Pembelajaran Daring di Pendidikan Dasar, Sebagian Besar Kesulitan Membeli Kuota Data
KORANBERNAS.ID, KEBUMEN—Keputusan Pemkab Kebumen tak
membolehkan penyelenggara pendidikan dasar dan menengah membuka sekolah atau
belajar dengan tatap muka setidaknya hingga akhir Juli 2020, menyulitkan siswa
mendapatkan pelajaran yang memadai.
Pembelajaran
daring sulit diterapkan, karena keterbatasan sarana dan biaya.
Orang tua
murid sebuah madrasah ibtidaiyah di
Kecamatatan Petanahan mengungkapkan, di sekolah tersebut, sejak tahun
ajaran baru 2020-2021 Senin (13/7/2020), belum ada pembelajaran daring. Siswa
hanya menerima tugas yang diberikan guru mata pelajaran.
“Ada petugas
sekolah mengantar tugas untuk siswa. Siswa ke sekolah mengantar hasil tugas,“
ujar warga Desa Petanahan yang enggan
disebut identitasnya.
Di Kecamatan
Klirong, persoalanya hampir sama. Antara guru dan siswa belum bisa bertap muka
dengan bantuan media sosial. Grup WhatsApp
(WAG) lah, yang digunakan guru untuk mengirim materi belajar dan absen
siswa. Ketika siswa kesulitan mengerjakan tugas, konsultasi juga dilakukan lewat
WAG.
“Keluhan
orang tua murid kebanyakan menyangkut biaya untuk membeli kuota,“ kata Muji
Astuti Kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Klirong kepada koranbernas.id, Selasa (21/7/2020).
Sekolah
belum bisa memberi bantuan pembelian kuota data internet kepada murid,
karena pertanggungjawabannya ribet.
Sehingga dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang bisa digunakan untuk
membantu membeli kuota data internet belum bisa diberikan.
Guru kelas
di sekolah yang sama, Setyo Yuwono menambahkan, dirinya siap memberi
pembelajaran daring, dengan memanfaatkan teknologi seperti zoom. Namun belum semua murid
siap dengan sarana atau perangkatnya.
Dengan media
sosial satu arah, tidak bisa langsung berinteraksi. Pernah dikirimkan materi
permainan yang berkaitan dengan mata pelajaran.
“Dari 26
siswa kelas 3, hanya 9 siswa yang membuka,†kata Setyo Suyono.
Orang tua
dan murid, menurut Muji Astuti dan Setyo Suyono, ingin pembelajaran tatap muka.
Ada pertemuan siswa dengan guru di
kelas. Karena pandemi Covid -19, pembelajaran tatap muka berhenti sejak April
2020, dan sampai sekarang belum bisa dilaksanakan.
“Klirong
malahan kasus positif Covid-19 malah bertambah,“ kata Muji Astuti. (SM)