Lewat Sastra Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Ajak Warga Peduli Lingkungan

Para narasumber mengupas tiga aspek utama menjawab tantangan lingkungan di Yogyakarta.

Lewat Sastra Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Ajak Warga Peduli Lingkungan
Diskusi BEGINU on stage Festival Sastra Yogyakarta, Sabtu (30/11/2024). (anung marganto/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Gelaran Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2024 yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta menjadi sarana mengajak warga di Kota Budaya untuk peduli lingkungan dan pelestarian alam serta nilai-nilai budaya setempat.

Ajakan itu mengemuka saat berlangsung diskusi BEGINU on Stage bertema Lestari Jogja, Kini dan Sekarang, Sabtu (28/11/2024), di Panggung Pasar Sastra Taman Budaya Embung Giwangan.

Mengusung tema besar festival Siyaga, diskusi kali ini dihadiri narasumber Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti, perwakilan WWF Irfan Bakhtiar, pendiri Bhumi Bhuvana, Bhukti Prima Putri, serta pegiat lingkungan Marrel Suryokusumo.

Dipandu Wisnu Nugroho, diskusi menjadi forum refleksi sekaligus ajakan bertindak. Para narasumber mengupas tiga aspek utama menjawab tantangan lingkungan di Yogyakarta.

Solusi lingkungan

Pertama, menyoroti nilai-nilai budaya lokal yang tidak hanya mendukung keanekaragaman hayati tetapi juga menjadi inspirasi dalam merumuskan solusi lingkungan yang relevan.

Kedua, pentingnya keseimbangan antara kebutuhan manusia, satwa, dan alam serta menggali solusi yang mendukung harmoni ekosistem secara holistik.

Ketiga, menggarisbawahi peran budaya dalam keberlanjutan yang tercermin melalui hubungan harmonis antara manusia, alam dan Tuhan, serta pemanfaatan kearifan lokal untuk melestarikan ekosistem secara berkelanjutan.

“Pemerintah dan masyarakat harus berkolaborasi menjaga kelestarian lingkungan. Tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah, masyarakat pun harus aktif terlibat,” ujar Marrel Suryokusumo.

Meminimalisir sampah

Yetti Martanti menekankan pentingnya pengelolaan festival yang berkelanjutan, termasuk upaya meminimalisir sampah.

Sedangkan Bhukti Prima Putri menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor. “Kolaborasi antara seniman, aktivis lingkungan, dan pemerintah adalah kunci keberhasilan. Komunitas dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan berbagai pihak dalam mencapai tujuan bersama,” katanya.

Diskusi ini membuktikan bahwa seni dan budaya dapat menjadi alat yang ampuh menggerakkan perubahan. Melalui perpaduan sastra, musik dan dialog, pesan pelestarian lingkungan disampaikan secara efektif dan emosional kepada masyarakat.

Selain itu, acara ini juga menunjukkan bahwa seni dan budaya dapat menjadi penggerak transformasi sosial. Semangat pelestarian lingkungan yang digaungkan melalui BEGINU on Stage diharapkan menginspirasi lebih banyak pihak untuk ikut serta menjaga keindahan Yogyakarta.

Warisan budaya

“Tema ini bertujuan menjembatani warisan budaya dan praktik modern demi mencapai keberlanjutan antara manusia dan lingkungan,” sambung Wisnu Nugroho.

Diskusi BEGINU on Stage menegaskan bahwa upaya pelestarian bukan hanya tugas pemerintah atau komunitas tertentu, melainkan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. (*)