Penelitian Berhasil, Saatnya Melepas Nyamuk Ber-Wolbachia di Seluruh Penjuru Kota

Penelitian Berhasil, Saatnya Melepas Nyamuk Ber-Wolbachia di Seluruh Penjuru Kota

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Metode Wolbachia World Mosquito terbukti efektif menurunkan 77% kasus Dengue yang terkonfirmasi virologis dalam penelitian Randomized Controlled Trial (RCT) di Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 3,5 tahun di area dengan populasi 312.000 penduduk.

Peneliti Utama World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, Prof Adi Utarini, yang juga merupakan guru besar Universitas Gadjah Mada menyampaikan bahwa hasil penelitian yang menggembirakan ini merupakan keberhasilan utama yang dipersembahkan bagi Yogyakarta, Indonesia dan dunia.

"Di Indonesia, diperkirakan terdapat 7 juta kasus demam berdarah setiap tahunnya. Hasil penelitian RCT tersebut menunjukkan dampak signifikan dari metode Wolbachia dalam menurunkan demam berdarah di wilayah perkotaan," paparnya kepada wartawan, Rabu (26/8/2020).

Teknologi Wolbachia dipastikan aman bagi manusia dan lingkungan. Hasil rinci dari penelitian ini akan dipresentasikan pada International Scientific Congress dan dipublikasikan di jurnal ternama pada akhir tahun ini.

Bagusnya, lanjut Utarini, dengan pelepasan nyamuk Wolbachia di tengah penduduk, masyarakat sekitar tidak perlu mengubah apapun perlakuan mereka terhadap pemberantasan nyamuk. Bahkan pernah terjadi pelepasan Wolbachia dan fogging yang tidak terlalu berjeda tetap tidak mempengaruhi keefektifan nyamuk ber-Wolbachia mengeliminasi Dengue.

"Silahkan saya menggunakan anti-nyamuk seperti biasa, menggunakan raket nyamuk dan sebagainya. Kalau yang mati adalah Wolbachia ya enggak apa-apa. Toh nyamuk Wolbachia juga sama cepatnya berkembang dengan nyamuk jenis lain," lanjutnya.

Secara spesifik, lanjut Utarini, nyamuk Wolbachia memang tidak ada bedanya dengan nyamuk jenis lain, terlebih Dengue. Karena saat proses awal di laboratorium, nyamuk ini diciptakan dengan karaktiristik semirip mungkin dengan nyamuk lokal. Hal ini dilakukan agar nyamuk lokalnya tertarik dan terjadi perkawinan.

Berbekal hasil yang baik dari ujicoba selama 3,5 tahun terakhir, sangat mungkin metode ini akan digunakan di daerah lain Indonesia, terutama daerah yang memiliki tigkat demam berdarah tinggi. Walaupun penelitian ini dilakukan di Jogja tapi juga dilakukan di negara lain misalnya Vietnam dan Brasil dengan jenis yang sama.

"Sehingga jika ini diterapkan di daerah lain bukan kepada jenis nyamuknya, tetapi lebih ke keadaan geografis di sana, nyamuknya seberapa banyak, hal ini untuk mengetahui seberapa banyak Wolbachia yang perlu dilepas. Sealin itu, di mana saja tempat-tempat perkembangbiakannya, kemudian perlu juga memahami budaya masyarakat setempat," imbuhnya.

Ia juga memaparkan strategi WMP Yogyakarta dalam melakukan pendekatan ke masyarakat. Pendekatan awal yang dilakukan untuk mendapat consent dari warga adalah melalui persetujuan individual di beberapa daerah di Sleman. Selanjutnya, WMP Yogyakarta menggunakan persetujuan komunitas di daerah Bantul, dimana komunitas pada level Rukun Tetangga (RT) yang disasar.

“Saya kira semua peneliti sepakat bahwa permohonan persetujuan warga bukan sekedar prosedur administratif, dan juga bukan prosedur yang melindungi peneliti jika terjadi sesuatu. Saya yakin, peneliti akan memastikan setiap individu di masyarakat untuk mendapatkan informasi yang memadai, sehingga keputusan setuju atau tidaknya, ini berdasarkan pemahaman atas informasi yang lengkap,” terangnya.

Herman Budi Pramono, Kepala Desa Trihanggo, menceritakan pengalaman yang dialami warganya saat awal pelepasan nyamuk ber-Wolbachia dilakukan di Dusun Kronggahan. Meski sempat terjadi pro-kontra di kalangan warga, sosialisasi yang dilakukan WMP Yogyakarta serta dukungan penuh dari pemangku wilayah, membantu masyarakat memahami tujuan dari penelitian ini.

“Saya menjelaskan kepada warga, bahwa dengan berpartisipasi dalam penelitian ini, kita ini sudah ikut berjuang memerangi demam berdarah. Saat program ini berhasil maka kita setidaknya sudah berkontribusi bagi umat manusia di dunia,” cerita Herman saat meyakinkan warganya.

Hingga saat ini, masyarakat Dusun Kronggahan, Desa Trihanggo, sudah merasakan manfaat dari pelepasan nyamuk ber-Wolbachia. Kini, angka demam berdarah di daerah tersebut sudah jauh berkurang.

Sementara Wakil Walikota Yogyakarta, Drs Heroe Poerwadi MA, menyatakan demam berdarah telah menjadi masalah di Yogyakarta selama beberapa dekade. Heroe mengaku senang dengan hasil penelitian ini.

"Yogyakarta merupakan wilayah yang pertama di dunia yang menggunakan metode Wolbachia pada level kota dalam pengendalian demam berdarah. Kami berencana untuk segera melepaskan nyamuk ber-Wolbachia di seluruh kota untuk melindungi seluruh penduduk," pungkas Heroe. (eru)