Proyek Seni Independen: Seni sebagai Solusi Problematik Masyarakat

Oleh: Heri Abi Burachman Hakim

Merdeka Belajar Kampus Merdeka, seperti mengubah paradigma pendidikan, sekaligus mengikis dunia pendidikan tinggi sebagai menara gading. Problema di masyarakat menjadi variabel penting bagi dunia pendidikan dalam menyiapkan SDM berpendidikan tinggi yang mampu mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuannya untuk berkiprah di masyarakat.

Proyek Seni Independen: Seni sebagai Solusi Problematik Masyarakat
Heri Abi Burachman Hakim. (istimewa).

PADA era Merdeka Belajar Kampus Merdeka, perguruan tinggi didorong untuk semakin dekat dengan dunia industri dan masyarakat. Kedekatan perguruan tinggi dengan dunia industri diharapkan mampu membentuk profil lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Perguruan tinggi juga diharapkan semakin intens berinteraksi dengan masyarakat, sehingga mampu berkontribusi untuk menyelesaikan berbagai problematika yang dihadapi masyarakat.

ISI Yogyakarta sebagai perguruan tinggi seni, akan membantu menyelesaikan berbagai problematika yang dihadapi masyarakat, dengan memanfaatkan kompetensi seni yang dimiliki sivitas akademikanya. Melalui kompetensi seni yang dimiliki, sivitas akademika ISI Yogyakarta membantu melakukan branding, memberikan kompetensi di bidang seni dan menggelar pertunjukan yang mampu mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Dengan demikian seni dapat menjadi jawaban atas berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat.

Proyek Seni Independen

Dalam Buku Panduan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka disebutkan bahwa salah satu kegiatan dalam program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka adalah Proyek Independen. Proyek ini memungkinkan mahasiswa mewujudkan ide atau kreativitasnya, sehingga memperoleh prestasi atau karya tersebut memberikan manfaat bagi masyarakat. Dengan proyek independen ini, ide dan kreativitas mahasiswa tidak berakhir di bangku kuliah tetapi lebih aplikatif bermanfaat bagi masyarakat.

Bagi mahasiswa perguruan tinggi seni seperti ISI Yogyakarta, mahasiswa dapat melakukan berbagai proyek independen dengan memanfaatkan kompetensi seni yang dimiliki. Dengan kompetensi di bidang desain, seni rupa, seni media rekam dan seni pertunjukan, mahasiswa ISI Yogyakarta dapat mendesain proyek seni independen yang mampu menyelesaikan berbagai problematika masyarakat. Berikut akan dideskripsikan berbagai proyek seni independen yang telah dilakukan oleh mahasiswa ISI Yogyakarta.

Seni sebagai solusi

Dalam artikel ini penulis mencoba membagi kompetensi seni mahasiswa ISI Yogyakarta menjadi tiga kompetensi, yaitu bidang seni rupa, seni pertunjukan dan seni media rekam. Pembagian tersebut didasarkan pada jumlah fakultas yang ada di ISI Yogyakarta, yaitu Fakultas Seni Rupa, Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Media Rekam. Dengan pembagian kompetensi berdasarkan fakultas yang ada, ISI Yogyakarta diharapkan mampu memberikan gambaran proyek seni independen yang dilakukan oleh mahasiswa dari setiap fakultas.

Kompetensi di bidang seni rupa, khususnya desain, dosen dan mahasiswa ISI Yogyakarta mampu membantu branding yang dilakukan warga Nologaten, Ambarukmo, Yogyakarta. Melalui Program Rancang Dusun atau Randu, Mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual ISI Yogyakarta, melakukan mural pada dinding sepanjang 124 di Nologaten, RT-008, RW-003, Sleman, Yogyakarta (Tribun Jogja, 2023). Kegiatan mural ini mengubah suasa lingkungan di Nologaten yang padat dengan UKM di bidang kuliner. Kehadiran mural bernuansa budaya Jepang, menarik masyarakat untuk datang dan berfoto selfi, kemudian menikmati kuliner yang ditawarkan oleh UKM di sekitar Nologaten. Semakin banyak kunjungan masyarakat ke Nologaten dan menikmati kuliner dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, seni mampu membantu masyarakat menyelesaikan persoalan ekomominya.

Mahasiswa ISI Yogyakarta juga memanfaatkan kompetensi seni di bidang seni pertunjukan untuk melatih bakat seni putra-putri pelaku wisata di sekitar Candi Borobudur. Mahasiswa dari Program Studi Etnomusikologi, Tari dan Teater berkolaborasi untuk melatih putra-putri pelaku wisata di sekitar Candi Borobudur menggelar pertunjukan. Dengan bantuan mahasiswa ISI Yogyakarta, putra-putri pelaku wisata di sekitar Candi Borobudur mampu mementaskan sendratari berjudul ”Asah Asih Asuh” di Taman Lumbini, Komplek Candi Borobudur pada 19 Desember 2021 (Republika, 2021). Pementasan ini merupakan proyek seni independen yang dilakukan oleh mahasiswa ISI Yogyakarta dengan dukungan Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur.  Pentas sendratari ini diharapkan mampu menjadi agenda pertunjukan di Candi Borobudur, sehingga memberikan manfaat ekonomi bagi pelaku di sekitar Candi Borobudur.

Kompetensi terakhir yang digunakan untuk membantu masyarakat adalah kompetensi seni media rekam.  Mahasiswa dari Program Studi Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, menyelenggarakan workshop fotografi bagi pelaku UKM Desa Sriharjo dan Desa Canden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (Kompas, 2022). Workshop fotografi ini membantu masyarakat memanfaatkan foto sebagai solusi permasalahan promosi yang selama ini dihadapi. Workshop fotografi ini terdiri dari dua materi yaitu foto produk dan fotografi jurnalistik. Dengan penyelenggaraan workshop ini, diharapkan pelaku UKM di dua desa mampu menghasilkan foto produk yang menarik dan artikel untuk membantu promosi produk-produk UKM. Proyek seni independen yang dilakukan oleh mahasiswa ini diharapkan mampu meningkatkan efektivitas promosi yang dilakukan pelaku UKM di desan Canden dan Sriharjo.

Proyek independen ternyata mampu membantu berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Perguruan tinggi seni seperti ISI Yogyakarta, memanfaatkan kompetensi seni yang dimiliki sivitas akademikanya untuk membantu masyarakat menemukan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi. Proyek independen yang ada di dalam Program Merdeka Belajar – Kampus Belajar benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. **

Heri Abi Burachman Hakim, SIP., MIP

Pranata Humas ISI Yogyakarta