Pola Makan yang Salah Bisa Memicu Stunting, Bukan Asal Doyan Tapi Tak Bergizi

Para ibu agar memberikan makanan yang bergizi, terutama kepada putri-putrinya sebagai calon ibu.

Pola Makan yang Salah Bisa Memicu Stunting, Bukan Asal Doyan Tapi Tak Bergizi
Anggota Komisi IX DPR RI, H Sukamto SH, menyampaikan sambutan dan pengarahan pada Kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus Bersama Mitra Kerja Tahun Anggaran 2024 di Yogyakarta. (istimewa)

KORABERNAS.ID, YOGYAKARTA – Pemerintah terus berusaha menekan angka stunting. Langkah besar menuju Indonesia Emas 2045 itu perlu dimulai dari sekarang. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk para orang tua, sangat diperlukan.

Harapan dan cita-cita mulia itu terungkap saat berlangsung Kegiatan Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus Bersama Mitra Kerja Tahun Anggaran 2024 di Provinsi DIY,Kamis (25/1/2024), di Balai RK Bangirejo Kelurahan Karangwaru Kemantren Tegalrejo Kota Yogyakarta.

Diikuti ratusan peserta di antaranya dari kalangan kader kesehatan, posyandu, Tim Pendamping Keluarga (TPK), puskesmas serta tamu undangan, pada acara tersebut disajikan materi seputar pencegahan stunting oleh empat narasumber.

Mereka adalah Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2) Kabupaten Sleman, Wildan Solichin, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi DIY  Andi Ritamariani,  Inspekur Utama BKKBN Ari Dwikora Tono serta Anggota Komisi IX DPR RI Sukamto.

Wildan Solichin menjelaskan, stunting terkait erat dengan gizi. Pemicunya adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan sejak kehamilan hingga bayi berusia dua tahun.

Sesi foto bersama narasumber, tamu undangan dan peserta di Kota Yogyakarta. (istimewa)

“Stunting menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Akibat kekurangan gizi menahun, balita stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita umumnya,” jelasnya.

Wildan merasa prihatin generasi sekarang sepertinya tidak lagi peduli dengan pentingnya gizi. Setidaknya ini dapat dilihat dari kecenderungan anak-anak sekolah yang gemar dengan jajanan tertentu, padahal gizinya sangat kurang bahkan sama sekali tidak ada sebab hanya terbuat dari pati, bawang dan bumbu masak alias micin.

“Sekolah mestinya punya kantin serta memberikan edukasi tentang jenis masakan yang dibutuhkan bagi kesehatan. Bukan asal doyan tetapi tidak ada proteinnya,” ujarnya.

Muncul kekhawatiran jika kegemaran tersebut berlanjut sampai dewasa bahkan saat menikah dan hamil, bisa jadi akan melahirkan bayi stunting.

Sependapat dengan Wildan mengenai pencegahan stunting sejak dini, Andi Ritamariani juga tak kalah getol. Wanita yang sebelumnya bertugas di Sulawesi itu terus menerus mendorong para ibu agar memberikan makanan yang bergizi, terutama kepada putri-putrinya sebagai calon ibu.

ARTIKEL LAINNYA: Optimis Angka Stunting DIY Turun Jadi 14 Persen pada 2024, Anggota DPR RI Sukamto Beri Dukungan

Selain itu, juga perlu dibiasakan gemar sayur dan buah. “Berikan daging, ikan, telur, tahu, tempe yang kaya protein, calon ibu harus lebih diprioritaskan. Beri didikan pola makan yang benar sejak masih sekolah,” pesan dia.

Jika putri-putrinya sudah memasuki usia menikah – jangan terlalu muda atau sebaliknya terlalu tua – menurut Rita mereka juga perlu diberikan edukasi mengenai kesehatan bagi calon pengantin. Dengan begitu, saat hamil kondisinya sehat termasuk tidak terkena anemia.

Sedangkan Ari Dwikora Tono menyampaikan mewujudkan Indonesia Emas 2045 harus disiapkan dari sekarang. Harapannya akan terlahir generasi yang unggul.

Hal itu sulit tercapai apabila angka stunting masih tinggi. Di sinilah peran BKKBN bersama stakeholder lainnya harus maksimal menekan angka stunting.

Usai memberikan sambutan, pengarahan dan memandu diskusi serta tanya jawab, Sukamto menegaskan stunting bisa mengancam generasi masa depan.

“Karena apapun yang namanya stunting itu memberatkan keluarganya. Apa yang disampaikan Bapak dan Ibu dari BKKBN hari ini tolong diperhatikan karena menyangkut masa depan anak cucu kita,” kata anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini.

Ditegaskan, jangan sampai stunting menjadi penyesalan seumur hidup mengingat anak stunting sulit penanganannya apabila melewati 1.000 hari pertama kehidupan pada usia nol sampai 24 bulan. (*)