SNI Telah Mengembalikan Masa Depan Sri Lestari

SNI Telah Mengembalikan Masa Depan Sri Lestari

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Wajah Sri Lestari terlihat sumringah. Meski sempat sakit dua bulan, wanita pemilik usaha Batik Allussan di Sumberadi, Sleman, ini akhirnya bersyukur usaha batik dan kerajinannya bisa tetap berjalan di masa pandemi Covid-19 ini.

Meski penjualan batiknya turun 80 persen lebih sejak setahun terakhir, wanita ini tidak merasa sendiri. Bersama 400 ribu lebih pelaku Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) di DIY lainnya, Sri merasa berjuang bersama agar tetap eksis di tengah dampak pandemi yang tak kunjung usai ini.

"Saya dan mungkin juga UMKM lain harus starting from zero saat pandemi ini terjadi," ujar Sri saat ditemui
koranbernas.id di kediamannya, Jumat (21/5/2021).

Kehilangan pasar, terutama pembeli dari luar negeri yang selama ini menjadi pelanggan Batik Allusan, akhirnya Sri berpikir keras mencari inovasi dalam mempertahankan usaha yang sudah dirintisnya sejak tahun 2005 ini. Padahal sebelum pandemi, Sri sering wira-wiri ke berbagai negara untuk memamerkan dan mempromosikan batik karyanya kepada warga dunia. Banyak pelanggan dari sejumlah negara yang selalu membeli batiknya, seperti Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Australia, Jerman, Belanda, Cina, hingga negara-negara di Timur Tengah.

Namun tanggungjawabnya pada puluhan karyawan yang harus tetap bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga mereka di masa sulit ini, membuat Sri akhirnya mengubah pemasaran produk-produk miliknya.

Alih-alih merumahkan karyawan, Sri memilih mengubah konsep produksi. Kalau dulu dia banyak bermain di batik cap, kini para perajinnya lebih banyak membuat batik-batik tulis.

"Sekarang ini saya minta perajin membuat batik tulis. Pekerjaan mereka dihargai per karya, sehingga lebih menguntungkan untuk mereka dengan hasil batik yang juga berkualitas," jelasnya.

Sertifikat SNI

Menjadi satu dari 865 UMKM binaan Badan Standararisasi Nasional (BSN), Sri merasakan ada perubahan positif dari konsep baru yang diterapkannya. Memanfaatkan beragam marketplace dan e-commerce sebagai media berjualan, keuntungan pun mulai masuk ke pundi-pundinya.

Sejak memanfaatkan teknologi, penjualan batik dan kerajinannya pun semakin meningkat. Produksi batik pun mengalami kenaikan secara signifikan. Kalau pada 2020 lalu Batik Allusan baru mampu membuat 600-an batik tulis, maka pada kuarter pertama 2021 ini para perajin sudah mampu menghasilkan 600-an batik tulis siap jual.

Banyak konsumen dari dalam dan luar negeri serta reseller yang semakin mempercayai kualitas Batik Allusan, meski mereka membeli batik secara online. Hal ini tak lepas produk-produk Batik Allussan yang sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) Seri Batik. Sebut saja SNI 8303:2016 untuk Batik Cap, SNI 8302:2016 untuk Batik Tulis dan SNI 8304:2016 untuk Batik Kombinasi.

Sertifikat SNI tersebut pun bahkan menjadi "senjata" Sri dalam memasarkan produk batik dan kerajinan miliknya. Kalau sebelumnya dia harus menjelaskan kepada pembeli detil kualitas batik dan kerajinan miliknya secara panjang lebar, dengan legalitas sertifikat SNI yang dimiliki sejak 2015 lalu itu, dia cukup menyertakannya pada produk jualannya.

Legalitas SNI tersebut sebagai tanggungjawab produsen dalam memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya. Terlebih pasar internasional juga akan lebih percaya produsen yang memiliki izin usaha dan legalitas yang diakui negara.

"Pembeli maupun reseller kita ini kan cerdas-cerdas sekarang ini. Mereka lebih memilih membeli produk yang asli dan memiliki standar dan kualitas yang jelas. Termasuk pembeli dari luar negeri yang sangat ketat dalam memilih produk-produk yang akan mereka gunakan. Sertifikat SNI yang kami miliki sejak lima tahun terakhir membantu sekali dalam memasarkan produk-produk yang kami jual," paparnya.

Sri menambahkan, dia akan terus mempertahankan kualitas Batik Allussan. Apalagi rumah batik tersebut memiliki kepedulian pelestarian batik sekaligus lingkungan hidup.

Kepedulian Sri dan perajin diwujudkan dalam bentuk motif batik yang mereka hasilkan. Seperti tumbuh-tumbuhan, bunga, dan hewan seperti kupu-kupu, gajah, belut, dan lainnya.

Mereka juga mengolah limbah batik agar tidak merusak lingkungan. Limbah batik diolah menjadi sumber pemasukan lain. Diantaranya olahan lilin menjadi malam, limbah dari kayu bakar yang berupa arang menjadi media tanam, terutama anggrek.

"Sedangkan limbah cairnya kami gunakan untuk menyirami tanaman langka, tanaman obat, tanaman pangan," paparnya.

Penopang Ekonomi

Secara terpisah, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY, Srie Nurkyatsiwi, mengungkapkan Pemda DIY terus berupaya memulihkan perekonomian DIY. Sektor UMKM yang menjadi salah satu penopang ekonomi DIY pun mulai bergerak ke arah positif.

Walaupun belum sepenuhnya pulih, berbagai program yang digulirkan pemerintah, termasuk pemerintah daerah, membuat UMKM kembali menunjukkan prestasinya. Dinas Koperasi dan UMKM DIY mencatat, dari total sekitar 400 ribu UMKM di DIY, sebanyak 280 ribu sudah tergabung dalam penjualan digital melalui aplikasi Si Bakul.

Jumlah tersebut ditargetkan akan semakin bertambah ke depannya, seiring maraknya penjualan daring selama pandemi. Dari total yang tergabung, sekitar 80 persen berjualan di bidang makanan dan minuman.

"Paling banyak masih kuliner. Mungkin pengaruh pandemi juga karena produk makanan juga yang paling laku saat ini. Kemudian disusul produk fesyen dan kerajinan tangan," jelasnya.

Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (17/5/2021) lalu, menyampaikan di tingkat nasional ekonomi Indonesia masih minus 2,93 persen. Bersyukur, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, perekonomian di DIY justru mengalami pertumbuhan hingga 6,14 persen.

"Ya, ekonomi DIY tumbuh pada kuartal pertama tahun ini. Semoga ekonomi nasional juga tumbuh positif," ujarnya.

Kepala BSN, Kukuh S. Achmad, dalam pembukaan IQE 2020 di Yogyakarta pada pada November 2020 lalu mengungkapkan, tuntutan perlindungan bagi konsumen semakin menguat. Sebab konsumen butuh jaminan keamanan, keselamatan, kesehatan dan tentunya kualitas. Karenanya SNI menjadi sangat penting dimiliki UMKM dan pelaku usaha

“Oleh karenanya, diperlukan dorongan untuk menggerakkan hilirisasi atau komersialisasi hasil inovasi, sehingga produk Indonesia memiliki value dan keunggulan kompetitif. Melalui inovasi, banyak produk unggulan yang dihasilkan," paparnya. 

Dalam kesempatan terpisah di Jakarta pada Selasa (11/5/2021), Kukuh menyampaikan BSN melakukan sejumlah aksi nyata untuk membantu mengatasi pandemi ini. Salah satunya melalui fasilitasi pembinaan UMKM. 

Kukuh berharap, keberhasilan pelaku usaha yang merupakan binaan dari Kantor Layanan Teknis BSN (KLT BSN) yang tersebar di 4 wilayah di Indonesia  bisa memberikan teladan dan inspirasi bagi pelaku usaha yang lain untuk menerapkan SNI secara sukarela.

"Sehingga bisa mensukseskan program pemerintah, bangga menggunakan produk Indonesia serta mendukung program pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19," imbuhnya.(*)