PKBM Bukan Lembaga Pelarian

PKBM Bukan Lembaga Pelarian

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Mandiri yang berlokasi di Jalan Samas Km 21 Karen, Tiryomulyo Kretek Bantul menggelar acara peringatan Dies Natalis ke-22, Minggu (17/10/2021).

Dies ditandai pemotongan tumpeng oleh Anas Tri Susanto MM selaku Kasi Peserta Didik dan Pembangunan Karakter Disdikpora Bantul. Acara dimeriahkan lomba geguritan dan lomba hasta karya berbahan sampah untuk siswa SD di wilayah Bantul dan siswa kejar paket A, pranata adicara penganten untuk  siswa kejar paket C dan anak SMA serta lomba  tumpeng antar RT se-pedukuhan Karen.

“Pencapaian usia 22 tahun tentu  bukan hal yang mudah untuk mengelola sebuah PKBM, atau sebuah tempat pendidikan kesetaraan ini. Perlu keiklasan dan keuletan dari pengelola dan tutor, mengingat dukungan dari pemerintah  juga masih terbatas,” kata Anas.

Tidak jarang karena kendala pengelolaan PKBM akhirnya tutup. Jumlah PKBM di Bantul ada  25, dua di antaranya tutup. Satu PKBM sudah tidak lagi menerima peserta didik baru dan tinggal menghabiskan peserta didik yang ada hingga lulus.

“Kendala di sana, ketua PKBM-nya sudah sepuh ingin diganti tetapi tidak ada yang mau. Karena PKBM itu memang penuh perjuangan pengorbanan, termasuk tutornya juga tidak bisa menggantungkan hidup atau masa depan di PKBM. Maka ketika PKBM Mandiri ini terus eksis dan semakin meningkat kualitasnya, tentu ini sangat kita apresiasi,” katanya.

Di PKBM Mandiri pengelola dan tutor semangat dan penuh dedikasi mengajar sudah linier atau sesuai dengan bidang keilmuanya, serta diberikan pula tambahan bekal  life skill . Pendidikan di PKBM atau pendidikan kesetaraan, lanjut Anas, jangan lagi dilihat sebagai lembaga pelarian.

Sebelumnya masih dinggap sebagai pelarian anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal. Namun bagaimana sekarang PKBM menjadi sebuah lembaga pilihan dalam mengenyam pendidikan.

“Agar PKBM  menjadi pilihan, maka pengelolaanya harus ditingkatkan  dari segi kualitas dan pengelolaan sesuai prosedur. Pendidikan kesetaraan artinya disetarakan dengan formal. Maka pengelolaan,  pengajarnya maupun penerimaan peserta didik baru juga hampir sama dengan pendidikan formal. Dan untuk mendukung kegiatan di PKBM, pemerintah menggelontorkan BOP,” katanya.

BOP belum  bisa mengcover keseluruhan biaya operasional dari PKBM sehingga perlu keuletan dari pengelola untuk menjalin kemitraan dengan banyak pihak. “Seperti yang dilakukan oleh PKBM Mandiri ini bisa menjadi contoh karena mampu menjalin kemitraan dengan pihak lain sehingga menunjang segala kegiatan yang ada,” katanya.

Pengelola PKBM Mandiri Yuli Sutanta AMd mengatakan dalam Dies Natalis ini menggelar beragam perlombaan. “Untuk geguritan dan pranata adicara dengan maksud nguri-uri seni tradisi Jawa, warisan dari nenek moyang kita,” katanya.

Sedangkan lomba hasta karya dari limbah sampah untuk mengajarkan kepada anak agar bisa memilah dan memanfatkan kembali sampah karena masih bisa didaur ulang. Lomba tumpeng melibatkan masyarakat di Karen, dengan harapan keberadaan PKBM Mandiri bisa dirasakan manfaatnya dan juga menyatu dengan masyarakat setempat. (*)