Kini Jamu Dipasarkan Secara Digital

Perlahan produk jamu mulai menggeliat.

Kini Jamu Dipasarkan Secara Digital
Pelatihan kepada kelompok pengrajin jamu "Mulya Sari Abadi"  oleh tim dari UMBY. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Dusun Watu RT 08 Kalurahan Argomulyo Kapanewon Sedayu Bantul dikenal sebagai sentra kerajinan jamu tradisional. Saat ini jumlah perajin mencapai 25 orang tergabung dalam kelompok "Mulya Sari Abadi".

"Perajin sekaligus penjual jamu tersebut dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga yang sebagian besar menjadi mata pencaharian keluarga sampingan. Usaha tersebut sudah dilakukan secara turun temurun," kata Widarta MM,  Kepala Humas Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), melalui rilis yang dikirim ke redaksi koranbernas.id, Rabu (26/7/2023).

Usaha jamu sebagai tambahan penghasilan rumah tangga yang rata-rata bermata pencaharian petani. Jamu tradisional yang diproduksi dan dipasarkan ada dua jenis yaitu jamu cair dan instan.

Jamu cair yang diproduksi antara lain kunyit asam, beras kencur, temu lawak, brotowali dan uyup-uyup. Sedangkan jamu instan yang diproduksi secara berkelompok antara lain jahe, secang, kunir putih dan temu lawak.

Produk jamu kelompok "Mulya Sari Abadi" Dusun Watu RT 08 Kalurahan Argomulyo Sedayu Bantul. (istimewa)

Para perajin jamu "Mulya Sari Abadi" tidak mau ketinggalan dengan era digitalisasi di mana sejak pandemi Covid-19, pemasaran jamu mengalami permasalahan pada pemasaran karena aneka pembatasan waktu itu oleh pemerintah.

Saat itu pemasaran turun drastis hingga 70 persen. Sejak pemerintah mulai melonggarkan pembatasan-pembatasan, perlahan produk jamu mulai menggeliat meskipun belum bisa pulih seperti sebelum pandemi.

Untuk memenuhi harapan tersebut, Ketua Kelompok  "Mulya Sari Abadi" Kanti Surtiyani bekerja sama dengan tim dosen dari Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama (P3MK) Universitas Mercu Buana Yogyakarta, staf dosen yang ahli di bidangnya untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan khususnya di bidang pemasaran.

P3MK UMBY menyambut baik atas permohonan tersebut dan segera menugaskan tim dosen  yang diketuai oleh Widarta  dengan anggota Bustanul Arifin dan Dwi Lesno Panglipusari untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan.

"Aspek pemasaran ini sangat penting agar bagaimana upaya meningkatkan pengetahuan marketing  khususnya digital marketing yang akan memperluas jangkauan pemasaran produk jamu dan minuman herbal tradisional," katanya.

 Strategi pemasaran menyesuaikan dengan kemampuan sumber daya manusia dari Kelompok Wanita "Mulya Sari Abadi"  yaitu menggunakan beberapa strategi yang mudah digunakan serta mudah untuk dipelajari.

Strategi yang sesuai dan dapat digunakan antara lain Whatsapp Bussiness, Social media marketing. Strategi promosi melalui sosial media bisa menggunakan konten, baik berupa artikel, foto, maupun video misalnya instagram, facebook, twitter.

Para perajin jamu JHM antusias mengikuti penyuluhan dan pelatihan serta akan menerapkan materi penyuluhan untuk meningkatkan kualitas produk dan peningkatan pemasaran online melalui sosial media.

Kanti Surtiyani sebagai ketua kelompok mengucapkan terima kasih kepada tim pengabdi yang telah memberikan penyuluhan dan pelatihan pada kelompok tersebut.

"Kami  masih berharap kerja sama yang baik antara UMBY dan kelompok "Mulya Sari Abadi" terus terjalin ke depannya," katanya. (*)