Dari Dialog KNPI Bantul, Anak Muda Jangan Apatis terhadap Politik

Melalui forum ini kita harus bersatu menyelesaikan suatu permasalahan.

Dari Dialog KNPI Bantul, Anak Muda Jangan Apatis terhadap Politik
Narasumber diskusi yang diselenggarakan DPD KNPI Kabupaten Bantul, Rabu (20/9/2023) malam. (sariyati wijaya)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bantul menggelar diskusi  bertema Menggugat Peran Pemuda, Refleksi terhadap Dinamika Politik dan Tantangan Generasi Muda, Rabu (20/9/2023) malam, " di White Rose Kafe.

Acara dibuka oleh Ketua DPD KNPI Bantul, M Farid Hadiyanto SE dengan narasumber Jumakir selaku anggota DPRD Bantul dari PPP, Sigit Nursyam Priyanto S Si anggota DPRD Bantul dari PKS dan Ketua Forum Politisi Muda Indonesia (FPMI) DIY, Herry Fahamsyam MIP. Peserta sejumlah 40 orang dari lintas pemuda dan organisasi kepemudaan.

"Mari kita jadikan ruang ini sebagai ruang untuk membentuk spektrum kepemudaan walaupun kita ada perbedaan ide dan gagasan. Melalui forum ini kita harus bersatu menyelesaikan suatu permasalahan khususnya di Kabupaten Bantul," kata Farid.

Saat ini, lanjut Farid, generasi muda dari KNPI banyak yang  berkiprah dalam politik. Sebagai bukti, anggota KNPI ada yang terjun menjadi penyelenggara pemilu, baik di jajaran KPU atau Bawaslu.

ARTIKEL LAINNYA: Kisah Soleh, Siswa SMK Gunungkidul yang Memulung Sampah Demi Biaya Sekolah

"Kita sebagai generasi muda memang harus turut mensukseskan pemilu 2024, dan menjadi tugas kita untuk memberikan pemahaman politik terhadap masyarakat," katanya.

Menurut dia, anak muda harus berkiprah dan berkontribusi dalam pesta demokrasi ini.

Herry Fahamsyah mengatakan dunia politik saat ini belum aware terhadap pemuda sehingga kaderisasi dan regenerasi seolah dibiarkan saja alias tidak berjalan baik.

"Misal jabatan anggota legislatif tidak ada pengaturan periode masa jabatan, karena banyak partai yang berpikir adalah jumlah kursi, bukan siapa yang menduduki kursi tersebut. Akhirnya tidak terjadi regenerasi di sana, karena susahnya anak muda mendapat tempat,” kata Herry.

ARTIKEL LAINNYA: Perlintasan Sebidang di Sedayu Ditutup Permanen, KAI Daop 6 Ungkapkan Alasannya

Maka, perlu ada sistem yang mengontrol karena kalau tidak akan  susah anak muda tampil. Kebanyakan yang naik ke permukaan adalah anak tokoh yang memiliki previlage. “Kalau yang dari bawah akan sangat susah," tambahnya.

Herry melihat masih banyak anak muda apatis (cuek) terhadap politik. Walaupun ada juga yang mau terjun ke sana. Sikap apatis ini lebih banyak karena tidak ada keteladanan dan munculnya image politik itu kotor.

Misalnya saja yang sering terekspose di publik adalah pejabat  ataupun anggota dewan yang korupsi. Padahal politik itu tidaklah kotor.

Disebutkan, segala kebijakan terkait kehidupan berbangsa dan bernegara ini, termasuk soal harga sembako, juga merupakan produk kebijakan politik.

ARTIKEL LAINNYA: Yogyakomtek Kembali Digelar 23-27 September 2023 di JEC

“Untuk itu saya mengajak anak muda untuk tidak apatis berpolitik. Tapi mari kita berkiprah mewarnai negara ini. Jadilah subyek bukan hanya obyek,” katanya.

Sedangkan Jumakir mengatakan masih sedikit orang yang tertarik politik termasuk anak muda.  Bahkan mungkin juga tidak mengenal wakil mereka yang duduk di kursi wakil rakyat. Misalnya Bantul punya 45 anggota DPRD.

“Kalau tidak mengenal, bagaimana akan menyampaikan aspirasinya. Saya mengajak anak muda, ayo peduli dan terjun ke politik. Saya dulu masuk dunia politik saat usia 32 tahun,” kata Jumakir yang sudah tiga periode menjadi anggota DPRD Bantul.

Sigit Nursyam menambahkan keberadaan pemuda dalam politik akan memperkaya dinamika. Generasi muda harus aktif dalam suatu forum. “Generasi muda jangan pernah ragu untuk mewarnai perpolitikan di tanah air,” katanya. (*)