Rumah Sakit di DIY Kesulitan Keuangan

Rumah Sakit di DIY Kesulitan Keuangan

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana, menyatakan rumah sakit (RS) di DIY saat ini mengalami kesulitan keuangan disebabkan pasien non-Covid-19 turun drastis. Agar pelayanan kesehatan tetap berjalan baik Pemda DIY perlu memberikan insentif dan bantuan.

“Institusi rumah sakit sangat kesulitan bahkan kesulitan keuangan, karena pasien selain Covid-19 sepi. Pendapatan berkurang jauh. Menangani Covid-19 perlu biaya besar,” ujarnya, Sabtu (23/5/2020), di Yogyakarta.

Adapun bantuan tersebut wujudnya bisa berupa pengurangan beban listrik, beban air maupun penyediaan alat pelindung diri (APD) serta insentif yang pantas untuk tenaga kesehatan.

Menurut dia, kondisi ini sangat memprihatinkan dan sangat tidak diinginkan bahkan tenaga kesehatan dan rumah sakit menjadi pihak yang paling menderita dan tertekan.

“Saat ini saja rekan rekan tenaga kesehatan baik dokter, perawat, tenaga laboratorium bahkan sampai satpam dan cleaning service rumah sakit sudah sangat tertekan,” ungkapnya.

Dia mengusulkan pemerintah segera menggelontorkan insentif bagi tenaga kesehatan maupun memberikan subsidi untuk rumah sakit. “Mereka dalam kondisi kesulitan keuangan,” katanya lagi.

Mestinya, lanjut dia, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 DIY bidang kesehatan perlu manambah kapasitas RS untuk perawatan Covid-19 setidaknya sampai 500 bed atau 600 bed.

Saat ini dari 27 rumah sakit rujukan Covid-19 di DIY sudah menyediakan sekitar 300 bed untuk  merawat penderita Covid-19, sudah lebih dari 200 bed terisi atau bahkan hampir penuh untuk merawat PDP (Pasien dalam Pengawasan) maupun pasien positif Covid-19.

“Penambahan kapasitas ini perlu dilakukan sebagai antisipasi, meskipun kita semua tidak menginginkan penambahan pasien Covid-19. Jangan sampai ketika kejadian kita tidak siap, kondisi semakin memburuk dan pasien tidak tertangani,” kata Huda.

Selain itu, pengadaan APD untuk keamanan tenaga kesehatan harus dilakukan masif dan berkualitas. Peningkatan kapasitas layanan kesehatan merupakan upaya terakhir yang harus dilakukan gugus tugas, karena berbagai tindakan pencegahan kurang efektif dilakukan.

Sebagai gambaran, pada Maret silam disiapkan 300 bed saat penderita positif masih di bawah 10 orang, dan kondisi masyarakat terjaga serta hati-hati, mematuhi imbauan tetap di rumah, pakai masker, jaga jarak dan sebagainya. “Sekarang 300 bed itu sudah terpakai 200 lebih,” terangnya.

Anggota Fraksi PKS DPRD DIY ini melihat ketersediaan ruang perawatan kurang merata di kabupaten/kota. Di Bantul dan Gunungkidul misalnya, saat ini hanya tersisa beberapa bed saja karena memang fasilitas kesehatan cukup terbatas.

Gugus tugas perlu berembug dengan rumah sakit rujukan terkait insentif yang wajar dan memungkinkan, baik rumah sakit negeri ataupun swasta. (sol)