Krisis Iklim dan Pemanasan Global Membahayakan Ekonomi Negara

Krisis Iklim dan Pemanasan Global Membahayakan Ekonomi Negara

KRISIS iklim kini menjadi salah satu ancaman terbesar perubahan zaman. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap sudut di dunia ini telah terancam mengalami krisis iklim. Krisis iklim ini dapat ditandai dengan naiknya suhu bumi dan timbulnya rasa panas yang merugikan kehidupan di muka bumi. Maka, dapat disimpulkan bahwa krisis iklim merupakan istilah yang menggambarkan ancaman pemanasan bumi atau yang biasa disebut Global Warming yang terjadi akibat perubahan iklim bumi yang ekstrim dan agresif.

Krisis iklim ini sangat berpengaruh bagi lingkungan atau alam. Di antaranya:

  1. Jumlah kualitas air yang menurun.

Dapat diketahui bahwa krisis iklim terjadi karna pemanasan bumi. Pemanasan bumi yang meningkat dapat menyebabkan jumlah air pada atmosfer mengalami penguapan. Akibatnya curah hujan dapat semakin meningkat. Namun sayangnya, curaah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan air yang seharusnya menyerap dan tersimpan ke dalam tanah malah mengalir ke laut. Sehingga, walaupun sering terjadi hujan, jumlah sumber air yang bersih akan menurun dan hanya tersisa air dengan kualitas yang buruk.

  1. Kemarau berkepanjangan.

Krisis iklim dapat menyebakan kemarau yang berkepanjangan. Kemarau yang berkepanjangan dapat mengakibatkan kekeringan dan gagal panen oleh para petani. Mau tidak mau hal ini dapat berdampak buruk bagi bahan pangan dan juga ekonomi masyarakat.

  1. Kesehatan manusia.

Krisis iklim dan perubahan cuaca yang tidak menentu dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan manusia. Beberapa penyakit akan bermunculan. Beberapa penyakit yang kemungkinan munculnya sangat besar adalah demam berdarah, diare, influenza, dan infeksi saluran pernafasan akut.

Namun tak hanya berpengaruh bagi lingkungan dan alam, krisis iklim juga berdampak bagi kehidupan manusia sehari-hari. Temasuk ekonomi. Menurut laporan dari World Economic Forum, yang membahas kota-kota di dunia yang semakin panas namun perekonomiannya semakin melesu, menyebutkan krisis iklim ternyata tanpa kita sadari sangat berdampak bagi kehidupan dan aktivitas manusia sehari hari. Menariknya dari laporan ini adalah adanya kota-kota di dunia yang menjadi objek observasi dan penelitian .

Masing masing dari kota tersebut dilihat dan diteliti apa dampak krisis iklim negara masing masing. Jadi, penelitian ini secara garis besar menekankan bagaimana produksi gas rumah kaca yang sudah tak lagi terkontrol di kota kota besar yang telah disebutkan tadi, membuat suhu di wilayah kota dan sekitarnya menjadi terus menerus naik.

Contoh dapat diambil dari kota Bangkok, yang suhunya sehari bisa mencapai 30 derajat celcius dan dapat berlangsung kurang lebih selama satu bulan. Bahkan, bila musim kemarau tiba, Bangkok bisa mencapai 10 derajat lebih tinggi daripada kota kota di sekitarnya. Dan kondisi kota Bangkok ini bisa menjadi gambaran kota kota besar di Indonesia. Karena, secara geografis letak Bangkok dan Jakarta yang tak begitu jauh dan juga sama sama memiliki iklim tropis. Hal ini cocok dengan Study World Economic Forum yang menyebutkan, India, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia merupakan negara yang mengalami dampak negatif dari pemanasan global.

Contoh lain di India. Disebutkan, di New Delhi suhu rata rata dapat mencapai 36 derajat celcius. Dan hal ini didukung dengan tingkat polusi udara di New Delhi yang tinggi. Ini dapat mengepung panas dan membuat panas akan menjadi lebih awet. Menurut Indian Meteorogical Departement, beberapa kota di India suhunya bisa tembus sampai 45 derajat celcius. Bahkan saking panasnya, jalanan di kota kota itu pun sampai meleleh. Bagaimana tidak, suhu ini hampir setara dengan setengah mendidih.

Hal ini tidak hanya terjadi di negara beriklim tropis saja, melainkan juga terjadi di negara di Eropa seperti kota Athena di Yunani. Mereka  juga mengalami hal yang sama. Suhu rata-rata kota Athena ini sudah mecapai 29 derajat celcius. Hal ini berarti suhu Athena sudah hampir sama dengan suhu di Bangkok. Bahkan parahnya lagi, suhu di Athena pada tahun 2022 ini pernah mecapai 48 derajat celcius. Suhu di Athena ini juga di perparah dengan kebakaran hutan yang terjadi pada pertengahan tahun 2022, yang menimbulkan peningkatan suhu di Athena dan Yunani secara umum.

Meningkatnya suhu juga berpengaruh terhadap turunnya produktivitas pekerja. Contoh di Bangkok pada tahun 2020 menyebabkan output pendapatan pekerja turun sebanyak 5% atau setara dengan 8 M USD. Dan bila masalah ini tidak dapat diselesaikan, maka pada tahun 2050 diperkirakan penurunan produktivitas bisa menyentuh 15 M USD. Atau bahkah lebih.

Dan untuk di Bangkok sendiri, salah satu pekerjaan yang berdampak besar adalah Driver “TukTuk”, yaitu Driver becak motor Thailand. Hal ini jelas dikarenakan Driver TukTuk pastinya setiap hari berada di jalanan, setiap hari kepanasan, dan setiap hari terkena polusi. Dan mereka tidak sadar bahwa hal ini menjadikan kinerja mereka menjadi tidak maksimal. Hal ini menyebabkan Driver TukTuk menjadi lebih cepat letih, lebih banyak beristirahat, dan juga penumpang menjadi lebih sedikit karena enggan keluar akibat panas yang berlebih. Akhirnya, tanpa disadari, penghasilan mereka lebih menurun. Hal ini juga dapat menyebabkan pekerja mudah sakit dan pekerjaan akan menjadi tidak maksimal. Bahkan diperkirakan sejak tahun 2013, Driver TukTuk ini kehilangan 20-40% penghasilannya. Selain Driver TukTuk, hal ini juga dialami oleh pekerja pekerja lepas, pekerja-pekerja yang berada di lapangan.

Kembali ke Asia Selatan. Tepatnya di Dhaka, Bangladesh. Di sini kondisi terparah terjadi. Suhu yang semakin panas membuat output yang dihasilkan pekerja turun mencapai 8% dan akan terus menerus turun hingga 10% jika suhu semakin naik. Hal ini setara dengan 6-12 M USD. Dan lagi-lagi yang terdampak banyak dan parah adalah buru-buruh kasar, khususnya pekerja industri garmen, transportasi, dan manufaktur. Dan yang membuat hal semakin miris, karna pekerja-pekerja di Bangladesh ini termasuk kelompok-kelompok rentan, karena gaji mereka berada di bawah rata-rata penghasilan masyarakat Bangladesh. Miris, mereka yang bergaji kecil malah mendapatkan paparan panas paling besar. Selain buruh kasar, pedagang pasar yang berjualan di tempat terbuka ataupun di pinggir jalan, juga menjadi kelompok masyarakat yang paling rentan terdampak kenaikan suhu. Bahkan di beberapa tempat di Dhaka, permukaan jalanan di sana bisa mencapai 60 derajat celcius pada saat saat tertentu. Padahal mereka yang rentan ini berjualan di pinggir jalan. Bahkan jika suhu ini sedang naik, mereka dapat kehilangan pendapatan mencapai 75%.

Hal yang menurut saya menarik di khasus kota Dhaka ini adalah penggunaan AC (Air Conditioner). Dari hasil studi yang dilakukan di Dhaka, disebutkan di sana banyak sekali orang yang menggunakan AC agar suhu udara di ruangan tetap dingin. Hal ini menjadikan warga di Dhaka menjadi ketergantungan dengan AC. Padahal penggunaan AC yang berlebih ini yang ternyata malah memperburuk peningkatan suhu di sana. Niat untuk mendinginkan ruangan, tapi malah kota menjadi semakin panas. Dan jika begini, masyarakat berada di posisi serba salah. Jika menggunakan AC dapat memperparah suhu, namun jika tidak menggunakan AC dapat merasakan panas yang tidak masuk akal. Hal ini di dukung dengan pernyataan warga Bangladesh bahwa AC sekarang menjadi lebih sering menyala dari pada sebelumnnya.

Jika terus begini, apa solusi yang dapat dilakukan? Lembaga Lembaga yang berhak seharusnya memberikan setidaknya 3 solusi:

  1. Pembuatan kebijakan yang pro lingkungan.

Diakui atau tidak, pemerintah atau lembaga-lembaga yang berkuasa memiliki kuasa yang kuat untuk mengubah sistem secara masif. Pemerintah memiliki peran yang paling vital untuk mencegah memburuknya krisis iklim dan memberikan perlindungan untuk masyarakat yang terdampak. Karena, jika memang pemerintah berniat untuk mencegah, pemerintah dapat membuat berbagai hal. Di antaranya membuat kebijakan pembatasan emisi gas rumah kaca, pengelolaan sumber daya berkelanjutan, sampai membuat aturan soal perlindungan dan jaminan kesehatan buruh.

  1. Memberikan akses informasi yang mudak untuk masyarakat terdampak.

Hal ini bisa saja berupa sistem pemberitahuan darurat soal adanya heatwave (gelombang panas). Jadi, bila suatu waktu terjadi heatwave, masyarakat dapat diberitahu dan dihimbau untuk tidak beraktivitas terlalu lama di luar ruangan.

  1. Investasi jangka panjang di pembangunan fasilitas berbasis lingkungan dan alam.

Jadi sebenarnya, selain membangun gedung-gedung baru, hal ini juga harus diimbangi dengan pembangunan sistem sanitasi yang baik, daerah resapan air, dan juga area-area hijau. *

Putri Maharani

Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional Fisipol UMY.