Prof Adhi Iman Sulaiman Berkomitmen sebagai "Blusuker"

Sesungguhnya kesuksesan itu ada di lapangan, bukan di dalam buku.

Prof Adhi Iman Sulaiman Berkomitmen sebagai "Blusuker"
Prof Dr Adhi Iman Sulaiman. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, PURWOKERTO -- Meskipun menyandang gelar sebagai guru besar, namun Prof Dr Adhi Iman Sulaiman SIP MSi tetap berkomitmen, tidak ada yang berubah.

"Saya akan tetap menjadi blusuker atau laskar Jenderal Soedirman yang selalu mengibarkan bendera Unsoed ke berbagai pelosok daerah, desa dan tanah air dengan riset dan pemberdayaan masyarakat," ujarnya saat menyampaikan orasi ilmiahnya pada pengukuhan guru besar di hadapan Senat Terbuka Unsoed dan tamu undangan yang hadir Di Graha Widyatama Prof Rubijanto Misman Unsoed Purwokerto, Kamis (23/11/2023).

Judul orasi ilmiahnya: Komunikasi Partisipatif  sebagai Reformasi Sosial Ekonomi Pembangunan (RESEP) dalam Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan untuk Kesejahteraan dan Kemandirian.

Prof Adhi Iman -- guru besar pertama di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed ini -- merasa bangga menyebut dirinya blusuker, yang bermakna pelaku blusukan ke berbagai pelosok daerah, desa dan tanah air dengan riset dan pemberdayaan masyarakat perdesaan.

Dengan blusukan itu, targetnya ada peningkatakan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di tempat yang dikunjungi kelak kemudian hari.

ARTIKEL LAINNYA: Setahun, Unsoed Bertambah 40 Guru Besar Baru

"Sesungguhnya kesuksesan itu ada di lapangan, bukan di dalam buku. Jadi ya saya senang melakukan blusukan bersama tim. Ada kepuasaan tersendiri ketika daerah yang pernah saya kunjungi dan dijadikan riset lapangan, belakangan kesejahteraan masyarakatnya naik, dan menjadi masyarakat mandiri," ujar Adhi Iman dalam perbincangan dengan koranbernas.id pada suatu kesempatan.

Ya, kiprah Prof Adhi Iman dalam melakukan riset dan pemberdayaan masyarakat, bukan mulai beberapa tahun ini saja, tapi sudah berlangsung sejak belasan tahun lalu. Tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.

Di dalam negeri, sudah puluhan desa dijadikan "laboratorium lapangan". Belakangan, riset dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan seputar Agrowisata, Eduwisata & Ekowisata.

Baginya, gelar guru besar atau profesor merupakan jabatan dan capaian prestasi akademik yang bukan semat-mata sebagai prestasi dan prestise secara pribadi, namun juga untuk institusi.

"Menjadi guru besar memiliki konskeuensi atau tangung jawab untuk meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan,inovasi, dan kualitas serta kuantitas publikasi jurnal bereputasi dan buku referensi," ujar pria kelahiran Bandung 13 Oktober 1976 ini.

ARTIKEL LAINNYA: Mahasiswa Unsoed Kaji Kesuksesan KWT Sari Makmur Banyumas

Prof Adhi Iman juga berkomitmen menjadi motivator, inspirator dan siap berkolaborasi mendukung rekan sejawat dan kolega meraih guru besar. Dan tetap berkolaborasi atau bermitra dalam merancang dan mengimplementasikan program, strategi serta model pemberdayaan masyarakat dengan dengan Penthahelix Stakeholder.

Yakni pemerintah, pihak swasta, akademisi, aktivis pemberdayaan dan pihak jurnalis media yang sangat membantu dalam sosialisasi, diseminasi juga publikasi.

"Saya mengucapkan syukur Alhamdulillah atas rahmat dan karunia Allah SWT. Dan saya banyak menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang menjadi bagian penting dalam menorehkan kesan terbaik sejarah kehidupan saya. Sehingga saya dapat meraih jabatan tertinggi di bidang akademik, dan siap berkontribusi kepada institusi tercinta, Unsoed," ujarnya.

Prof Adhi Iman Sulaiman menamatkan S1 di Undip, S2 di Unpad dan S-3 di IPB dengan bidang ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan. (*)