Kurikulum Tular Nalar Tingkatkan Literasi Digital

Kurikulum Tular Nalar Tingkatkan  Literasi Digital

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Di era digital saat ini arus informasi tentang berbagai macam hal di dunia sangat cepat muncul dan bertumpuk. Akibatnya manusia kesulitan menyaring informasi yang datang. Bahkan tak jarang termakan hoaks dan menjadi korban penipuan, bahkan risiko kebocoran data.

Karenanya literasi digital perlu dibangun di era teknologi informasi ini. Sebab, saat ini literasi masih menjadi masalah manusia di Indonesia.

Kencangnya arus informasi yang tak dibarengi dengan literasi kuat akan membuat masyarakat terjebak dalam kebingungan yang tak jarang mengarahkan pada informasi hoaks. Untuk itu manusia modern perlu mengantipasi secara mandiri agar tidak terjadi hal buruk.

"Inilah mengapa kurikulum Tular Nalar dibuat, diinisiasi Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Maarif Institute, Love Frankie dan Google.org,” papar Dr Puji Lestari SIP MSi, Dosen Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta yang juga fasilitator Training of Trainer (ToT) Kurikulum Tular Nalar, Jumat (22/1/2021) usai diskusi dengan pengajar komunikasi di Jawa Barat yang tergabung dalam Asosiasi Pendidikan Tinggi Komunikasi (Aspikom), Kamis (21/1/2021).

Melalui kurikulum tersebut, para pengajar mendapatkan materi berpikir kritis sebagai upaya meminimalisir darurat literasi yang sangat berpeluang terjadi saat ini. Sehingga mereka memiliki peran untuk menularkan semangat yang diusung Tular Nalar yakni Tahu, Tanggap dan Tangguh pada masyarakat.

Ada delapan kompetensi yang diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan manusia sebagai insan literasi. Mulai dari mengakses informasi, mengelola informasi, memproses informasi, mendesain informasi, berbagi informasi, ketangguhan diri, perlindungan data dan kolaborasi.

Melalui kuirkulum tersebut, masyarakat menjadi insan melek digital, yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Mereka pun mempunyai jenjang Tular Nalar yaitu tahu, tanggap dan tangguh. Masyarakat harus membiasakan diri berpikir kritis dalam menghadapi badai informasi yang kini dengan mudah datang.

“Harapan kami, para pengajar komunikasi kali ini dari Jawa Barat bisa mengakses informasi, mengelola, mendesain pesan, memproses informasi, berbagi pesan, membangun ketangguhan diri, perlindungan data dan berkolaborasi nantinya. Jadi prosesnya mulai dari tahu, tanggap dan tangguh dalam bermedia, lalu juga ditularkan pada mahasiswanya. Nanti mahasiswanya menularkan pada rekan-rekannya juga,” jelasnya. (*)