Mulai dari Nol, 64 Pelajar dari 30 Sekolah Pentaskan Ramayana Ballet di Purawisata
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Suasana Ramayana Ballet Purawisata Jogja, Sabtu (20/8/2022), benar-benar meriah. Sejumlah orang tua maupun guru tampak antre di pintu masuk. Selain menjadi penonton, mereka juga datang untuk menyemangati anak-anak unjuk kebolehan di atas panggung.
Malam itu, sejumlah 64 pelajar SD, SMP hingga SMA/SMK dari 30 sekolah di DIY, mementaskan sendratari Ramayana dengan lakon Anoman Duta. Menariknya, mereka sama sekali belajar mulai dari nol bahkan belum pernah mengenal tari.
Ini merupakan kegiatan Panggung Siswa Bercerita (PSB) yang diadakan Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek bekerja sama dengan sanggar seni dan sekolah. Dalam rangka pembelajaran nilai budaya, kegiatan serupa dijadwalkan digelar di Sanggar Wayang Orang Sriwedari Surakarta pada 25 Agustus 2022.
“Tahun 2022 ini merupakan pertama kalinya Panggung Siswa Bercerita diselenggarakan di Ramayana Ballet Purawisata Jogja dan Sanggar Wayang Orang Sriwedari Surakarta,” ungkap Dr Restu Gunawan M Hum, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, kepada wartawan di sela-sela kegiatan.
Menurut dia, PSB adalah bagian dari program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS). “Kita kolaborasi dengan sekolah untuk berlatih dan pentas. Biasanya hanya berlatih saja, kita beri ruang pentas sehingga mengalami betul suka dukanya, ada rasa bangga dan memiliki saat terlibat langsung,” kata Restu.
Baginya, seni sangat penting untuk pembentukan karakter pelajar. Kemendikbudristek tidak segan-segan memberikan honor bagi seniman maupun membiayai pementasan. Sekaligus, inilah bentuk gotong royong antara pemda, seniman dan seniwati Purawisata serta Kemendikbudristek dalam upaya membangun ekosistem seni.
Harapannya ke depan kegiatan yang baru pertama kali diadakan itu bisa berkesinambungan di daerah lain. Manfaat yang diperoleh pelajar, melalui seni terbangun kolaborasi antarsekolah sehingga saling kenal. Kelak ketika dewasa dan menjadi ilmuwan mereka terbiasa dengan kerja kolaborasi.
Sependapat, Tukiran selaku sutradara sekaligus mewakili tim seniman yang diterjukan melatih anak-anak, mengakui ada banyak suka duka melatih mulai dari nol. 64 anak itu terdiri 12 pengrawit dan 54 penari. “Kita menampilkan anak yang belum pernah dikenalkan dengan budaya seni tari. Sama sekali belum ada background seni,” ucapnya.
Melalui latihan 14 kali pertemuan sejak Juni hingga Agustus akhirnya semuanya mampu terwujud berupa pementasan Ramayana Ballet dengan durasi kurang lebih 70 menit.
Ditanya seperti apa kesulitannya, Tukiran mengatakan pada dasarnya kegiatan ini adalah salah satu upaya memperkenalkan budaya kepada anak-anak. Mengingat bentuknya sendratari, segala sesuatu direspons dengan gerakan gerakan tari. “Berbeda dengan wayang orang, pakai dialog,” ucapnya.
Tujuan utamanya adalah agar anak-anak mengenal budaya, kemudian mampu menceritakan pertunjukan tersebut. “Kenal dulu. Lambat laun mereka mengetahui ceritanya. Suka dukanya banyak sekali. Kita berusaha anak-anak agar senang terlebih dulu, jangan takut salah dan keliru, pede saja,” tambahnya.
Diakui, untuk mencari karakter dan pemain utama seperti peran Rahawana, Dewi Sinta atau putri taman, awalnya memang agak sulit. Seiring waktu disertai kejelian, semua berhasil terselesaikan.
“Setelah kelihatan bentuk kiprah dan geraknya, semula hanya berupa plot-plot, setelah itu kita bentuk sesuai isi cerita. Tempuk gendhing karawitan hanya tiga kali proses. Ternyata anak-anak sudah bisa menerima irama dan merasa enjoy,” ungkapnya.
Mengenai proses awal, Tukiran menjelaskan tim datang ke selolah-sekolah mencari pelajar yang berminat menjadi penari. Di luar dugaan, antusiasmenya tinggi, seharusnya hanya 15 sekolah dan masing-masing sekolah mengirimkan empat anak, ternyata berkembang menjadi 30 sekolah. Semula 60 orang pemain berkembang menjadi 64.
Panggung Siswa Bercerita merupakan salah satu pengembangan dari Program GSMS yang bertujuan untuk melakukan penguatan karakter siswa melalui peran seni. Seniman melatih siswa-siswa untuk belajar seni yang kemudian dipentaskan di atas panggung untuk menunjukkan hasil pembelajaran.
Dalam rangka internalisasi nilai budaya, para seniman diikutsertakan dalam proses pendidikan di sekolah. Dengan adanya kegiatan Pangung Siswa Bercerita memberikan kesempatan siswa-siswi untuk belajar langsung dengan para seniman sekaligus menyerap nilai-nilai budaya yang dapat membentuk karakter siswa.
Lakon Anoman Duta menampilkan cerita strategi Rahwana sang Raja Alengka untuk memperistri Sinta. Rahwana memerintahkan Kala Marica menyamar sebagai kijang kencana untuk menarik perhatian Sinta.
Upaya yang dilakukan Rahwana tidaklah mudah karena di saat Rama meninggalkan Sinta untuk menangkap kijang, ia meminta adiknya Laksmana untuk menjaga Sinta. Laksmana kemudian membuat lingkaran sakti untuk melindungi Sinta sebelum ia menyusul dan menolong Rama.
Untuk memancing Sinta keluar dari lingkaran Sakti itu Rahwana menyamar menjadi pertapa tua yang lapar, haus dan butuh pertolongan. Sinta terpancing keluar dari lingkaran dan akhirnya dibawa Rahwana ke Alengka. Untuk menolong istrinya, Rama kemudian mengutus Anoman. Anoman lantas membakar dirinya dengan tujuan membakar seluruh Alengka.
Lakon ini memiliki kandungan nilai penting yang patut disampaikan kepada masyarakat khususnya siswa, di antaranya semua orang boleh mengambil apa pun yang disediakan Sang Pencipta di muka bumi ini, tetapi jangan pernah mengambil sesuatu milik orang lain.
Pesan moral lainnya adalah setiap orang sudah mempunyai tugasnya masing-masing dan harus melaksanakan tugas yang diamanahkan tersebut sebaik mungkin. Setiap keputusan, langkah, dan perilaku apa pun ada konsekuensinya dan harus menerimanya dengan rela atau ikhlas. (*)