Aroma Rokok Menyan di Pasar Kambing Salaman

Aroma Rokok Menyan di Pasar Kambing Salaman

KORANBERNAS.ID – Seorang lelaki tua mengenakan pecis hitam di kepala seperti terlihat kewalahan mengendalikan tiga ekor kambingnya yang berontak.

Tak wedangan,” ujarnya kepada rekannya.

Tali-tali itu pun berpindah tangan. Tak berselang lama dia sudah berada di warung makan pojok pasar.

Uap panas mengepul dari gelas. Aroma rokok menyan menyebar. Baunya khas.

Di sudut yang lain, canda tawa pedagang dan pembeli tawar menawar harga mengiringi suara anak-anak kambing yang berlompatan.

Meteng (hamil) niki,” ujar pedagang dari Kaliangkrik menawarkan kambingnya yang besar dan sehat. Dia buka penawaran Rp 3,7 juta.

Pagi pun sempurna.

Matahari puncak musim kemarau yang tertutupi mendung tipis menambah asyik suasana Pasar Kambing Salaman Kabupaten Magelang, Minggu (6/10/2019).

Hari itu adalah pasaran Wage. Pedagang kambing dari berbagai daerah berdatangan membuat suasana pasar semarak.

Menariknya, di pasar kambing ini tidak tersedia patok-patok untuk mengikat kambing.

Jual beli dilakukan sambil berdiri. Satu orang bisa memegang tiga sampai empat kambing.

Salah satu kekhasan itulah yang dicoba dipertahankan oleh pemerintah setempat sebagai bagian dari kearifan lokal.

“Pasar tradisional akan kita revitalisasi tanpa meninggalkan kearifan lokal. Kita perlu berbenah agar pasar tradisional sejajar dengan modern,” ujar Zainal Arifin, Bupati Magelang, di sela-sela menghadiri gelaran Festival Pasar Rakyat (FPR) yang diadakan oleh Adira Finance.

Boleh-boleh saja pasar modern berkembang pesat namun sejatinya masyarakat tetap merindukan suasana pasar tradisional.

Aktivitas jual beli kambing di Pasar Salaman dilakukan sambil berdiri. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Selain sebagai ajang silaturahim, pasar juga menambah ikatan kekeluargaan. Persoalannya adalah bagaimana menepis kesan pasar tradisional yang kumuh, becek saat hujan dan semrawut.

“Prediksi leluhur kita Pangeran Jaya Baya, sudah kita rasakan saat ini. Pasar ilang kumandhange. Dulu transaksi di pasar luar biasa dimulai sebelum fajar. Ketika mulai transaksi asyik kedengarannya. Kearifan lokal seperti itu harus kita jaga,” kata Zainal.

Di Kabupaten Magelang sendiri terdapat banyak pasar tradisional yang tetap eksis hingga sekarang, antara lain Pasar Kaliangkrik, Pasar Muntilan, Pasar Ngablak maupun Pasar Grabag.

Seorang pegiat seni dari Magelang, Andritopo Senjoyo, juga mengakui pasar tradisional saat ini bersaing dengan pasar modern.

Bersama komunitas seni dan budaya dirinya memiliki komitmen mempertahankan keberadaan pasar-pasar tradisional di kabupaten ini.

Andritopo optimistis pasar tradisional tetap eksis karena memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pasar modern.

Setidaknya pasar tradisional tidak hanya identik dengan jual beli tetapi juga mengandung unsur kebudayaan yang tinggi. (sol)