Tantangan Serius, Gen Z Semakin Terampil Berbahasa Inggris

Bahasa Jawa adalah identitas kultural yang tak tergantikan.

Tantangan Serius, Gen Z Semakin Terampil Berbahasa Inggris
Narasumber diskusi bertajuk Balai Bahasa Siyaga. (anung marganto/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Diskusi bertajuk Balai Bahasa Siyaga: Menjulang dengan Bahasa Indonesia, Mengakar dengan Bahasa Jawa menjadi panggung penting untuk merefleksikan keberadaan dua bahasa utama Indonesia di era digital.

Hal ini sebagai rangkaian Festival Sastra Yogyakarta 2024 yang berlangsung Jumat (30/11/2024) di Taman Budaya Embung Giwangan. Acara ini digelar Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta dengan narasumber utama Dwi Pratiwi selaku Kepala Balai Bahasa DIY serta Iqbal Aji Daryono, penulis. Diskusi dimoderatori Fajar Wijanarko selaku kurator Museum Keraton Yogyakarta.

Dwi Pratiwi mengungkapkan di tengah arus globalisasi dan masifnya informasi digital, penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa menghadapi tantangan serius.

Generasi muda khususnya Gen Z semakin terampil menggunakan Bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Situasi ini kerap menggeser penggunaan Bahasa Indonesia dan bahkan memperburuk penurunan penggunaan Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu. "Bahasa Jawa merupakan akar, selalu ingat akarmu," pesan Dwi Pratiwi.

Tak tergantikan

Menurut dia, bahwa Bahasa Jawa adalah identitas kultural yang tak tergantikan. Betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara "akar" dan "sayap."

Bahasa Jawa sebagai akar menjadi fondasi yang kuat untuk membangun jati diri, sementara Bahasa Indonesia dan bahasa asing menjadi sayap untuk mengeksplorasi dunia yang lebih luas. “Akar akan menguatkan dan sayap memungkinkan anak-anak menjelajahi dunia,” tambahnya.

Sedangkan Iqbal Aji Daryono menggarisbawahi dualitas peran Bahasa Indonesia: Sukses sebagai bahasa persatuan, tetapi di sisi lain berkontribusi pada meredupnya bahasa daerah. “Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan paling sukses, tapi di saat yang sama ia juga membunuh bahasa daerah,” ungkapnya.

Menurutnya, tantangan terbesar untuk Bahasa Jawa adalah bagaimana membuatnya tetap relevan dan keren di mata generasi muda. “Banyak orang merasa malu berbahasa daerah. Dibutuhkan strategi yang tidak sekadar seremonial, tetapi membuat penutur merasa bahwa bahasa daerah itu penting dan membanggakan,” ujarnya.

Inovasi kreatif

Iqbal optimistis terhadap Bahasa Indonesia tetap digemari melalui musik dan karya sastra. Dia menekankan pelestarian Bahasa Jawa memerlukan inovasi kreatif untuk menarik minat generasi muda.

Melalui kegiatan itu sejumlah tujuan strategis digagas di antaranya akan menggugah kesadaran masyarakat tentang ancaman terhadap Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.

Selain itu, juga perlu mengidentifikasi faktor penyebab pergeseran penggunaan kedua bahasa tersebut. Perlu merumuskan solusi nyata untuk menjaga keberlanjutan kedua bahasa. Terakhir, sebagai upaya menumbuhkan semangat penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa di kalangan generasi muda.

Para pembicara sepakat upaya melestarikan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa adalah langkah strategis menjaga identitas bangsa di tengah arus globalisasi. Dengan mencintai dan menggunakan kedua bahasa ini, generasi muda diharapkan tidak hanya cakap menghadapi dunia modern tetapi juga tetap bangga pada akar budayanya. (*)