Omzet Rp 20 Juta Per Bulan, Anak Muda Purbalingga Sukses Bertani

Muzakki ingin membuktikan bahwa anak muda pun bisa mandiri dan hidup mapan dari bertani

Omzet Rp 20 Juta Per Bulan, Anak Muda Purbalingga Sukses Bertani
Muzakki Lazuardy di lahan Okazakki Farm miliknya Desa Karangnangka Kecamatan Mrebet Purbalingga. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, PURBALINGGA -- Dari jutaan anak muda di Indonesia, Muzakki Lazuardy SP (29), warga Desa Karangnangka RT 03 RW 04 Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, adalah satu yang menggeluti dunia pertanian.

Umumnya, anak muda sekarang enggan bertani karena dinilai tidak  menguntungkan dan berkutat dengan hal-hal kotor.

Namun tidak bagi Muzakki. Justru anak muda ini sukses dan memiliki Okazakki Farm, sebuah usaha budi daya pertanian dengan sistem hidroponik.

Hidroponik adalah metode bercocok tanam yang menggunakan air dan nutrisi sebagai media pertumbuhan, bukan tanah. Sistem ini memungkinkan pertumbuhan tanaman lebih cepat dan efisien dengan pemanfaatan ruang yang lebih kecil, sehingga cocok untuk daerah dengan lahan terbatas.

Muzakki Lazuardy (kanan) bersama dosen Fakultas Pertanian Unsoed Dr Ir Djeimy Kusnaman. (istimewa)

"Sejak lulus Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purbalingga tahun 2014, saya memang sudah ingin berwirausaha," ujar Muzakki Lazuardy kepada koranbernas.id, Senin (12/5/2025).

Setelah lulus MAN Purbalingga itu, Muzakki melanjutkan kuliah ke Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

Pada tahun 2019, setelah menyandang gelar sarjana pertanian, Muzakki tak memilih jalan konvensional seperti bekerja di kantor. Dia justru memutuskan merintis Okazakki Farm, sebuah unit usaha pertanian berbasis teknologi hidroponik  dengan modal awal Rp 20 juta.

"Modal itu saya kumpulkan dari hasil bekerja di sebuah perusahaan swasta," kata Muzakki yang kini menempuh S2 Agronomi Fakultas Pertanian Unsoed.

Muzakki Lazuardy (tengah) bersama rekannya. (istimewa)

Menurut dia, usaha budi daya hidroponik itu diberi nama Okazakki Farm karena dirinya dulu pernah memproduksi dan memasarkan Edamame (kedelai Jepang). "Bermula dari situ, seorang teman akrab saya membuatkan nama brand Okazakki Farm. Nama Okazakki Farm itu identik kota di Jepang yang dipadukan dengan nama saya sebagai owner," ujarnya.

Dengan tekun dan telaten, didukung ilmu pertanian yang diperoleh semasa kuliah serta pengalaman hidup di desa, Muzakki menekuni hidroponik.

Luasan awal area hidroponik yang dikembangkan Muzakki sekitar 400 meter persegi. Perlahan namun pasti, sekarang bertambah dua kali lipat lebih. Sedangkan tanaman hidroponik yang dibudidayakan berupa selada, pakcoy, sawi dan melon.

Semua produk itu dipasarkan ke swalayan-swalayan dan resto di wilayah Kabupaten Banyumas dan Purbalingga.

Omzet Rp 20 juta

Muzakki mengaku setiap bulannya dari usaha budi daya hidroponik itu meraih omzet Rp 20 juta. "Untuk mendukung usaha itu, saya  memiliki tiga karyawan tetap, dan sejumlah pekerja harian lepas yang suatu saat saya butuhkan," katanya.

Atas kiprah usahanya, Muzakki Lazuardy meraih penghargaan dari Kementerian Pertanian (Kementan) melalui program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS).

Dia dikukuhkan sebagai Young Ambassador Agriculture (YAA) 2025 di Bogor awal Mei 2025 bersama 25 anak muda dari berbagai daerah di Indonesia yang sukses bertani.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, saat pengukuhan YAA  menyatakan Young Ambassador Agriculture bukan hanya simbol semata, tetapi harus berperan nyata mendorong perubahan.

Agen perubahan

Mereka diharapkan mampu menginspirasi, mengedukasi dan mengajak generasi muda lainnya untuk terjun ke sektor pertanian secara masif dan berkelanjutan.

Idha Widi Arsanti menegaskan Young Ambassador Agriculture harus menjadi agen perubahan di sektor pertanian.

Saat ini, merujuk data BPS, sebanyak 52 persen atau sekitar 140 juta penduduk Indonesia berada pada usia produktif. Namun, hanya ada 6 juta petani muda.

Artinya, masih ada 134 juta generasi muda yang perlu diajak bergabung dalam ekosistem pertanian. "YAA tidak boleh hanya menjadi label, tetapi harus hadir dengan aksi nyata,” kata Idha.

Hidup mapan

Atas prestasi itu, Muzakki ingin membuktikan bahwa anak muda pun bisa mandiri dan hidup mapan dari bertani.

Muzakki percaya pertanian tak harus identik dengan lumpur dan cangkul. “Dengan teknologi, keterbatasan bisa diatasi. Bahkan lahan sempit pun bisa menghasilkan panen bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya.

Semangat yang dimiliki Muzakki, tidak hanya soal bisnis, tetapi juga edukasi dan pemberdayaan. Dia kerap membagikan pengetahuan tentang hidroponik kepada masyarakat, pelajar hingga petani lokal. Unsoed melalui Pusat Inkubator Bisnis - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PIB LPPM) menggandengnya untuk bermitra.

Muzakki berharap  bersama PIB LPPM Unsoed, Okazakki Farm berkembang ke desa-desa lain khususnya di Purbalingga, sehingga dapat  membuka lapangan kerja baru, dan memperluas jaringan pasar bagi petani.
Info lebih jauh tentang Okazaki Farm silakan follow akun instagram https://www.instagram.com/okazakkifarm/. (*)