Tas Kulit Abekani Tak Terpengaruh Pandemi

Tas Kulit Abekani Tak Terpengaruh Pandemi

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Tiga perajin yang mengenakan masker kain itu terlihat sibuk merapikan tumpukan produk dompet kulit di kantor Abekani kawasan Perumahan Puri Potorono Asri Banguntapan Bantul.

Di sekeliling mereka terlihat sekitar empat tumpukan produk kerajinan kulit setinggi lutut orang dewasa siap antar ke para pelanggan setia produk kerajinan kulit Abekani.

Pandemi Covid-19 yang melemahkan sektor ekonomi membuat industri kerajinan kulit terguncang. Bahkan beberapa bisnis terpaksa gulung tikar, sebagian lagi harus merumahkan para perajin.

Namun bisnis tas kulit Abekani tetap berjalan seperti biasa. Jumlah pemesanan justru stabil. Kondisi ini tak lepas dari dukungan 28.000 orang Abekanian, yaitu anggota komunitas pecinta produk Abekani.

“Pesanan kami jalan terus tiap hari. Di tengah pandemi, bisa dibilang kami sama sekali tidak terdampak. Jumlah kiriman sama seperti sebelum pandemi,” kata Christiana Tunjung, pemilik bisnis tas kulit Abekani, Selasa (20/10/2020).

Dia mengakui, Mei hingga Juli merupakan masa terberat bagi industri kerajinan kulit. Para perajin yang setia menemani Tunjung merintis usahanya sejak 2008 bercerita seputar nasib rekan-rekan mereka sesama perajin kulit yang terpaksa dirumahkan bahkan kehilangan pekerjaan.

Mendengar cerita itu, Tunjung langsung bersiap menurunkan kuantitas produksi produk ready stock untuk antisipasi. Di luar dugaan, jumlah pesanan yang dikirim ternyata tetap stabil pada sekitar angka 2.000 item per bulan Bahkan dalam satu pengiriman bisa berisi lebih dari 10 item berbeda.

“Semua itu bisa terjadi karena anggota Abekanian. Memang hampir 90 persen penjualan kami saat pandemi ini bisa terdongkrak karena pesanan mereka. Mereka adalah para pelanggan setia tas kulit Abekani dan menamai diri mereka Abekanian yang saat ini berjumlah kurang lebih 28.000 anggota dari seluruh Indonesia,” kata Tunjung.

Usaha ini berawal pada 2012. Saat itu Tunjung mulai fokus memproduksi tas perempuan dari bahan kulit nabati. Berbeda dari produk tas kulit lainnya yang menyentuh harga di atas Rp 1 juta, Tunjung menetapkan harga rata-rata Rp 600 ribu hingga Rp 800 ribu untuk semua produk tas kulitnya.

Dia menjual produknya melalui blog dan Kaskus. Pesanan pun membeludak hingga Tunjung berinisiatif membuat Facebook untuk melayani transaksi “Ada member sebuah komunitas fesyen yang membeli produk Abekani dan menulis review di forum komunitasnya. Intinya harganya terjangkau berkualitas bagus,” kata dia.

Sejak saat itu Tunjung setiap hari harus bolak-balik mengantar produk ke berbagai agen jasa pengiriman barang yang meningkat tajam. Kondisi ini rentan terjadi keterlambatan pengiriman barang.

Tunjung merasa sangat terbantu ketika kurir JNE mengunjungi kantor Abekani dan menawarkan jasa free pick up dengan jumlah pesanan tidak terbatas. Sehari, Tunjung bisa memesan jasa free pickup lebih dari sekali.

“Mungkin karena dari data JNE terlihat saya tiap hari ada pengiriman ya, mereka langsung tanggap. Jadi pesanan saya yang banyak banget itu dijemput langsung oleh kurir JNE. Datangnya selalu tepat waktu saat jadwal pengiriman. Saya sampai kenal dekat sama kurir yang biasa ke sini,” ungkapnya.

Tunjung merasa semakin mantap menggunakan layanan JNE. Kini 80 persen pelanggannya memilih JNE untuk mengantarkan pesanan ke rumah masing-masing. Selain biayanya terjangkau dan pengiriman tepat waktu, proses tracking pengiriman barang pun sangat mudah dilakukan dengan tampilan website yang simpel.

Kepala JNE Cabang Yogyakarta, Adi Subagyo, mengatakan selama pandemi layanan JNE didukung oleh jalur darat sebagai alternatif moda transportasi penerbangan. Ketika seluruh bandara sempat tutup pada masa awal pandemi, pengiriman barang para pelanggan setia tetap selamat sampai tujuan tepat waktu. (*)