Jadi Sentra Gerabah, Gebangsari Masih Getok Tular
KORANBERNAS.ID, KEBUMEN--Kebumen ternyata memiliki sentra industri gerabah di Desa Gebangsari, Kecamatan Klirong. Namun sayangnya belum banyak orang yang mengetahui sentra kerajinan ini.
Hal ini dimungkinkan terjadi karena banyak perajin gerabah di Gebangsari belum melek teknologi. Perajin belum memanfaatkan sosial media untuk memasarkan gerabah perajin.
"Pemasarannya masih gethok tular, pembeli datang kesini," kata Sarmo, salah seorang perajin kepada koranbernas.id, Minggu (30/5/2021).
Perajin yang pernah magang di Kasongan, Bantul tahun 2017 itu mengaku belum memanfaatkan tehnologi informasi untuk promosi dan penjualan. Sebab mereka mengalami kesulitan terutama pengiriman barangnya.
Gerabah yang merupakan barang pecah belah rentan untuk dikirim. Packingnya juga tidak mudah dilakukan, terutama untuk dikirim ke luar negeri atau kota.
Apalagi sebagian besar perajin gerabah di desa ini merupakan kaum perempuan. Salah satunya Lasiyem (59). Perempuan yang menekuni menjadi perajin lebih dari 30 tahun hanya bisa mengandalkan penjualan melalui pedagang gerabah di beberapa pasar tradisional.
Sarmo menambahkan, model gerabah yang mereka buat pun belum beragam. Namun perajin bisa menyesuaikan kebutuhan konsumen.
Untuk pot tanaman misalnya, beberapa kali dia mendapatkan pesanan. Seorang pedagang gerabah dari Bekasi dan Magelang memintanya menambah motif pot tanaman agar lebih beragam.
"Pot model ini pesanan pedagang tanaman hias di Bekasi," kata Sarmo. (")