Meski Perutnya Penuh Jahitan, Pemuda Ini Tetap Tegar

Meski Perutnya Penuh Jahitan, Pemuda Ini Tetap Tegar

KORANBERNAS.ID -- Masih ingat Dany Fajar Pamungkas, pemuda lulusan STM Pedan Klaten yang 17 tahun hidup dengan anus buatan?

Tim dokter RSUP Dr Sardjito Yogyakarta berhasil mengembalikan fungsi anus aslinya (koranbernas.id Kamis 17/10/2019), namun anak muda penduduk Ironanggan Cawas Klaten itu masih harus bergumul dengan rasa sakit  berkepanjangan.

"Dokter bilang saya harus sabar karena proses pemulihannya masih panjang," kata Fajar kepada koranbernas.id di Poli Bedah RSUP Dr Sardjito, Kamis (21/11-2019).

Hari itu jadwalnya kontrol, setelah pulang lebih dari seminggu di rumah.

Badannya tampak lebih kurus. Selain makan belum bisa banyak, dia juga sering (maaf) buang air besar (BAB). Rata-rata tiga jam sekali.

Ketika hal itu dikonsultasikan dokter, katanya memang  dalam rangka penyesuaian organ tubuh.

"Awalnya makan tiga sendok saja sudah mual. Kalau dipaksakan muntah," kata Ny Sri Pamuji, ibunda Fajar.

Tetapi proses lanjutannya, menurut Fajar, kini dia sudah bisa makan lebih banyak. Separuh dari porsi normal. Saat BAB pun sekarang sudah tidak begitu sakit lagi.

Tetapi memang luka jahitan baik di luar maupun di dalam masih membuatnya sangat kurang nyaman. Apalagi saat bergerak. Untuk duduk pun belum bisa lama.

Sewaktu kontrol dia mendapat fasilitas tempat tidur dorong, Bukan kursi dorong, dari depan menuju Poli Bedah di lantai dua.

Mental luar biasa

Dyah Utami, kakaknya menilai adik bungsunya ini punya mental dan semangat luar biasa. Jarang sekali dia mengeluh meski mengingat perutnya penuh jahitan panjang-panjang bisa dibayangkan kaku dan sakitnya.

Sepulang dari RSUP Dr  Sardjito operasi pengembalian fungsi anus tempo hari, Fajar harus periksa luka.

Karena rumahnya jauh, tim dokter merujuk ke RS Mitra Pedan yang lebih dekat. Dua hari sekali harus ganti perban.

Karena khawatir salah, seorang perawat RSUD Tegalyoso Klaten, Sukadi, yang tinggal di Kalikebo Cawas datang ke rumahnya sehingga gampang menjangkau.

Meski lambat tetapi Fajar sudah banyak kemajuan. Suaranya sudah tidak lirih lagi. Meski wajahnya masih murung menyembunyikan rasa sakit.

Wajib kontrol ke RSUP Dr Sardjito sudah lebih panjang lagi. Kalau tidak ada sesuatu, jadwal kontrol tiga bulan sekali.

Pasti Fajar harus patuh nasihat dokter, bisa menjaga diri serta menghindari angkat beban berat agar jahitan tidak jebol.

Ingin kuliah

Menurut Uut, begitu Dtah Utami biasa dipanggil, Fajar mengisi waktunya dengan kegiatan positif. Sebagai anak muda yang berminat di bidang sastra, Fajar sering menulis puisi.

Dua di antaranya diunggah di youtube. Bahkan rencananya diajak berkolaborasi oleh youtuber asal Jawa Timur.

"Ke depan kalau biaya ada dia punya obsesi kuliah di Fakultas Sastra. Entah kok pilihannya sastra," kata Uut.

Hari itu Uut terpaksa izin dari tempat kerjanya sebagai pelinting rokok di pabrik rokok Sampoerna Penggung Klaten.

Ini karena Fajar hanya mau kontrol jika diantar kakaknya. Untung izin dari pabrik tidak rumit asal alasan dan buktinya jelas.

Jadilah hari itu Fajar diantar Uut, Tugiyono ayahnya yang pekerja serabutan serta seorang tetangganya. (sol)