Penderita Gangguan Jiwa di Purworejo Tertinggi di Jateng

Penderita Gangguan Jiwa di Purworejo Tertinggi di Jateng

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Purworejo tertinggi di Jawa Tengah. Fakta ini tentu saja mengejutkan banyak pihak. Perlu tindakan nyata Pemkab Purworejo dengan mendirikan panti rehabilitasi.

Menurut Wakil Direktur (Wadir) bidang Pelayanan Rumah Sakit (RS) Tjitrowardoyo Purworejo, dr Ika Endah Lestaringsih Sp.KJ, Mkes, pasien rawat jalan di RS Tjitrowardayo Purworejo sebanyak 1.500 per bulan. "Saat ini, jumlah ODGJ di Purworejo tertinggi di Jawa Tengah," katanya, Selasa (31/12/2019)

Sedangkan pasien rawat inapnya rata-rata 45 orang perbulannya. Padahal, bangsal Edelweis khusus pasien jiwa RS itu hanya berkapasitas 20 orang, terdiri dari 10 pasien laki-laki dan 10 pasien perempuan. "Sering juga kami menerima pasien ODGJ berat dari kalangan pengemis, gelandangan dan orang terlantar (PGOT)," jelas Ika.

Setelah sembuh, menurut Ika, pihaknya sudah menghubungi Dinas Sosial untuk menjemput, namun Dinsos seringkali lamban. Lamanya jemputan dari Dinsos dengan alasan bukan panti rehabilitasi yang menampungnya. Kalau pun ada beberapa panti rehabilitasi milik yayasan, berkapasitas kecil dan rata-rata sudah penuh.

"Untuk itu saya berharap Pemerintahan Kabupaten Purworejo membuatkan panti rehabilitasi jiwa. Supaya ada panti rehabilitasi untuk tindakan psiko sosial," tandas Ika.

 

Seperti halnya di Solo sudah ada Griya PMI yang khusus menampung ODGJ yang PGOT. "Kami punya komunitas waras wiris yang berisi pasien yang sudah sembuh. Komunitas tersebut sebagai ajang komunikasi antar dokter dan semua pasien ODGJ yang telah sembuh,” kata Ika.

Perlu diketahui, 70 persen ODGJ merupakan pasien dengan gangguan Bipolar, yaitu suatu gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati mulai dari posisi terendah depresif/tertekan ke tertinggi.

Penyebab pasti gangguan Bipolar tidak diketahui, namun kombinasi genetika, lingkungan, serta struktur dan senyawa kimia pada otak yang berperan atas terjadinya gangguan.

Karena tingginya pasien jiwa di Purworejo, pihaknya mendukung puskesmas-puskesmas yang mengembangkan role model terbentuknya Posyandu Jiwa di tiap kecamatan. Seperti halnya kecamatan Banyuurip telah memiliki Posyandu Jiwa. Setiap bulannya rutin ada kegiatan untuk pasien ODGJ.

Tidak hanya di kecamatan, di tingkat desa maupun kelurahan diharapkan sudah memiliki Posyandu Jiwa. "Seperti di desa Borowetan, Kecamatan Banyuurip, sudah terbentuk Posyandu Jiwa," ucap Wadir Pelayanan RS Tjitrowardoyo.

Dokter spesialis jiwa tersebut mengajak awak media mengunjungi bangsal jiwa Edelweis di RS Tjitrowardoyo tersebut, pada selasa (31/12/2019). Di bangsal tersebut terdapat 4 pasien pria, 3 orang duduk di depan ruang perawat, sedang kan seorang tidur di dalam ruang isolasi.

Ruang perawatan pria berada di sebelah barat. Di sebelah timur terdapat 4 orang pasien perempuan. Semuanya sudah boleh santai, duduk bebas di dalam bangsal tersebut. Bahkan ada 2 pasien yang sudah bersiap untuk pulang.

Awak mediapun mencoba berinteraksi dengan salah satu pasien SF warga Pituruh. SF adalah seorang guru Sekolah Dasar (SD) di didesanya yang depresi lantaran perceraian dengan suami. SF memiliki 2 anak, satu dibawa suami dan satu anak lagi diasuh olehnya. "Saya kangen dengan anak yang di Jepara," ujarnya lirih. (eru)