Sultan HB X Mengisyaratkan Lockdown untuk DIY

Sultan HB X Mengisyaratkan Lockdown untuk DIY

KORANBERNAS ID, YOGYAKARTA -- Tren kasus positif Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta yang menanjak signifikan membuat pengelola Rumah Sakit di DIY pun was-was. Bed Occupancy Ratio (BOR) atau tingkat keterisian Rumah Sakit rujukan Covid-19 di wilayah DIY yang sebelumnya hanya 36 persen hingga hari ini, Jumat (18/6/2021), sudah mencapai 75 persen.

Usai merevisi aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro dengan pengetatan dan regulasi berjenjang bagi kegiatan-kegiatan masyarakat, kini Pemda DIY pun mewacanakan lockdown di Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Kita kan sudah bicara [penerapan] PPKM Mikro, menangani di RT/RW. Kalau itu pun gagal dan mobilitas [masyarakat] seperti ini [tinggi], ya mau apalagi, ya lockdown, karena penularan sudah paling di bawah, di keluarga, tetangga," kata Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DIY, di kompleks Kepatihan Yogyakarta, Jumat (18/6/2021).

Menurut Sultan, Pemda sudah kehabisan cara untuk membatasi mobilitas masyarakat selama pandemi Covid-19. Aturan baru perijinan kegiatan masyarakat yang harus melewati beberapa tahapan pasca perpanjangan PPKM Mikro pun juga belum membuahkan hasil.

"Nanti Senin (21/06/2021-red) kita rapat bersama dengan kabupaten/kota. Mereka mau lebih mengetatkan [mobilitas] masyarakatnya [atau tidak]. Kalau ngontrol [mobilitas] masyarakat di tingkat RT/RW gagal, terus apa meneh [selain lockdown]," tandasnya.

Penambahan kasus positif di DIY hingga menembus 500 kasus per hari membuat Sultan juga meminta kabupaten/kota untuk menambah shelter di tingkat kalurahan/desa untuk karantina warga yang positif Covid-19.

Sultan menyayangkan masyarakat yang sulit mendisplinkan diri menaati protokol kesehatan. Padahal kasus meninggal Covid-19 juga semakin tinggi setiap harinya.

Jika lockdown benar-benar diberlakukan, maka banyak sektor lain yang harus mengikuti kebijakan tersebut. Bila pembatasan tidak dilakukan, maka fenomena peningkatan kasus Covid-19 tidak akan berhenti.

Sementara epidemiolog UGM, Riris Andono Ahmad, saat dihubungi koranbernas.id meyampaikan, efektivitas lockdown dalam mencegah penyebaran Covid-19 yang diwacanakan Pemda DIY sangat tergantung pada implementasinya di lapangan.

"Untuk DIY saat ini, yang paling cocok adalah lockdown seperti yang dilakukan saat awal pandemi Covid-19," pungkasnya. (*)