Sukses Mengolah Sampah, Empat Komunitas di DIY Meraih Penghargaan
Dengan maggotisasi, kami bisa mengolah tiga kilogram sampah hanya dalam sehari.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Empat komunitas lingkungan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membuktikan bahwa sampah bukan lagi masalah melainkan sumber daya bernilai ekonomi. Melalui inovasi pengolahan sampah organik menggunakan teknologi maggot, mereka berhasil mengubah paradigma pengelolaan limbah dan meraih penghargaan bergengsi dari platform crowdfunding terkemuka, Kitabisa.
CEO Kitabisa, Vikra Ijas, Minggu (18/8/2024), menyerahkan penghargaan kepada empat komunitas terpilih dalam acara yang digelar di Aula Bambu Dome - WeLoveYouth Wedomartani.
Komunitas GAS dari Kabupaten Sleman, Komunitas Ayu Jiwa dari Bantul, Komunitas Great and Green serta Ndalem Sawo dari Kota Yogyakarta dinobatkan sebagai tim penggerak terbaik dalam Program Sayembara Aksi Jaga Bumi.
"Ini bukan sekadar kompetisi, tapi langkah nyata menuju ekonomi sirkular yang berkelanjutan," ujar Vikra Ijas dalam keterangan tertulisnya, Selasa (20/8/2024)
Jangka panjang
Menurut dia, program ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Kitabisa mendorong kesadaran dan aksi nyata pengelolaan sampah di masyarakat.
Vikra Ijas menegaskan ini hanyalah awal dari perjalanan panjang menuju Indonesia yang lebih bersih dan berkelanjutan.
"Dengan berakhirnya program, kami berharap semangat dan praktik yang telah dibangun selama tiga bulan terakhir dapat terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain di Indonesia," tambahnya.
Inovasi teknologi menjadi kunci keberhasilan. Kitabisa menggandeng Maggobox Indonesia, pelopor teknologi pengolahan sampah berbasis Biokonversi Maggot.
Teknologi itu memungkinkan konversi sisa makanan menjadi pupuk organik dalam waktu singkat, jauh lebih efisien dibanding metode kompos konvensional.
Memandang sampah
Yuanita Efhiliana sebagai perwakilan Komunitas Ayu Jiwa dari Bantul mengungkapkan teknologi ini telah mengubah cara mereka memandang sampah.
"Dengan maggotisasi, kami bisa mengolah tiga kilogram sampah hanya dalam sehari. Metode composting biasa bisa memakan waktu hingga tiga bulan," jelasnya.
Komunitas Ayu Jiwa yang baru terbentuk pada April 2024 kini mampu mengolah sekitar 100 kilogram sampah organik per minggu. Mereka menghasilkan berbagai produk bernilai ekonomi, mulai dari kompos, maggot, eco-enzyme dari kulit buah, hingga lilin dan sabun dari minyak jelantah.
Program Sayembara Aksi Jaga Bumi tidak hanya fokus pada teknologi tetapi juga pemberdayaan masyarakat. Para peserta mendapatkan pelatihan komprehensif, mulai dari workshop pengolahan sampah dan ekonomi sirkular hingga bimbingan teknis penggunaan Black Soldier Fly (BSF) untuk biokonversi.
Hibah instalasi
Sebagai bentuk dukungan berkelanjutan, Kitabisa memberikan hibah instalasi pengolahan sampah biokonversi skala komunal. Selain itu, tim penggerak terbaik menerima insentif operasional sebesar Rp 1,5 juta per bulan selama enam bulan dan perlindungan asuransi jiwa SalingJaga.
SalingJaga, program asuransi berbasis syariah dan gotong royong yang diinisiasi Kitabisa telah menarik lebih dari 8.000 anggota hingga Juli 2024. Program ini telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menjamin kredibilitas dan keamanannya.
Keberhasilan program membuka mata banyak pihak tentang potensi ekonomi dari pengelolaan sampah. "Ternyata, sampah bisa bermanfaat secara ekonomi. Kami berharap, ke depan semakin banyak masyarakat yang sadar terhadap lingkungan dan pengelolaan sampah," ungkap Yuanita.
Kesuksesan empat komunitas Yogyakarta menunjukkan bahwa solusi inovatif, kombinasi teknologi tepat guna dan pemberdayaan masyarakat dapat menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk platform crowdfunding seperti Kitabisa, revolusi pengelolaan sampah ini berpotensi menyebar ke seluruh penjuru negeri, mengubah ancaman lingkungan menjadi peluang ekonomi yang menjanjikan. (*)