Potret Keragaman dan Inklusivitas, Nia Dinata Filmkan Raminten 

Film ini mendokumentasikan kisah hidup sosok dibelakang Raminten.

Potret Keragaman dan Inklusivitas, Nia Dinata Filmkan Raminten 
Pemotongan tumpeng sebagai simbol pemanjatan doa memulai pembuatan film Raminten oleh sineas Nia Dinata di House of Raminten Kotabaru. (Muhammad zukhronnee Ms/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA - Sutradara ternama Nia Dinata saat ini tengah menggarap film dokumenter berjudul "Raminten Universe", yang bertujuan mengangkat kisah di balik fenomena budaya Raminten di Yogyakarta. 

Film ini akan menggali lebih dalam filosofi dan semangat yang menjadi pondasi Raminten Universe, salah satu ikon pariwisata dan budaya Jogja yang telah memberikan dampak positif bagi banyak orang.

Nia Dinata, yang telah mengenal Yogyakarta sejak tahun 2000 saat syuting film "Ca-bau-kan", mengungkapkan ketertarikannya pada sosok Raminten. 

"Saya langsung jatuh cinta dengan tokoh Raminten. Setelah hampir 24 tahun, saya berpikir, kenapa saya sebagai orang Indonesia tidak mengangkat Kanjeng atau pendiri Raminten, K.M.T. Tanoyo Hamijinindyo (Hamzah Sulaeman), dengan tokoh alter egonya, Raminten, yang sudah membawa begitu banyak kebaikan," ujar Nia kepada wartawan di Raminten House, Yogyakarta, Senin (19/8/2024).

Film dokumenter ini akan menampilkan tidak hanya kemegahan Kabaret Show atau aspek glamor Raminten, tetapi juga spirit dan jiwa di baliknya. Nia menekankan pentingnya mengungkap nilai-nilai yang jarang terlihat dalam kehidupan sehari-hari, terutama di industri film Jakarta yang cenderung transaksional.

"Ketika masuk ke dunia Raminten, berkenalan dengan Kanjeng, ngobrol banyak dengan Ratri, Mas Amin alias Mami Mincu, dan semua yang ada di sini, semuanya terasa bahwa kita ini bersama, kita diterima, kita mencari kebahagiaan batin dulu, baru kemudian kebahagiaan lahir," jelas Nia.

Melalui film dokumenter ini, Nia Dinata dan timnya berharap dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menciptakan ruang aman (safe space) di lingkungan mereka masing-masing dan melihat kesuksesan dari perspektif yang lebih holistik.

"Raminten Universe diharapkan dapat menjadi cerminan nilai-nilai inklusivitas, keberagaman, dan kemanusiaan yang diwujudkan melalui fenomena budaya Raminten di Yogyakarta," tandasnya.

Terinsipirasi Representasi Gender

Sementara Dena Rachman, produser film menambahkan bahwa film ini terinspirasi dari penelitiannya tentang representasi gender dalam industri film Indonesia. 

"Sepertinya belum ada representasi seperti ini, terutama tentang apa yang dilakukan oleh Kanjeng dan seluruh tim di Raminten Yogyakarta," ujar Dena.

Film "Raminten Universe" didanai melalui crowdfunding dari lingkaran kecil pendukung yang memahami urgensi pembuatan film ini. Meskipun bersifat non-profit, tim produksi berharap film ini dapat ditayangkan di berbagai festival film, baik di dalam maupun luar negeri.

Kalyana Shira Films, yang memproduksi film ini, telah memulai riset sejak April 2024 dan proses pengambilan gambar dimulai pada Juli 2024. Dokumenter ini diproyeksikan akan rampung pada akhir tahun 2024.

Selain mendokumentasikan cerita Raminten, film ini juga bertujuan mempromosikan Yogyakarta sebagai kota yang tidak hanya kental akan budaya Jawa tradisional, tetapi juga kaya akan seni modern kontemporer. 

Film ini akan mengangkat pesan moral bahwa nilai-nilai kebaikan memiliki dampak nyata terhadap hidup orang banyak tanpa memandang perbedaan.

Ratri, Direktur House of Raminten, yang juga merupakan putri dari pendiri Raminten, K.M.T. Tanoyo Hamijinindyo (Hamzah Sulaeman), menyatakan dukungannya terhadap proyek ini. 

"Semua tim dari pihak Raminten menyambut dokumenter ini dengan sangat positif dan berharap dokumenter ini akan disambut dengan baik juga oleh masyarakat Indonesia, khususnya warga Jogja," ujarnya.

Kanjeng Hamzah Sulaeman sendiri telah memberikan restu dan pengharapannya untuk kesuksesan film ini.

"Saya doakan supaya maju dan berbahagia," pesannya kepada tim produksi.

Dia mengaku belum pernah ada terlibat dalam pembuatan film yang serius terhadap Raminten. Syuting seperti ini baru pernah dialaminya, terlebih film ini akan fokus pada usahanya membangun sebuah Jagad Raminten yang akhirnya bermanfaat bagi orang banyak.(*)