Saat Karya Relasi Cahaya Dipamerkan SUMONAR 2021
KORANBERNAS ID,YOGYAKARTA -- Ada yang berbeda dengan penyelenggaraan Festival Seni Cahaya SUMONAR 2021. Kondisi pandemi di Indonesia yang relatif membaik membuat pada tahun ketiga penyelenggaraan SUMONAR kembali dapat disaksikan oleh masyarakat luas secara terbatas.
Perhelatan ketiga ini diselenggarakan di Jogja National Museum (JNM) sejak Senin 6 hingga 12 Desember 2021. Kali ini Festival Seni Cahaya bertaraf Internasional ini merespon ruang-ruang pameran dan bangunan di JNM. Ada 17 seniman dari dalam dan luar negeri yang ikut berpartipasi dalam festival ini.
Pemilihan Jogja National Museum sebagai venue SUMONAR 2021 dirasa sebagai lokasi yang representatif dalam mengakomodasi ekspresi para seniman cahaya. Tahun ini SUMONAR memiliki beragam sajian program yang dapat dinikmati setiap hari.
Dengan kunjungan yang terbatas dan mematuhi protokal kesehatan serta melakukan registrasi melalui formulir yang telah disediakan.
SUMONAR merupakan perayaan cahaya yang diproyeksikan pada bidang bidang nyata maupun rekaan. Juga terdapat sebaran cahaya di dalam ruang, yang menimpali gagasan yang sudah ada menjadi imajinasi liar, atau sekadar memancing gagasan baru. SUMONAR berusaha bercerita melalui perspektif yang berbeda.
Mulanya SUMONAR diselenggarakan pada 2018 dengan nama Jogjakarta Video Mapping Festival (JVMF) bersamaan dengan Festival Kesenian Yogyakarta 30 di sepanjang Jalan Malioboro dan Kawasan Nol Kilometer. Kemudian tumbuh menjadi SUMONAR pada 2019 dan berkembang hingga sekarang.
Dalam konferensi pers yang dilakukan Senin (6/12/2021), Kurator SUMONAR 2021, Ignatia Nilu menuturkan, bagaimana kehadiran cahaya di dalam konstelasi keseharian manusia membawa ketertarikan untuk menginvestigasi proses berelasi spektrum cahaya hari ini dengan dinamika sosial, alam, dan pengetahuan.
Berangkat dari idiom fisika, SUMONAR 2021 “Spectrum Optica” dapat dimaknai sebagai pindai Inderawi untuk menangkap spektrum gelombang elektromagnetik yang tepatnya merupakan bagian dari spektrum optik kasat mata manusia.
"Unsur cahaya hadir sebagai spektrum utama yang diolah, yang di hari ini kita dapat menyadari kehadiran cahaya juga termimesis dalam mantra visual yang dibuat manusia," lanjutnya.
Pencanggihan teknologi juga turut menyajikan cahaya dalam konfigurasi cahaya bergerak yang dikerjakan secara digital maupun komputasi digital yang turut hadir dalam gelaran Sumonar oleh para seniman di tahun ini.
"Pandemi sejak 2020 lalu hingga sekarang ini menjadi masa yang tidak mudah bagi industri kreatif manapun, banyak peristiwa yang telah dilalui bersama," kata Nilu.
SUMONAR tahun ini berusaha mengajak membagikan pengalaman estetis melalui rengkuhan kenangan yang berpendar pada setiap titik cahaya.
"Titik-titik cahaya ini dihadirkan oleh para seniman yang diundang untuk mengekspresikan gagasannya. Kami juga mengajak beberapa kawan baru untuk bekerja bersama mewujudkan SUMONAR tahun ini," paparnya.
Smentara Fani Cahya Putra atau akrab dipanggil Fanikini dari Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP) menambahkan, penyelenggaraan SUMONAR tahun ini mencoba untuk mengembalikan kebiasaan masyarakat umum yang bertemu, mengapresiasi karya seni cahaya, berjejaring untuk berbagi kebaikan apapun yang mana tahun lalu masih sangat terbatas dengan kondisi yang tidak mudah untuk diwujudkan seperti sekarang ini.
"Akan ada banyak kejutan dalam rangkaian SUMONAR tahun ini dengan workshop bersama Epson yang nantinya juga akan menampilkan salah satu karya artis JVMP, yang tak kalah dinantikan adalah merespon gelombang besar Crypto Art di dunia NFT (Non Fungible Token)," tutup Fani.(*)