Menyiapkan Para Pimpinan ASN Saat Generasi Indonesia Emas

Oleh: Arif Kurniawan

Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pihak yang menjalankan roda pemerintahan, tentunya menjadi salah satu pilar penting dalam mewujudkan tercapainya Visi Indonesia Emas 2045 tersebut. Sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 5 tahun 2014, ASN adalah jenis profesi untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah.

Menyiapkan Para Pimpinan ASN Saat Generasi Indonesia Emas
Arif Kurniawan (Istimewa).

PADA tahun 2045, Indonesia genap berusia 100 tahun; sebuah usia emas alias satu abad Indonesia, sehingga generasi pada saat itu bisa disebut Generasi Emas 2045. Pada masa tersebut, ditargetkan Indonesia telah menjadi negara yang maju, modern, berdaya saing tinggi dan sejajar dengan negara maju lainnya. 

Sebutan Generasi Emas

Dihitung dari saat ini, masa tersebut memang masih terlihat lama, 22 tahun lagi. Tapi tentu banyak hal yang harus disiapkan agar pada masanya tiba, generasi emas tersebut benar-benar dapat terwujud.

Sekarang, mengapa sih tahun 2045 disebut generasi emas? Bukankah pada setiap era, selalu ada generasi emas yang hadir? Kita mengenal generasi emas tahun 1945 yang melahirkan kemerdekaan Indonesia, atau tahun 1966 dan tahun 1998 yang melahirkan perubahan besar dalam tatanan kehidupan kenegaraan. Namun penetapan generasi emas 2045, telah dicetuskan pada tahun 1996, melalui penetapan visi Indonesia Emas dengan 4 pilar, yaitu SDM unggul, demokrasi yang matang, pemerintah yang baik, dan keadilan sosial.

Kondisi ASN Saat Ini

Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pihak yang menjalankan roda pemerintahan, tentunya menjadi salah satu pilar penting dalam mewujudkan tercapainya Visi Indonesia Emas 2045 tersebut. Sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 5 tahun 2014, ASN adalah jenis profesi untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah.

Badan Kepegawaian Negara (BKN) mencatat bahwa pada semester I tahun 2023, total jumlah ASN adalah 4,28 juta, terdiri atas PNS 3,79 juta (89%), dan PPPK sebanyak 487,12 ribu (11%), dengan ASN daerah sebanyak 3,32 juta (78%) dan ASN pusat 953,48 ribu (22%).

Mayoritas ASN di Indonesia adalah perempuan sebanyak 2,35 juta (55%), sedangkan ASN laki-laki sebanyak 1,92 juta (45%). Dari sisi tingkat pendidikan, mayoritas ASN merupakan lulusan sarjana yaitu sebanyak 3,05 juta (71%), diploma 639,3 ribu (15%), lulusan SD-SMA sebanyak 587,26 ribu (14%).

Hal yang menarik, berdasarkan kelompok usianya, mayoritas ASN saat ini berasal dari Generasi Y (1977-1994) sebanyak 2,13 juta (50%), Generasi X (1965-1976) sebanyak 1,73 juta (40%), Generasi Z (1995-2010) sebanyak 232,5 ribu orang (5%), dan Generasi baby boomer (1946-1964) sebanyak 183,72 ribu (4%). Menurut Strauss dan Howe dalam bukunya, Generations: The History of America’s Future, perubahan generasi terjadi dalam masyarakat sekitar setiap 20 tahun.

Dengan komposisi pegawai tersebut, dengan asumsi peraturan mengenai usia pensiun ASN masih seperti saat ini (UU 5/2014) yaitu untuk PNS pejabat administrasi, pejabat fungsional ahli muda, pejabat fungsional ahli pertama, dan pejabat fungsional keterampilan 58 tahun, pejabat pimpinan tinggi dan pejabat fungsional madya 60 tahun dan pejabat fungsional ahli utama 65 tahun, maka pada tahun 2045, dimungkinkan rata-rata generasi yang akan menjadi pemimpin adalah dari Generasi Z, yang saat itu usianya sekitar 50 tahun, serta generasi setelahnya, yang disebut Generasi Alfa, yang lahir setelah tahun 2013.

Sebutan Generasi Z dan Generasi Alfa

Dari berbagai literatur, disebutkan bahwa Generasi Z adalah generasi yang berhadapan langsung dengan teknologi yang semakin berkembang, beberapa menyebut juga sebagai iGeneration, generasi net, atau generasi internet, yang mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset, sehingga apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Dengan sejak “lahir” sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih, maka secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.

Sedangkan Generasi Alfa dibesarkan pada era di mana teknologi selalu berkembang secara konstan, Generasi Alfa dapat menjadi peran penting yang sangat berpengaruh terhadap berbagai industri untuk terus berevolusi dan menciptakan inovasi terbaru, yang juga memberikan dampak pada dinamika dunia. Dengan mudahnya akses dan komunikasi secara global, anak-anak yang termasuk generasi ini mungkin akan lebih mampu memperluas kemampuan komunikasi linguistik mereka.

Karakteristik kedua generasi tersebut hampir sama, mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan maupun pribadi akan mereka akses dengan cepat dan mudah. Anggota Generasi Z dan Generasi Alfa tidak mengenal dunia tanpa smartphone atau media sosial, lebih mandiri daripada generasi sebelumnya, dan tidak menunggu orang tua untuk mengajari hal-hal atau memberi tahu mereka bagaimana membuat keputusan. Di dunia kerja, generasi ini berkembang untuk memilih bekerja dan belajar sendiri, sehingga menginginkan segala sesuatu serba cepat, tidak bertele-tele dan berbelit-belit. Namun demikian, mereka cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, egosentris, dan individualis, ingin serba instan, tidak sabaran, dan tidak menghargai proses.

Proses Pengembangan Diri Generasi Z dan Generasi Alfa

Sebagai motor penggerak kemajuan birokrasi, maka ASN generasi emas dituntut untuk dinamis, fleksibel, cepat, tepat, produktif, dan lincah dalam menjawab tantangan dalam proses aktualisasi pelayanan, melek digital, tangguh, namun juga berintegritas. Untuk menyiapkan hal tersebut, maka ASN Generasi Z dan Generasi Alfa sejak dini harus dibekali dengan pelatihan pengembangan kompetensi, agar dapat selalu beradaptasi, mengubah cara kerja, menjadi katalis dan motor penggerak, serta mengembangkan kapasitasnya dalam bidang digital, sehingga dapat memberi pelayanan prima kepada masyarakat.

Para pemimpin atau atasan saat ini, yang mayoritas dari Generasi Y dan Generasi X, punya kewajiban untuk mengetahui gap kompetensi masing-masing pegawai, agar bisa merencanakan pengembangan kompetensi yang baik dan terarah. Para pemimpin saat ini perlu lebih serius mnempersiapkan ASN Generasi Z dan nantinya Generasi Alfa yang merupakan ujung tombak dan harapan dalam menjawab tantangan menghadirkan pelayanan dengan tuntutan yang wajib kita jawab dengan cepat dan adaptif.

Agar harapan pada masa itu sesuai dengan target Indonesia, yaitu sudah menjadi negara maju dan telah sejajar dengan negara adidaya, maka momentum bersejarah yang tinggal sekitar seperempat abad lagi ini, untuk mewujudkannya butuh persiapan yang matang sejak sekarang. Sumber daya manusia Indonesia pada saatnya harus unggul, berkualitas, dan memiliki karakter. 

Para generasi muda ASN harus menyadari bahwa Indonesia Emas itu adalah milik mereka yang akan membawa dan menentukan kemajuan Indonesia umumnya dan ASN khususnya pada masa depan, sehingga punya kemauan untuk kerja keras, punya mimpi besar, berintegritas, dan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya. **

Arif Kurniawan

Kasi MSKI KPPN Yogyakarta