Penghasilan Petani Penggarap Hanya Rp 900.000 Sekali Panen
KORANBERNAS.ID, KEBUMEN — Berkurangnya jangkauan pelayanan irigasi dari Waduk Wadaslintang mengkibatkan penghasilan petani sawah berpengairan tehnis di Kebumen menurun. Di Kecamatan Buluspesantren, Kebumen, daerah paling hilir sawah berpengairan tehnis, penghasilan petani penggarap hanya Rp 900.000 sekali panen atau Rp 225.000 per bulan.
Seperti dituturkan Yono (55), petani penggarap sawah berpengairan tehnis di Desa Bocor, Kecamatan Buluspentren, pengeluaran petani yang cukup besar untuk bahan bakar minyak (BBM). Petani di daerah ini mengandalkan sumur pantek, ketika hujan belum turun rutin, untuk mendapatkan air.
“Sekali menyiram sawah butuh 6 liter premium. Sumur pantek di sini dalamnya sampai 12 meter,“ kata Yono.
Komponen lainnya, biaya biaya membeli pupuk, tenaga kerja, pemberantasan hama dan penyakit, sekitar Rp 500.000. Lalu, sewa sawah setahun Rp 800.000. Hasil penjualan gabah, dengan standar harga jual gabah kering panen, penghasilanya sekali panen atau 4 bulan hanya Rp 900.000.
Pengaliran air Waduk Wadaslintang berdasarkan kesepakatan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak/pengelola Wadaslintang, dinas tehnis dan petani pengguna air, mulai dialirkan 1 Februari 2020, atau mundur 4 bulan, ketika Musim Tanam Padi I tahun sebelumnya. Volume air normal operasi diatas 220 juta meter kubik. Volume air Waduk Wadaslintang per 28 Januari 2020 baru 173 juta meter kubik. (eru)