Menhub : 1,5 Jam Itu Lama
KORANBERNAS.ID, KULONRPOGO--Memteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku masih khawatir dengan waktu tempuh armada Shuttle Bus Damri dari Yogyakarta ke YIA. Shuttle bus dari Sleman City Hall SCH ke YIA yang ditumpangi Menhub, Jumat (31/1/2020) membutuhkam waktu 1 jam 10 menit.
Dari SCH, rombongan berangkat pukul 09.30 dan sampai di YIA pukul 10.40 WIB. Meski tanpa mobil patwal di depan rombongan, namun di sepanjang jalan rombongan nyaris tidak terkendala di persimpangan jalan dan traffic light karena pejagaan aparat kepolisian dan TNI.
“Artinya, perjalanan 1 jam 10 menit itu dengan asumsi sangat lancar. Dalam situasi normal, tentu akan berbeda. Mungkin butuh waktu sekitar 1,5 jam. Ini masih belum cukup. Saya ingin waktu tempuh 1 jam 10 menit bisa dipertahankan. Syukur 1 jam,” kata Budi Karya, sesaat tiba di YIA. Di YIA, Budi Karya Sumadi juga berkelilng bandara untuk melihat kondisi terkini menjelang grand launching 29 Maret mendatang, yang rencananya akan dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Menhub menekankan, aksesibilitas antar moda ke YIA ini menjadi kata kunci bagi optimalisasi YIA sebagai bandara baru pengganti Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Saat grand launching nanti, seluruh penerbangan akan dipindahkan ke YIA dari Adisutjipto Yogyakarta.
Pemindahan penerbangan ini ditambah dengan jadwal-jadwal penerbangan baru, tentu membutuhkan layanan antar moda darat yang juga jauh lebih baik.
“Akan ada lebih dari seratus penerbangan setiap hari. Penumpang yang turun di YIA, otomatis membutuhkan layanan angkutan darat untuk menyambung perjalanan ke Yogyakarta. Saya minta Angkasa Pura bisa memastikan dukungan dari kawan-kawan penyedia antar moda ini agar maksimal,” kata Budi.
Saat ini, aksesibilitas ke YIA dilayani dua moda, yakni kereta api dan bus Damri. Kereta api, sejauh ini masih dari Stasiun Tugu sampai Wojo. Dari Wojo kemudian disambung dengan bus. Sedangkan untuk Damri, melayani rute dari Bandara Adisutjipto, Kota Yogyakarta dan sejumlah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional termasuk Borobudur.
“Tapi akhir 2020, layanan kereta api dari Stasiun Tugu akan langsung ke YIA dengan waktu tempuh 45 menit. Untuk Damri, saya melihat kesiapan armadanya sudah oke. Tapi saya minta waktu tempuh bisa lebih cepat dan jarak antar armada bisa lebih rapat. Mulai saat ini, kampanyekan bahwa ke YIA tidak sulit. Mudah dan terjangkau. Sehingga menjelang grand launching nanti, sudah menjadi kebiasaan masyarakat Yogyakarta maupun mereka yang akan ke Yogyakarta,” lanjutnya.
Terkait kemungkinan kecukupan layanan KA dan Damri, Budi Karya mengatakan, secara teori, layanan antar moda akan menjangkau 30-40 persen dari total penumpang angkutan udara. Sisanya, masih akan dilayani oleh kendaraan pribadi.
Tapi pemerintah menginginkan, ke depan penggunaan kendaraan pribadi bisa didorong untuk menggunakan angkutan massal sehingga mengurangi beban kepadatan di jalan raya.
“Saya yakin, Damri sudah siap secara armada. Sekwatu-waktu dibutuhkan, mereka bisa langsung menambah armada. Yang perlu disiapkan adalah kepastian sistemnya. Itu yang harus dicari dan terus disempurnakan agar maksimal,” tandasnya.
Dirut Perum Damri, Setia N Milatia Moemin mengatakan, saat ini pihaknya mengoperasikan total sekitar 40 armada untuk melayani rute antar bandara di Yogyakarta, dan sejumlah lokasi yang menjadi prioritas layanan pendukung seperti Magelang, Borobudur, dan Kebumen.
Selain bus besar dan bus medium, rute-rute ini juga dilayani dengan armada shuttle seperti Hiace dan yang terbaru adalah Mercedes Sprinter.
“Tapi kita siap untuk menambah armada kapanpun, dengan melihat perkembangan kebutuhan dari penumpang angkutan udara,” kata Setia.
Dari seluruh rute, sebagian masih disubsidi oleh pemerintah.Namun sisanya, sudah beroperasi secara komersial dengan tariff di kisaran Rp 70 ribu per penumpang.
“Tarif ini masih oke. Bagi penumpang masih sangat terjangkau dibandingkan dengan taksi ataupun angkutan online. Sebaliknya, bagi kami juga masih masuk dalam kalkulasi bisnis. Mudah-mudahan tahun ini kita bisa bertahan dengan tarif ini,” lanjutnya. (yve)