Paguyuban Eker-eker Golek Menir Minta Overload Sampah Segera Dipecahkan
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Paguyuban armada sampah Eker-eker Golek Menir menggelar Hari Ulang Tahun (HUT) ke-1 yang dipusatkan di sekretariat Dusun Jati, Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Bantul, Minggu (16/02/2020). Acara dihadiri oleh pejabat dari dinas/intansi terkait, anggota paguyuban dan masyarakat sekitar dengan hiburan grup angklung Malioboro yang sengaja didatangkan ke tempat ini.
Ketua paguyuban, Sodik Murwanto, mengatakan kegiatan ulang tahun pertama digelar sebagai wujud syukur atas berkah yang diterima oleh 150 orang anggota paguyuban selama setahun terakhir. Juga ingin berbagai dan memberi manfaat bagi sesama.
“Sebagai bentuk rasa syukur, kami menggelar bakti sosial berupa donor darah,” katanya.
Dirinya mewakili suara hati anggota paguyuban berharap setelah perayaan ulang tahun memiliki semangat baru yang lebih besar untuk memberikan pelayanan maksimal bagi masyarakat, khususnya pada pelanggan sampah mereka.
“Salah satunya adalah bagaimana sampah yang sudah diambil dari para pelanggan ini bisa segera terbuang ke dermaga sampah yang ada di TPST Piyungan dan tidak ada lagi antre panjang seperti yang terjadi akhir-akhir ini,” kata Sodik.
Untuk itulah dirinya berharap Pemda DIY agar lebih serius menyelesaikan polemik overload di TPST Piyungan dan juga penyediaan alat berat yang lebih memadai agar bongkar sampah juga lebih cepat.
Selama dua pekan ini alat berat yang beroperasi, menurut Sodik, baru 2 unit dan itu tidak sebanding dengan jumlah armada yang membuang. Akibatnya sampah yang dibuang tidak segera bisa didorong ke tengah TPST dan banyak yang menumpuk di pinggir dermaga sampah. Inilah yang menjadi kemacetan hingga berjam-jam yang dialami para anggota paguyuban. Padahal sebelumnya alat berat di TPST itu banyak, sehingga pelayanan kepada armada untuk bongkar juga lebih cepat.
Saat ini, lanjut Sodik, upaya yang ditempuh adalah mewajibkan armada sampah dengan armada dump berhidrolis. Sehingga proses pembuangan lebih cepat.
“Jika itu adalah aturan, maka kami manut saja dan akan melakukan modifikasi untuk membuat dump hidrolis dengan kisaran biaya Rp 15 juta hingga Rp 17 juta setiap unitnya,” katanya.
Hanya saja, hal itu harus diimbangi dengan penambahan alat berat yang beroperasi. Karena akan menjadi percuma pembuangan sampah cepat, namun alat berat yang mendorong sampah ke tengah TPST dan yang membuat dermaga sampah jumlahnya sedikit.
“Kebijakan itu sebenarnya memberatkan anggota paguyuban karena harus keluar biaya besar, ketika harus dibuat dump dengan sistem hidrolis. Tapi kalau itu aturan, kita ya hanya bisa manut,” katanya. (eru)