MayinArt, Galeri Seni Berplatform Online Saat Pandemi

MayinArt, Galeri Seni Berplatform Online  Saat Pandemi

KORANBERNAS ID, BANTUL -- Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia membuat kehidupan seni ikut berubah. Pasar seni internasional terguncang dihantam pandemi selama lebih dari dua tahun terakhir, tidak sedikit galeri di seluruh dunia terpaksa gulung tikar.

Konsep baru dan kreativitas digital bermunculan pada seni pertunjukan melalui panggung-panggung virtual, seni rupa pun dipaksa ikut beradaptasi dengan kebaruan ini. MayinArt Gallery salah satunya, platform kurasi seni online yang berbasis di Singapura ini hadir langsung di Indonesia dan berkomitmen untuk membawa harapan bagi seniman Indonesia di masa-masa sulit ini.

Berkantor pusat di Singapura, MayinArt memiliki peran strategis dalam mempromosikan karya seni seniman Indonesia. Tidak lain karena Singapura adalah pusat seni penting di Asia dan kedekatan geografisnya dengan Indonesia menjadikannya pintu gerbang utama bagi seniman Indonesia untuk tampil di kancah seni internasional.

"Bagaimanapun pameran virtual memang tidak bisa menggantikan nonton pameran secara fisik. Oleh karena itu kami support dengan konten-konten video dan story telling yang membuat orang itu akan jadi lebih tahu tentang kisah di balik karya tersebut," papar Deti Lucara, Kontri representatif MayinArt saat peresmian kantor dan peluncuran galeri baru MayinArt di Perumahan Sonosewu Baru 446, Bantul, Minggu (31/10/2021).

"Mereka tidak hanya melihat visual dari segi foto tapi juga kami ada video-video pendukung untuk memperlihatkan detail lukisan, tekstur dan lain sebagainya. Tidak kalah penting juga cerita di belakang karya dari seniman itu sendiri. Jadi kami berusaha me-matchingkan konsep virtual dan fisik dengan memanfaatkan teknologi yang ada," lanjutnya.

Bagi seniman yang tidak punya waktu atau tidak terbiasa dengan digitalisasi ini, Deti juga memiliki tim yang siap datang ke seniman-seniman untuk pengambilan gambar-gambar high resolution dan video yang dibutuhkan.

"Terkait dengan hal itu kami memberikan pelatihan-pelatihan kepada para seniman untuk pelatihan digital skill. Baik untuk pengambilan foto yang bagus, pengambilan video yang bagus serta segala macamnya. Secara perlahan seniman akhirnya bisa memproduksi konten-konten digital mereka sendiri. Jadi kita saling mendukung antara galeri dan seniman itu sendiri," imbuhnya.

MayinArt bukan sekadar marketplace, melainkan sebuah platform online yang dikurasi untuk karya seni original. Tujuan utama MayinArt adalah menemukan seniman dengan bakat seni mereka yang belum banyak diungkap, memberdayakan mereka dan kemudian membawa karya seni berkualitas tinggi mereka kepada kolektor di seluruh dunia dengan harga terjangkau.

Meskipun merupakan galeri berbasis online, sejak empat tahun lalu MayinArt secara konsisten mengadakan pameran fisik dan mengikuti berbagai pameran seni di Singapura maupun negara lain seperti Filipina, New York dan  lainnya.

"Nyatanya, pandemi memunculkan kolektor-kolektor baru yang selama ini enggan hadir secara langsung saat pameran fisik secara offline. Banyak kolektor-kolektor muda yang justeru mengalihkan dana traveling mereka ke investasi karya seni," tandas Deti.

Proses kurasi tidak terbatas pada pemilihan seniman dan karya seni, tetapi juga menangkap emosi dan perasaan kreatif seniman sambil membangun konten untuk detail karya seni. Karya yang disajikan di situs web ini nantinya akan membuka jalan untuk hubungan yang lebih dalam dengan setiap seniman yang bergabung, atau dengan kata lain, MayinArt tidak hanya mengkurasi karya seni tetapi juga membangun hubungan dengan seniman.

Pilih Seniman

Pendiri MayinArt, Krish Datta menambahkan, pihaknya dengan hati-hati memilih seniman dan karya mereka. Tidak semua seniman yang mengirimkan lamarannya diterima. Bahkan dengan seniman yang sudah bergabung, MayinArt memilih karya dan dapat memberikan feedback dari kolektor kepada seniman untuk mengembangkan bakat dan teknik mereka.

"Tujuan kami adalah untuk menggali bakat asli dan unik seniman yang kesulitan menemukan eksposur untuk karya-karya mereka. Demi menemukan seniman dan karya berkualitas, MayinArt memiliki tim kurator lokal dan fasilitas manajemen seni di negara-negara yang menjadi fokus mereka," imbuhnya.

Krish melanjutkan MayinArt juga berupaya untuk mengkurasi seniman dari berbagai latar belakang dan pengalaman yang tidak hanya fokus pada beberapa artis terkenal. Pihaknya memberikan perlakuan yang sama untuk seniman muda dan kurang terkenal dan menfasilitasi mereka melalui berbagai cara untuk promosi di luar negeri.

“Dunia online telah memberikan kesempatan untuk demokratisasi seni dan memperluas kesempatan yang sama bagi seniman di seluruh dunia," tutupnya.

Dalam peluncuran galeri MayinArt di Yogyakarta, Indonesia. MayinArt menghadirkan 22 seniman terpilih dengan lebih dari 40 karya, dengan berbagai gaya seni mulai dari realisme, surealisme, hiperalisme, abstrak, ekspresionisme, hingga karya instalasi 3D.

Seniman tersebut adalah AT Sitompul, Budi Ubrux, Choerudin Roadyn, Deddy PAW, Elisa Faustina, Fatoni Makurodi, Fery Eka Chandra, Giring Prihayatsono, Heri Cahyono, Hono Sun, Husin Hasibuan, Irwanto Lentho, Januri, Joko Sulistyono, Kadek Marta Dwipayana, Klowor Waldiono, Mulyo Gunarso, Reza Prastica Hasibuan, Sigit Raharjo, Sri Pramono, Suryo, Tofan Mohammad Siregar.

Selain itu ada Ugo Untoro dan kawan-kawan dengan kelompok seni eksperimental mereka yang disebut “The Art of Choosing” yang akan mempresentasikan karya instalasi kolaboratif mereka. Pameran akan berlangsung dari tanggal 31 Oktober-30 November 2021 di MayinArt Gallery Yogyakarta, setiap hari dari pukul 09.00-20.00 WIB.(*)