Pelaku Kejahatan Remaja Berlatar Keluarga Tidak Jelas

Pelaku Kejahatan Remaja Berlatar Keluarga Tidak Jelas

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Kenakalan remaja yang marak terjadi di DIY belakangan ini sudah mengarah tindak kriminal. Aksi kejahatan yang dilakukan anak-anak muda itu membuat prihatin pemerintah DIY.

Usaha penanggulangan dan pencegahan sudah banyak dilakukan aparat kepolisian,  orang tua murid,  pihak sekolah dan jajaran terkait. Namun hasilnya belum maksimal. Hukuman di lembaga pemasyarakatan ternyata tidak memberikan efek jera.

Hal itu dikemukakan Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji pada Rapat Kerja Pembangunan Keluarga dan KB (Banggakencana) yang digelar Kantor Perwakilan BKKBN DIY di Hotel Sahid Yogyakarta, Rabu (11/3/2020), bertepatan dengan peringatan Supersemar.

Menurut dia, hasil penelusuran ternyata para pelaku tersebut 90 persen berlatar belakang keluarga yang tidak jelas. Mereka kurang perhatian dari orang tua. Karenanya untuk mencegahnya harus dimulai dari keluarga.

Anak-anak harus diberi pendidikan, perhatian serta dipenuhi hak-hak anak sejak kecil dalam keluarga yang hangat. "Kalau keluarga sudah tidak mampu lagi, anak seyogianya dimasukkan boarding school dengan perhatian dan pengawasan 24 jam," kata dia.

Para pelaku tersebut tidak hanya berasal dari sekolah-sekolah kurang baik dari sisi kualitas tetapi ada juga dari sekolah dengan murid-murid berprestasi bagus. Jadi tidak ada kaitan langsung dengan kualitas sekolah.

Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Prof drh M Rizal Martua Damanik M Rep Sc PhD, menyerahkan penghargaan kepada salah satu mitra kerja pendukung program Banggakencana. (istimewa)

Kurang komunikasi

Dalam diskusi panel yang menampilkan pembicara dari Pusat Studi Kependudukan dan Kawasan (PSKK) UGM, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY serta dari Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga dan Perempuan yang dipandu moderator Dr Dody Hartanto terungkap, kata kuncinya ada pada keluarga.

Dari hasil penelitian diketahui semestinya komunikasi antara anak dan orangtua perlu 14 jam dalam seminggu. Bukan hanya sekadar say hello tetapi ternyata komunikasi intens anak dengan orangtua itu tidak mencapai waktu ideal yang hanya dua jam sehari. Terlalu sedikit anak-anak mendapat perhatian dan kehangatan keluarga.

Dia mengingatkan anak remaja lebih percaya rekan-rekan sebayanya dibanding orangtua dan guru sekolah. Kalau terjadi sesuatu, yang disalahkan pihak sekolah. Padahal pembangunan karakter itu 50 persen harus dilakukan oleh keluarga.

Peran bapak perlu ditingkatkan. Mereka jangan hanya dimarahi tetapi harus dirangkul. Memasukkan anak-anak ke pesantren dengan konsep pengawasan 24 jam memberikan kesan pesantren sebagai bengkel tempat pembinaan anak-anak nakal. Jauh lebih baik adalah kembali pada keluarga.

Perlu komitmen semua elemen mencegah aksi kejahatan remaja. Karena dilihat dari sisi jumlah kasusnya cukup memprihatinkan. Bulan Januari 2020 saja sudah terjadi 5 kasus.

Pada kesempatan tersebut, Generasi Berencana (Genre) DIY yang mempunyai banyak program pembinaan remaja, berikrar untuk mendukung upaya stop kenakalan remaja.

Sedangkan Kepala Perwakilan BKKBN DIY dan jajarannya mengucapkan janji tidak korupsi, tidak menerima gratifikasi dan perilaku yang bertentangan dengan undang-undang.

Rakerda dibuka oleh Gubernur DIY yang diwakili Wakil Gubernur Paku Alam X, serta sambutan pengarahan dari Deputi Bidang Pelatihan dan Litbang  BKKBN Pusat Prof Drh M Rizal Martua Damanik sekaligus menyerahkan penghargaan kepada berbagai pihak yang telah mendukung suksesnya Banggakencana di DIY. (sol)