Rumah Citta Gelar Pameran Seni Keluarga dari Limbah

Rumah Citta Gelar Pameran Seni Keluarga dari Limbah
Pengunjung di pameran seni keluarga dari limbah oleh Labschool Rumah Citta di The Ratan. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Labschool Rumah Citta, sebuah sekolah yang mengutamakan ramah lingkungan dan kearifan lokal, menggelar pameran seni keluarga dari limbah di The Ratan, Jogja, pada 12-14 Januari 2024. Pameran ini bertema Uwuh Tuwuh Jumbuh, yang berarti menata, mengelola, dan menghidupkan sampah agar tumbuh menjadi sesuatu yang selaras dan bernilai.

Pameran ini menampilkan karya-karya seni yang dibuat oleh anak-anak bersama orang tua mereka, dengan menggunakan botol, kardus, plastik, dan aneka barang tak terpakai lainnya. Karya-karya ini merupakan hasil dari kegiatan bermain dan berdiskusi yang dilakukan sejak November hingga Desember 2023, dalam rangka merayakan Hari Keluarga dan Hari Ayah.

Pameran ini merupakan bagian dari visi Sekolah Rumah Citta untuk membangun karakter keluarga yang ramah lingkungan dan menghargai kearifan lokal. Dalam rangkaian pameran ini juga dilaksanakan  berbagai workshop yang bisa diikuti oleh anak-anak dan umum.

Proses pembuatan karya seni ini telah berjalan cukup panjang di lingkungan sekolah, dengan kesadaran bahwa daur ulang limbah bukan hanya tentang pengelolaan sampah semata, namun juga tentang pengelolaan sumber daya yang ada.

Karya-karya yang dipamerkan terlahir dari kegiatan bermain anak bersama keluarga. Orang tua dan anak-anak saling berbagi ide, berdiskusi, dan berkolaborasi saat berkreasi dengan botol, kardus, plastik, dan aneka barang yang tak terpakai yang ada di sekitar mereka. Melalui proses ini, anak-anak semakin mengenal keluarganya dan menguatkan identitas dirinya.

Uwuh Tuwuh Jumbuh bukanlah puncak pencapaian proses pembentukan karakter individu ramah lingkungan dan menghargai kearifan lokal. Uwuh Tuwuh Jumbuh adalah sepenggal cerita tentang bagaimana membangun budaya ramah lingkungan dan kearifan lokal berproses bersama keluarga.

Salah satu karya yang menarik perhatian adalah pupuk kompos yang dibuat oleh Wedha, salah satu siswa kelas 4 Labs School Rumah Citta. Wedha memiliki ketertarikan khusus dengan pertanian dan ingin membuat pupuk dari bahan-bahan alami.

“Kotoran burung ini dikumpulkannya dari burung peliharaan di rumah,” kata Hafidz, ayah Wedha yang juga merupakan Tim Publikasi Pameran Rumah Citta pada Jumat (12/1/2024).

Wedha memberi nama karyanya Pupuk K3, yang bermakna kulit telur, kulit bawang, dan kotoran burung. Ia menampilkan karyanya dengan komposter mini yang dibuatnya secara sederhana menggunakan toples bekas. Ia juga menunjukkan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kompos tersebut. Selain itu, ia mengaplikasikan hasil kompos yang telah dibuatnya untuk tanaman lidah buaya dan bawang.

“Sejak kecil dia tertarik dengan pertanian. Karena saya bekerja di bidang teknologi, pernah riset Wedha membuat robot penyiram tanaman. Saat ini pun kalau ditanya cita-cita, Wedha akan menjawab menjadi petani,” imbuhnya.

Fansisca Ana Ruma Dewi, Kepala Sekolah Rumah Citta, mengatakan bahwa pameran ini merupakan bagian dari visi sekolah untuk membangun karakter keluarga yang ramah lingkungan dan menghargai kearifan lokal. Ia berharap bahwa melalui proses ini, anak-anak dapat membentuk identitas diri yang dekat dengan keluarga mereka dan memiliki semangat untuk memanfaatkan sumber daya yang ada.

“Kegiatan ini dimulai dengan perayaan Hari Keluarga pada bulan November hingga Desember, termasuk Hari Ayah pada tanggal 12 November. Kami mengadakan berbagai kegiatan bersama anak-anak dan orang tua, seperti membuat karya dan melakukan riset dari limbah. Kegiatan ini berlanjut hingga Januari, dan hasilnya dipamerkan di RC,” ujar Ana.

“Kami percaya bahwa anak-anak harus diberi kesempatan untuk berkembang dalam lingkungan yang dekat dengan keluarga mereka, sehingga mereka dapat membentuk identitas yang unik. Orang tua memiliki peran penting dalam mendampingi dan bermain bersama anak-anak mereka,” tambahnya.

Rumah Citta juga telah memiliki program pengurangan sampah yang disempurnakan, dengan memisahkan sampah organik dan anorganik, serta plastik dan kertas sesuai dengan aturan yang diinisiasi oleh Pemkot Jogja. Rumah Citta juga menambahkan biopori dan mencuci sampah yang kotor sebelum menampungnya. Jika memungkinkan, sampah tersebut digunakan untuk membuat karya.

“Jika sampah tersebut kotor, kami mencucinya terlebih dahulu, mengeringkannya, dan kemudian menampungnya. Kami memiliki tim yang memilah sampah tersebut dan jika memungkinkan, sampah tersebut digunakan untuk membuat karya,” tutupnya. (*)