Pasang Surut Bisnis Pertashop, Omzet Dipengaruhi Harga Pertamax
Omzet menurun drastis setelah harga Pertamax jauh di atas Pertalite.
KORANBERNAS.ID, KEBUMEN -- Pasang surut bisnis Pertashop yaitu bisnis penjualan Pertamax Ron 92 dipengaruhi oleh harga Pertamax maupun lokasi Pertashop.
Saat terjadi disparitas harga Pertamax dan Pertalite, omzet penjualan Pertamax menurun. Sebaliknya jika tidak ada disparitas harga Pertamax dan Pertalite, omzet penjualan di Pertashop lumayan tinggi.
Seorang operator Pertashop di Desa Karanggayam Kecamatan Karanggayam Kebumen, Agam, mengungkapkan pada awal beroperasinya Pertashop yang dikelola BUMDes akhir tahun 2019, omzet penjualan per hari bisa 1.000 liter.
"Waktu itu harga Pertamax masih Rp 9.500, Pertalite Rp 7000 per liter," kata Agam, Rabu (26/7/2023).
ARTIKEL LAINNYA: Alfamidi Membangun Fasilitas Ramah Disabilitas, Budaya Inklusi Jadi Pendorong
Menurut dia, omzet menurun drastis setelah harga Pertamax jauh di atas Pertalite.
Omzetnya meningkat setelah harga Pertamax Rp 12.500 sedangkan harga Pertalite masih bertahan Rp 10.000 per liter.
"Sekarang penjualan per hari, dari jam 08:00 sampai 20:00 bisa 400 liter," kata Agam.
Konsumen Pertamax terbanyak pelajar dan karyawan. Penjualan pada Sabtu dan Minggu tidak sebanyak hari kerja dan hari sekolah.
Anggota BPD Desa Karanggayam, Gunarso, mengatakan bisnis Pertashop milik BUMDes bisa berjalan meskipun mengalami pasang surut.
ARTIKEL LAINNYA: Allied Telesis dan Tech Data Bangun Kolaborasi Strategis Sebagai Distributor Premium
Dari penjualan Pertamax, menurut dia, bisa untuk menutup biaya operasional usaha ini.
Pertashop yang dikelola BUMDes di Karanggayam investasinya tidak sebesar bisnis Pertashop yang dikelola pengusaha swasta.
Apalagi lahan untuk usaha merupakan aset desa, sedangkan perangkat Pertashop merupakan barang pinjaman Pertamina.
Lokasi Pertashop diuntungkan, karena jauh dari SPBU terdekat sekitar sepuluh kilometer sehingga masyarakat tidak ada pilihan menggunakan Pertalite. (*)