Napi Asimilasi Perlu Bantuan Sementara

Napi Asimilasi Perlu Bantuan Sementara

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO--Sebanyak 30 nara pidana asal Purworejo yang mendapatkan asimilasi, tidak semuanya bekerja. Untuk itu, Wakil Bupati Purworejo Yuli Hastuti memberikan bantuan paket sembako, bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang mendapat pembebasan asimilasi karena pandemi Covid-19.

Penyerahan bantuan dilaksanakan di Rumah Dinas Wakil Bupati di Kutoarjo, Minggu (21/6/2020) sore. Ikut hadir menyaksikan kegiatan ini Kepala Rutan Purworejo Lukman Agung Widodo, Kepala Badan Pemasyarakatan (bapas) Magelang Sapto Isnugroho.

Dalam sambutannya, Yuli Hastuti mengatakan, hampir semua masyarakat terdampak akibat pandemi virus Corona. Dirinya mengaku tersentuh dan memberikan bantuan kepada napi asimilasi secara pribadi.

“Jangan dilihat dari nilainya. Bantuan ini sebagai tali persaudaraan dari saya,” ucap Yuli.

Wabup berharap, bantuan sembako tersebut dapat meringankan beban napi asimilasi, di tengah kesulitan masa pandemi virus Corona.

“Kita semua berharap semoga virus Corona segera berakhir, supaya bisa berkarya kembali,” ujar Yuli Hastuti.

Lukman Agung Widodo mengapresiasi kegiatan ini. Ada 30 napi asimilasi terdiri dari 4 perempuan dan 26 laki-laki.

“Napi yang diasimiasi tidak semuanya bisa langsung bekerja. Ada juga yang belum bekerja. Bantuan ini sangat bermanfaat bagi mereka untuk bertahan hidup,” ujar Lukman.

Kepala Rutan Purworejo menjelaskan, seluruh napi yang diasimilasi sebanyak 53 orang. 30 orang merupakan warga Purworejo dan selebihnya warga dari luar daerah.

“Semoga mereka bisa mengabdi ke masyarakat sesuai dengan bekal keterampilan dari rutan. Dan semoga tidak melakukan pelanggaran hukum lagi,” tandas Lukman.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Bapas Magelang Sapto Isnugroho mengatakan, napi asimilasi yang berada di wilayahnya berjumlah 362 orang.

Wilayah Bapas Magelang meliputi 5 kabupaten dan kota yaitu Kabupaten Purworejo, Wonosobo, Temanggung dan Kabupaten serta Kota Magelang.

Kepala Bapas Magelang menerangkan bahwa napi asimilasi menjadi tanggung jawabnya.

“Kami bekerja sama dengan pemkab, polres dan kodim untuk terlibat memantau napi asimilasi di wilayah masing-masing,” ujar Sapta.

Pihaknya melakukan pemantauan secara daring. Jika napi asimilasi tersebut tidak merespon maka kami melakukan kunjungan atau home visit.

Salah satu napi asimilasi, Muhammad Sadam yang ditemui koranbernas.id mengatakan, dalam masa asimilasi dirinya mendapat kesempatan bekerja bersama kakaknya sebagai kuli bangunan.

“Setelah itu, saya akan bekerja di warung bakso yang berada di Kecamatan Purwodadi,” ujar pria asal desa Bubutan, Kecamatan Purwodadi.(SM)