Kisah Perempuan Kuat dalam Film Inang, Film Horor Tak Biasa Karya Fajar Nugros

Kisah Perempuan Kuat dalam Film Inang, Film Horor Tak Biasa Karya Fajar Nugros

KORANBERNAS.ID,YOGYAKARTA - Perempuan tidak harus menjadi wanita yang selalu lemah dan hanya mampu membalas ketidakadilan yang menimpa mereka saat telah mati. Stereotype film horor tanah air yang selalu menjadikan perempuan sebagai hantu dahulu baru bisa mendapatkan keadilan tidak berlaku dalam film Inang.

Film bergenre psychological thriller karya Fajar Nugros ini menggambarkan perjuangan seorang perempuan bernama Wulan yang diperankan oleh Naysilla Mirdad melawan kekuatan jahat yang ingin mengambil alih kehidupan bayinya. Wulan dalam film ini mewakili perjuangan perempuan melawan kerasnya realita hidup.

"Lebih jauh film ini membawa pesan bahwa bagaimana perempuan itu mandiri, lalu bagaimana lingkungan kita memperlakukan mereka," papar Fajar Nugros, Head of IDN Pictures sekaligus Sutradara film Inang saat ditemui Sabtu (22/10/2022) di Pendopo Lawasan, Alun-alun Utara Yogyakarta.

"Di kota-kota besar seperti Jakarta dan kota-kota seperti Jogja apakah perempuan itu sudah mendapatkan keberpihakan yang tepat di era sekarang yang katanya ada kesetaraan," lanjutnya.

Film berdurasi 115 menit ini menawarkan alternatif baru bagi penggemar film horor di tanah air. Film bergenre ini ternyata tidak melulu mengandalkan jump scare dan adegan-adegan gore yang bisa jadi terlalu berlebihan bagi sebagian orang.

Fajar menawarkan pertarungan mitos dan sains dalam film ini, ramuan tak biasa dalam film horor ini terbukti sukses menangguk 700 ribu lebih penonton selama 8 hari pemutaran. Angka ini terus bertambah seiring promosi dan roadshow yang dilakukan di beberapa kota.

Sebagai sineas yang lahir dan besar di Yogyakarta, Fajar Nugros termasuk orang yang begitu dekat dengan prosesi-prosesi kebudayaan Jawa yang bagi sebagian orang dianggap mitos. Kesialan Rabu Wekasan misal, tema inilah yang kemudian menjadi benang merah film Inang.

“Berangkat dari pengalaman saya yang mengalami berbagai tradisi selametan, saya jadi tertarik untuk mengeksplor tema ini lebih lanjut. Meski sering dilihat hanya sebagai tradisi, saya merasa ini menjadi nilai yang menarik untuk diangkat," kata Fajar.

"Inilah potret kekinian pada masa sekarang, cocok banget untuk situasi di Jogja. yang sangat menarik yaitu Jogja merupakan kota pendidikan tapi mitos dan kultur yang cukup kuat masih hidup di sini bahkan paling kuat," imbuhnya.

Cerita di film ini, lanjut Fajar, ikut mengenalkan betapa budaya Indonesia sangat beragam, terutama terkait mitos atau tradisi. Terbukti, masih banyak yang ternyata belum tahu mengenai Rebo Wekasan ini.

Sementara Pritt Timothy, pemeran Pak Ageng menambahkan, sebagai Wong Jowo dirinya sangat ngugemi (percaya) kebudayaan.

"Saya sangat menghormati budaya, budaya jawa khususnya dan saya berusaha sebisa mungkin menjaga melestarikan dengan cara saya, Tuhan juga memberkahi dalam hal itu," terangnya.

Sementara produser Film “Inang” Susanti Dewi mengatakan bahwa film ini akan menghibur sekaligus memberikan pandangan baru mengenai perjuangan seorang ibu.

“Film ini  tentunya diharapkan bisa memberikan hiburan bagi masyarakat luas. Namun yang tidak lupa  kami pikirkan adalah bagaimana film ini bisa meninggalkan arti lebih bagi yang menyaksikannya," imbuhnya.

"Penggambaran sosok perempuan, khususnya ibu, cukup dominan. Yang mana ini juga menjadi hal spesial bagi saya sebagai produser perempuan," tutupnya.

Film Inang atau yang berjudul internasional The Womb ini juga telah mewakili Indonesia di Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) di Korea Selatan.

BIFAN merupakan salah satu festival film terbesar dan paling bergengsi di Asia yang berfokus untuk memberikan penghargaan pada film-film bergenre Horror, Thriller, Laga, Fiksi Ilmiah, dan Komedi.(*)