Pedagang Teras Malioboro Didoakan Dagangannya Laris

Pedagang Teras Malioboro Didoakan Dagangannya Laris

KORANBERNAS.ID,YOGYAKARTA – Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) daerah pemilihan (dapil) DIY, Sukamto,  melaksanakan kunjungan kerja ke Teras Malioboro 1 dan Teras Malioboro 2.

Begitu tiba di Teras Malioboro 1 eks Bioskop Indra, Jumat (27/5/2022) siang, dia menyapa satu per satu pedagang kaki lima (PKL) di lokasi itu.

Beberapa waktu lalu, mereka resmi menempati area itu sebagai tempat permanen mencari nafkah. Perpindahan ini merupakan bagian dari penataan pedestrian Malioboro.

“Biar sepi tetap semangat!” ucap Sukamto saat melayani beberapa PKL memintanya foto bersama.

Politisi yang belasan tahun pernah menjadi anggota DPRD DIY ini selain menyemangati mereka mencari nafkah, juga mendoakan dagangannya laris.

Sukamto bisa memahami keluhan pedagang kuliner oleh-oleh khas Yogyakarta yang selama ini merasa sepi pengunjung. “Orang tua kalau mau beli oleh-oleh naik ke sini susah,” ucap Rubianti, salah seorang pedagang di lantai tiga.

“Kalau dipindah ke bawah setuju banget. Orang mau beli bakpia naik ke atas capek,” sambung yang lain.

Keluhan yang sama disampaikan penjaga kios milik Ny Wiwin. Dagangannya hari itu sepi. Satu penyebabnya, pembeli enggan naik lantai paling atas.

“Prihatin sekali. Kalau nggak Minggu sepi,” sambung Suyadi, Ketua Paguyuban Senopati Teras Malioboro 1.

Terdapat beberapa pedagang batu akik yang sebelumnya berjualan di depan Gedung Bank Indonesia Yogyakarta Jalan Senopati, saat ini sudah menempati Teras Malioboro 1.

Saat ditanya Sukamto keluhannya apa, didampingi pengurus paguyuban lainnya, pedagang dari Doyok Akik dan Kus Akik bersyukur mendapatkan tempat berjualan meski sampai saat ini masih berjuang meraih pasar.

Seperti lainnya, mereka mengeluhkan kendala pengunjung rata-rata  kurang berminat naik ke lantai atas. Solusinya, mereka menginginkan ada jalan tembus yang bisa menghubungkan lantai atas dengan lantai paling bawah. Ini penting untuk menghidupkan geliat perdagangan kios-kios yang berada paling belakang, supaya tidak terkesan buntu.

“Yang penting ada akses. Sebetulnya pengunjung sudah banyak namun butuh akses pemerataan. Sabar dulu, mudah-mudahan ada perhatian dari pemerintah,” kata Sukamto.

Sukamto mengakui sekaligus memberikan apresiasi program penataan PKL Malioboro berhasil. Dari masukan PKL,  memang perlu ada penataan yang lebih bagus lagi.

“Orang jual bakpia di lantai tiga kemungkinan pembelinya kecil sekali, apabila naik tangga, seusia saya naik tangga menggeh-menggeh. Seharusnya di bawah,” tambahnya.

Keberadaan eskalator alias tangga berjalan yang hanya ada satu pada setiap lantai, lanjut Sukamto, perlu ditambah lagi. Yang pasti, semua harus dilengkapi tangga. Kenapa? “Kalau sampai terjadi gempa kemudian listrik mati maka eskalator tidak jalan,” jelasnya.

Sukamto juga meminta penataan di Teras Malioboro 1 memprioritaskan pedagang skala kecil agar bisa berjualan di lantai bawah. “Banyak pedagang yang mengeluh naik lantai tiga cukup berat. Yang lebih penting penataan skala prioritas bakul kecil,” kata dia.

Usai menampung aspirasi PKL Teras Malioboro 1, Sukamto juga berkunjung ke Teras Malioboro 2 di samping gedung DPRD DIY. Di lokasi ini, Sukamto juga menerima keluhan beberapa PKL antara lain panas karena faktor bangunannya kurang tinggi.

“Kenapa panas karena pendek. Kenapa pendek kalau tinggi (dagangannya) kabur. Kesimpulan akhir, sedikit susah di dunia tidak apa-apa yang penting tidak susah di akhirat kelak,” ujarnya.(*)