapan Baru bagi Petani dan Petambak di Purworejo

Teknologi Tenaga Surya, Harapan Baru bagi Petani dan Petambak di Purworejo

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO – Para petani di Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, sejak tahun 2013 menikmati pengairan sawah tadah hujan secara gratis. Kini, mereka mulai melirik penggunakaan teknologi surya untuk menggerakkan mesin pompa air irigasi karena bahan bakar solar bersubsidi dirasa mahal.

"Kami satu-satunya desa yang mengratiskan perairan sawah sejak tahun 2013," kata Dwinanto, Kepala Desa Krandegan.

Keinginan untuk beralih ke teknologi tenaga surya itu dipicu oleh mahalnya harga solar. Akibatnya, banyak pompa air yang akhirnya tisak beroperasi.

"Dengan teknologi surya, tahun depan (2022) akan dibiayai Provinsi Jawa Tengah dengan dana APBD sebesar Rp 600-700 juta. Dan untuk tahun ini teknologi tenaga surya akan direalisasikan ukuran kecil dengan biaya sendiri dari CSR (Corporate Social Responsibility, red)," jelas Dwinanto.

Teknologi tenaga surya untuk irigasi berbasis panel surya, lanjut Dwinanto, modelnya akan diikutkan pada perlombaan Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) 2021 di Bappeda kabupaten Purworejo.

"Seperti tahun lalu kami pemenang dalam lomba Krenova Kabupaten Purworejo. Dan dengan teknologi tenaga surya, kami berhemat Rp 150juta, dan anggaran tersebut bisa dialokasikan untuk pengembangan SDM," imbuhnya saat beraudensi dengan Asisten III Sekda bidang kesejahteraan rakyat Kabupaten Purworejo, Ahmad Pram Prasetya, dengan dinas terkait dan pemerhati lingkungan hidup, Senin (10/8/2021), di ruang kerja Asisten III Komplek Sekda Purworejo.

Dalam pertemuan tersebut Pram juga menghadirkan dinas terkait seperti Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinpermades). Di akhir masa jabatan Pram sebagai ASN, dia ingin memberikan pilihan penghematan dengan teknologi tenaga surya.

"Selain sektor irigasi pertanian, saya juga melihat lahan tambak di pantai selatan sebanyak 600 tambak, yang hidup hanya 200. Selebihnya 400 tambak mangkrak akibat biaya mesin mahal," ujarnya.

Pram menambahkan, Kabupaten Purworejo merupakan daerah produksi beras. Apalagi Purworejo memiliki target sebagai penyangga kebutuhan beras propinsi.

"Purworejo termasuk daerah surplus beras, sampai-sampai kita memiliki sawah lestari 9.000 hektar. Selain itu, kelompok petani tambak udang dan garam di daerah selatan juga perlu diperhatikan," ujarnya.

Garam, menurut Pram, tidak hanya untuk konsumsi tetapi industri seperti kosmetik. Pertamina juga membutuhkan garam. Petani garam pun membutuhkan teknologi tenaga surya dalam menyedot air laut. Sementara petani tambak udang membutuhkan teknologi tenaga surya untuk kincir air dan pengambilan air laut.

Pada kesempatan tersebut Pram memperkenalkan Wahyu Anjarjati dengan teknologi tenaga surya. Wahyu Anjarjati sebelumnya sudah kerja sama dengan Kepala Desa Krandegan membuat pilot proyek tenaga surya untuk irigasi persawahan.

Teknologi tenaga surya membawa harapan mengatasi irigasi pertanian saat musim kemarau, sekaligus untuk petani garam dan tambak. "Petani garam bisa menyedot air laut dengan biaya lebih murah. Dan juga petani tambak bisa menyedot air serta menghidupkan kincir dengan tenaga surya," sebutnya. (*)