Ketatnya Persaingan PTS di Yogyakarta, AMA Dharmala Berbenah
Dari 99 PTS, hanya sembilan institusi yang meraih status unggul. Minat calon mahasiswa terhadap PTS terus menurun tiga tahun terakhir.
KORANBERNAS .ID, BANTUL -- Akademi Manajemen Administrasi (AMA) Dharmala Yogyakarta terus berbenah menghadapi ketatnya persaingan perguruan tinggi swasta (PTS) di Yogyakarta.
Sebagai institusi Pendidikan yang berdiri sejak 2003, AMA Dharmala mengambil langkah strategis dengan fokus pada pengembangan keterampilan manajerial dan kewirausahaan di tengah rendahnya status akreditasi PTS di Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V.
"Dengan motto Siap Bekerja dan Siap Berusaha kami berkomitmen memberikan pendidikan yang tidak hanya berbasis teori, tetapi juga aplikasi praktis," ungkap Dr Febriana Muryanto, S Pd M Sc, Direktur AMA Dharmala Yogyakarta, Senin (20/1/2025), di kampus setempat.
Saat ini pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Asosiasi Jasa Pengamanan di Wilayah DIY dan Jateng untuk konsentrasi Manajemen Pengamanan.\
Langkah inovatif
Menghadapi situasi ini, AMA Dharmala mengambil langkah inovatif dengan menerapkan kurikulum yang berorientasi pada kebutuhan industri.
Dr Febriana menekankan pentingnya mempersiapkan lulusan yang tidak hanya kompeten secara teoritis tetapi juga memiliki sertifikasi profesional.
"Program Manajemen Pengamanan kami akan mencetak manajer-manajer andal dan profesional dengan sertifikat kompetensi, baik di bidang pengamanan maupun manajerial," tambahnya.
Sebagai kampus yang fokus pada manajemen dan kewirausahaan, lanjutnya, pihaknya terus beradaptasi dengan revolusi industri 4.0 bahkan 5.0. “Tantangan ini kami jadikan peluang untuk terus berinovasi dan berkolaborasi," kata dia.
Kondisi mengkhawatirkan
Upaya AMA Dharmala ini muncul di tengah kondisi mengkhawatirkan PTS di Yogyakarta. Kepala LLDIKTI Wilayah V Prof Setyabudi Indartono MM Ph D. mengungkapkan, dari 99 PTS di wilayahnya, hanya sembilan institusi yang meraih status unggul.
Lebih mengkhawatirkan lagi, dari 704 program studi yang ada hanya 131 program atau sekitar 26,5 persen yang berpredikat unggul.
"Minat calon mahasiswa terhadap PTS terus menurun dalam tiga tahun terakhir. Ini menjadi tantangan besar bagi seluruh PTS, termasuk institusi yang relatif baru seperti AMA Dharmala," jelas Prof. Setyabudi.
LLDIKTI Wilayah V mendorong berbagai inovasi untuk membantu PTS bertahan, termasuk penerapan sistem Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dan kerja sama dengan SMA.
Harus beradaptasi
"Mahasiswa bisa mengambil hingga 20 SKS selama masa sekolah menengah, yang akan diakui saat mereka masuk perguruan tinggi," jelas Prof Setyabudi.
Selain itu, AMA Dharmala juga harus beradaptasi dengan perubahan paradigma promosi perguruan tinggi. Model pemasaran tradisional seperti baliho dinilai sudah kurang efektif, digantikan pendekatan berbasis pengalaman dan keterlibatan calon mahasiswa.
Upaya transformasi ini sejalan dengan program LLDIKTI Wilayah V yang telah memfasilitasi 99 dokumen kerja sama melibatkan 75 dosen dan 233 profesor. Hasilnya, terjadi peningkatan signifikan program studi terakreditasi unggul dari 26,5 persen menjadi 51,15 persen.
Keberhasilan AMA Dharmala menghadapi berbagai tantangan akan menjadi tolok ukur penting bagi PTS lain di Yogyakarta, sekaligus menunjukkan efektivitas program transformasi pendidikan tinggi yang digagas LLDIKTI Wilayah V. (*)