Kisah Peternak Sapi Potong, Modalnya dari Sumbangan Khitan
KORANBERNAS.ID, KEBUMEN—Tidak banyak pengusaha yang memulai
usaha dari nol atau sejak remaja. Salah seorang dari yang sedikit itu, adalah
Supriyanto atau yang biasa dipanggil Dodi, pengusaha asal Desa Podoluhur, Kecamatan
Karanganyar, Kabupaten Kebumen.
Ia memulai
usaha sejak muda. Menariknya, jenis usaha yang dipilih tidak pernah berubah,
yakni penggemukan ternak.
“Ketika saya
kitan tahun 1991, uang sumbangan saya
belikan dua kambing,“ kata Dodi kepada koranbernas.id,
Minggu (19/7/2020), di kandang penggemukan sapi potong keduanya, di Desa
Petanahan, Kecamatan Petanahan, Kebumen.
Ternak
kambing, dilakoni Dodi hingga tahun 1998, berbarengan dengan keputusannya
beralih ke beternak sapi potong. Usahanya sekarang memiliki tiga kadang dengan
kapasitas tiap kandang paling sedikit 20 ekor.
Penggemukan
sapi ini ia mulai dari memelihara beberapa ekor. Agar usahanya terus
berkembang, Dodi memiliki kiat khusus. Setelah sapi besar dijual. Hasil
penjualan sapi tidak digunakan untuk keperluan lain, tapi dibelikan sapi benih.
“Saya punya
hobi yang produktif. Ya beternak sapi,â€kata Dodi yang juga anggota DPRD Kebumen
dari Partai Gerindra.
Menjadikan
hobi sebagai bisnis, menurut DodiÂ
memberi ketenangan batin. Ketika memberi pakan dengan senang hati, sapi-sapinya
menjadi sangat kuat makan. Karena itu, di luar tugasnya sebagai Anggota DPRD Kebumen di Komisi B, Dodi
seringkali memberi pakan di salah satu kandang sapinya hingga malam hari.
“Sapi peranakan
si metal, makan terus selama pakan masih ada di depannya,“ kata Dodi.
Limbah Jadi Pakan
Dodi
mengungkapkan, saat panen raya padi, merupakan masa mudah baginya mencari pakan
ternak sapi potongnya. Di kalangan petani padi,Â
jerami dianggap limbah pertanian. Tapi bagi peternak sapi seperti dirinya,
jerami bisa menjadi makanan utama sapi jenis si metal, limousin dan peranakan ongole
(PO).
“Petani
menganggap jerami itu limbah. Bagi kami jerami itu pakan ternak,“ kata Dodi
yang seringkali di luar tugas negara, bersama karyawanya turun ke sawah mencari
jerami.
Berburu
jerami di persawahan, baginya bukan pencitraan sebagai politisi. Meskipun ada
yang menganggap itu kegiatan pencitraan. Kegiatan tiap panen raya padi, sebagai
bagian dari dari usahanya.
Melihat di Kandang
Sebagai
peternak, Dodi sangat jarang bertransaksi di pasar hewan. Konsumennya,
kebanyakan datang langsung ke kandang, sekaligus melihat sapi-sapi piaraannya.
Pembeli sapi
sapi potongya, transaksi di kandang penggemukan. Adapun harganya, tergantung kesepakatan
yang berbeda.
Sapi jenis
si metal dan limousin, dijual per kg hidup.Â
Ketika terjadi kesepakatan dengan sapi yang diminati, baru
ditimbang.Â
“Sapi PO
dijual tidak per kg, tapi kesepakatan dengan pembeli,“ kata Dodi.
Menurut
Dodi, sapi yang berukuran besar ini, pembelinya sebagian besar bukan warga
Kabupaten Kebumen. Mereka kebanyakan dari beberapa kota besar.  Â
Menyambut Idhul AdhaÂ
tahun ini, Dodi mengaku omset usahanya mengalami penurunan. Pandemi
Covid-19 menjadi salah satu penyebab menurunnyaÂ
omset penjualan sapi qurban.
Meskipun
demikian, sebagian besar sapi potongÂ
hasil penggemukan setahun terakhir ini sudah terjual.
“Sapi yang
di sini sebagian besar sudah laku. DikirimÂ
kurang dari 2 hari sebelum Idul Adha,“ kata Dodi, sambil menunjuk
sejumlah sapi yang telah laku. (SM)