Program Sleman Kawasan Pertanian Sehat Menguntungkan Petani
Lebih dari 2.000 petani tergabung dalam 39 kelompok tani telah melaksanakan program ini.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Program Sleman Kawasan Pertanian Sehat memiliki dampak positif mengubah praktik pertanian menuju sistem yang lebih sehat dan berkelanjutan sehingga menunjukkan potensi penghematan biaya produksi jangka panjang melalui pengurangan ketergantungan pada input kimia.
“Program Sleman Kawasan Pertanian Sehat memiliki dampak positif mengubah praktik pertanian menuju sistem yang lebih sehat dan berkelanjutan, sehingga menunjukkan potensi penghematan biaya produksi jangka panjang melalui pengurangan ketergantungan pada input kimia,” ungkap Suparmono, Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Senin (28/10/2024), di kantornya.
Menurut dia, berdasarkan laporan hasil analisis dan evaluasi Program Sleman Kawasan Pertanian Sehat yang dilaksanakan oleh Tim Bulaksumur Consulting, tingkat adopsi petani terhadap praktik budi daya tanaman sehat tergolong cukup baik dengan capaian 71,33 persen dan kategori setuju, berdasarkan pengetahuan dan perilaku petani.
“Program Sleman Kawasan Pertanian Sehat telah meningkatkan pengetahuan dan merubah perilaku petani secara signifikan,” kata Suparmono.
Peluang pasar
Disebutkan, merujuk pada hasil laporan, faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan perilaku tersebut adalah adanya peluang pasar, peran PPOPT/PPL serta usia petani. Selain itu, manfaat lingkungan yang signifikan juga terlihat dari peningkatan kesehatan tanah dan keseimbangan ekosistem.
“Program ini juga memiliki peluang peningkatan nilai ekonomi melalui branding Padi Sehat Sleman,” jelas Suparmono.
Sebagaimana diketahui, Kabupaten Sleman berkomitmen mewujudkan diri sebagai kawasan pertanian sehat melalui program Sleman Kawasan Pertanian Sehat.
Program ini dilaksanakan berdasarkan Instruksi Bupati Sleman Nomor 19/Instr/2023 dan Peraturan Bupati Sleman Nomor 62 Tahun 2023 tentang Pengembangan Pertanian Organik Berbasis Kawasan.
Pupuk organik
“Fokus utama program ini adalah mengembangkan sistem Budidaya Tanaman Sehat (BTS) yang menggantikan penggunaan pupuk dan pestisida kimia dengan pupuk organik dan agensia hayati,” ujar Suparmono.
Pemerintah Kabupaten Sleman mendukung program ini melalui berbagai inisiatif, termasuk pelatihan petani, pemberian bantuan alat pertanian, dan pengembangan komoditas strategis seperti padi, cabai, dan telur.
“Padi masih menjadi tanaman pangan utama, untuk itu Pemda Sleman mendukung dengan alokasi anggaran sebesar Rp 16 miliar pada tahun 2023,” jelas Suparmono.
Suparmono juga mengungkapkan luas panen padi Kabupaten Sleman tahun 2023 yaitu 41.983 hekter terdiri dari 41.513 hektar lahan sawah dan 470 hektar lahan sawah tadah hujan atau ladang dengan rata-rata produktivitas 60,22 kuintal per hektar.
Beras organik
Produksi padi sawah 251.159 ton dan 1.659 ton padi ladang atau tadah hujan sehingga total produksi padi sebesar 252.818 ton gabah kering giling (GKG).
“Sleman juga memiliki program pengembangan padi sembada merah/hitam serta mendorong pengembangan usaha tani organik untuk memenuhi kebutuhan beras organik,” tambah Suparmono.
Khusus untuk komoditas padi, Program Sleman Kawasan Pertanian Sehat telah dilaksanakan pada tahun 2021 dan 2023 dengan target petani. “Sebanyak lebih dari 2.000 petani yang tergabung dalam 39 gapoktan atau kelompok tani telah melaksanakan program ini,” ungkap Suparmono.
Tujuan program itu adalah menyejahterakan petani, melindungi konsumen, menjaga kelestarian lingkungan, serta memenuhi kebutuhan pasar akan produk pertanian sehat, terutama seiring dengan pesatnya pertumbuhan industri pariwisata di Sleman.
Lima tahun lalu
Manfaat program ini telah dirasakan petani, sebagaimana diungkapkan Sriyono, anggota Gabungan Kelompok Tani Ngudi Waluyo. “Saya sudah mengenal Budidaya Tanaman Sehat (BTS) ini sejak lima tahun yang lalu, dan masih menerapkannya sampai saat ini,” terang Sriyono.
Warga Padukuhan Prumpung Sardonoharjo Ngaglik ini mengungkapkan, sejak mengenal BTS dia tidak lagi ketergantungan dengan pupuk kimia subsidi. Biaya yang dibutuhkan untuk modal budidaya padi hanyalah biaya olah tanah dan biaya tanam. “Sangat hemat, karena pupuknya buat sendiri kok,” kata Sriyono.
Sriyono menceritakan saat awal menerapkan BTS, untuk luasan 1.000 m2 dia bisa panen 5-6 ton per hektar. “Tahun ketiga bahkan panen mencapai 9 ton per hektar, tapi sayangnya tahun ini menurun akibat kekurangan air saat fase pembungaan,” jelas Sriyono.
Sriyono menyampaikan hasil panen BTS lebih bagus daripada dengan budi daya konvensional. Tanpa pupuk kimia, asalkan petani rajin menyemprotkan POC buatan sendiri, maka pertumbuhan tanaman bagus dan lebih aman dari serangan OPT atau hama.
Keuntungan besar
Lahan sawah di Prumpung yang petaninya terus menerapkan BTS 5 tahun terakhir ini, seluas 10 hektar. Petani tetap menerapkan BTS karena merasa mendapat keuntungan lebih besar. “Varietas yang ditanam yaitu sembada merah dan mentik susu, harga berasnya Rp 16.000 dan Rp 19.000 per kg,” terang Sriyono.
Harga tersebut tentu lebih tinggi dari harga beras pada umumnya. Berdasarkan data yang bersumber dari https://hargapangan.slemankab.go.id/ tanggal 25 Oktober 2024, harga beras SPHP (Bulog) Rp 12.500, beras medium Rp 13.529 dan harga beras premium Rp 15.043.
Harga jual beras yang lebih baik serta sudah adanya jaminan pemasaran, memiliki signifikansi paling kuat mempengaruhi perilaku petani dalam sistem Budidaya Tanaman Sehat di Prumpung. Saat ini anggota Gapoktan Ngudi Waluyo sudah memiliki mitra pemasaran produk beras sehat yaitu Lingkar Organik dan Orrice.
Sriyono masih berharap dukungan dari dinas agar dapat mengoptimalkan keuntungan usaha. Ini karena biaya giling dan sortir beras cukup mahal, selain itu karena seringnya penyemprotan POC, jika harus membayar tenaga manusia tentu butuh biaya lebih.