Sukses Garap Lahan Terbengkalai, Petani Dihadapkan Masalah Pemasaran Gabah
pPenanaman serentak bisa memutuskan serangan hama
KORANBERNAS.ID, KLATEN--Pemerintah Desa (Pemdes) Bulurejo Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten bersama pihak terkait, sukses menggarap lahan terbengkalai seluas puluhan hektar. Suksesnya penggarapan lahan tersebut karena adanya komitmen dan kerja sama sejumlah pihak, seperti koordinator PPL Juwiring, PPL Bulurejo, Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), kelompok tani dan petani di Desa Bulurejo.
Sejak dibuka kembali lahan yang cukup lama terbengkalai akibat serangan hama tikus, setidaknya petani di Desa Bulurejo sudah bisa memanen padi tiga kali.
“Memang pembukaan lahan yang terbengkalai itu kami lakukan bertahap. Begitu kami tanam padi juga masih ada hama tapi tidak banyak. Hasil panenan masih ada yang bisa dibawa pulang,” kata Kepala Desa Bulurejo, Suparman baru-baru ini.
Diceritakan, pembukaan kembali lahan pertanian terbengkalai di wilayahnya diawali dengan recovery lahan. Pasalnya, semakin belukar yang tumbuh di lahan tersebut cukup tinggi akibat lamanya tidak digarap.
Meski demikian kata dia, dirinya masih bersyukur karena dengan penanaman serentak bisa memutuskan serangan hama.
Perasaan senang juga diungkapkan sejumlah petani di Desa Bulurejo saat ditemui di sela-sela tanam kembali lahan yang dikelola.
“Alhamdulillah, kemarin bisa panen. Ini mau ditanam padi lagi,” kata beberapa petani.
Meski petani merasa senang, namun mereka masih dihadapkan pada masalah pemasaran gabah. Pasalnya, tidak semua hasil panen mereka bisa dijual ke Bulog dengan harga HPP (Harga Pembelian Pemerintah) Rp 6.500/kilogram. “Pinginnya bisa dijual semua ke Bulog, tapi infonya Bulog juga tidak punya driyer (pengering gabah). Kalau dijual ke penebas harganya pasti di bawah harga Bulog,” ujarnya.
Senada diungkapkan Camat Juwiring, Nindiyarini. Menurut dia, sebenarnya petani ingin menjual gabahnya ke Bulog karena harga pemerintah Rp 6.500. Tapi permasalahannya Bulog juga tidak punya blower (driyer) yang besar.
Sumber resmi di Bulog Klaten menyebutkan gabah hasil panenan petani yang bisa diserap Bulog hanya 20 persen, sedangkan 80 persen untuk pasar.
Saat ditanya apakah Bulog Klaten tidak memiliki driyer? Sumber tersebut membenarkan. Karenanya kata dia, Bulog menjalin kerja sama dengan sejumlah penggilingan padi yang memiliki driyer menjadi mitra kerja. (*)